ALBUM REVIEW: DOWN FOR LIFE – KALATIDHA

DOWN FOR LIFE ‘Kalatidha’ ALBUM REVIEW

Blackandje Records. May 31st, 2025

Groove metal

Setelah jeda 11 tahun sejak ‘Himne Perang Akhir Pekan’, DOWN FOR LIFE akhirnya kembali menggetarkan scene musik keras tanah air lewat album penuh terbarunya, ‘Kalatidha’, yang resmi diluncurkan pada 31 Mei 2025 lalu di bawah naungan Blackandje Records. Para ‘Pasukan Babi Neraka’ yang merupakan sebutan untuk para penggila DOWN FOR LIFE, tentunya sudah menunggu dengan tidak sabar akan kedatangan album ketiga band asal Solo ini, pasalnya sejak tahun 2019, DOWN FOR LIFE cukup rajin menggelontorkan single yang bakalan masuk di album ketiga, diawali dengan “Mantra Bentala” (2019), “Apokaliptika” (2020), “Children of Eden” (2022), “Sambernyawa” (2023), “Prahara Jenggala” (2024) dan “Sangkakala I & II” (2024), alias sudah 70% materi dalam ‘Kalatidha’ sudah terlebih dahulu dilemparkan ke publik. ‘Kalatidha’, yang secara harafiah berarti zaman edan, juga merupakan bukti evolusi nyata DOWN FOR LIFE, yang berawal metalcore dalam ‘Simponi Kebisingan Babi Neraka’ (2007), kemudian bergeser ke ranah groove metal/NWOAHM pada LP kedua, ‘Himne Perang Akhir Pekan’ (2013), lalu pada album terbarunya mereka mencoba meracik komposisi yang lebih segar sekaligus barbar, karena lebih banyak memasukan elemen death metal hingga influence dari band-band kekinian.

Diantara sepuluh lagu yang disajikan oleh DOWN FOR LIFE, “Mantra Bentala” bisa dibilang merupakan nomor yang paling mepet ke ‘Himne Perang Akhir Pekan’ dari segi aransemen, selain itu growl mabok yang digunakan Stephanus Adjie dalam lagu itu emang masih agak kalah galak tarikan growl di lagu lainnya. Trek self-titeld “Kalatidha”, yang menjadi salah satu materi yang belum pernah dikeluarkan ke publik sebelumnya, benar-benar pas buat memperkenalkan sound terikini DOWN FOR LIFE, yang lebih gelap dan brutal, vokalnya pun jauh lebih galak, namun tetap mempertahankan groove gurih dan renyah yang memang sudah jadi karakteristik utama DOWN FOR LIFE sejak LP pertama. Pengaruh death metal dalam album terbaru jelas sudah tidak bisa dielakkan lagi, tengok aja “Prahara Jenggala”, yang menjadi nyanyian perlawanan masyarakat adat terhadap para perusak lingkungan, begitu pula “The Betrayal” yang sedikit nyerempet EPICA pada menit 1:24 hingga 1:43 lengkap dengan riffing, ketukan drum dan guest vocal dari Bernice Nikki (BLODWEN). Tak hanya death metal DOWN FOR LIFE juga banyak dipengaruhi band metal era modern FIT FOR AN AUTOPSY misalnya, yang terdengar jelas dalam duologi “Sangkakala”, baik dari segi komposisi, atmosfir suram, sampai struktur lagu, “Children of Eden” yang merupakan tribute bagi anak berkebutuhan khusus, juga disusupi groove GOJIRA-esque pada menit-menit akhir.

Walaupun “Apokaliptika” merupakan lagu yang ditulis udah cukup lama, bahkan sebelum EP “Menantang Langit”, ternyata masih lumayan klop dengan materi-materi baru, sedangkan “Sambernyawa”, merupakan aransemen ulang “Pasoepati” dari album pertama, yang meneguhkan kecintaan DOWN FOR LIFE kepada tim sepak bola kota kelahiran mereka PERSIS Solo. Dengan proses penggarapan yang memakan waktu selama 6 tahun, jelas ‘Kalatidha’ menjadi album paling matang DOWN FOR LIFE sejauh ini, walaupun masih ada lagu yang kurang sreg di telinga pribadi, namun secara overall, Album penuh ketiga kolektif groove metal asal Solo ini memang dijamin gaharr dan sudah pasti jauh lebih galak dari ‘Himne Perang Akhir Pekan’, belum lagi untuk proses mastering mereka gak main-main, langsung menunjuk Gene Freeman aka Machine, yang merupakan sound engineer sakti dibalik ‘Ashes of the Wake’ & ‘Sacrament’ (LAMB OF GOD), ‘Gutter Phenomenon’ (EVERY TIME I DIE), ‘Red Harvest’ (BLOODSIMPLE) dan ‘No Time to Bleed’ (SUICIDE SILENCE). Alhasil, meski mixing-nya agak kurang sreg dibeberapa tempat, dari segi mastering ‘Kalatidha” udah sangat maksimal banget. Tapi ya, gara-gara mayoritas lagu udah di lepas duluan, ditambah durasi album mepet 38 menit saja, akhirnya daya gedor ‘Kalatidha’ sebagai sebuah album baru rada kurang gimana gitu buat gua pribadi, karena udah kehilangan kejutannya. (Peanhead)

8.3 out of 10