DEVIN TOWNSEND ‘Lightwork’ ALBUM REVIEW
InsideOut Music. November 4th, 2022
Progressive rock
Selepas merilis album monumental sekaligus ultra ambisius, ‘Empath’, pada tahun 2019 lalu, Devin Townsend sepertinya tak mau langsung terburu-buru menciptakan proyek besar lagi, toh selama pendemi pun beliau masih sangat sibuk dan produktif, yang dibuktikan dengan trilogi live album ‘Devolution Series’ (‘Acoustically Inclined’, ‘Galactic Quarantine’, dan ‘Empath Live in America’), multimedia art project penuh kolaborasi ‘The Puzzle / Snuggles’ (plus ‘Dreampiece’), dan sebuah album penuh, ‘Lightwork’, yang sesuai namanya merupakan koleksi lagu-lagu lebih ringan (dalam tanda kutip), kalau dibandingkan dari materi-materinya sejak DEVIN TOWNSEND PROJECT pertama kali mencuat via ‘Ki’ dan ‘Addicted’ tahun 2009 dulu. ‘Lightwork’ sendiri sepertinya merupakan LP transisional dari ‘Empath’ menuju mega project berikutnya, yang saat ini masih menggunakan codename ‘The Moth’, dimana untuk merealisasikannya Devin Townsend sampai memutuskan untuk rehat touring dulu agar bisa fokus, paling hanya manggung kecil-kecilan kaya mini-tour Australia akhir tahun lalu, dan ngamen akustikan sebagai pembuka Myles Kennedy di wilayah Britania Raya sekitarnya pada penghujung tahun ini.
Sebenernya sudah saya tunggu-tunggu banget Devin Townsend bikin album song-oriented yang “agak” radio friendly lagi, karena jujur menurut ogut, album-album terbaik pak Devin masih ‘Accelerated Evolution’, ‘Addicted’, dan ‘Epicloud’, sayangnya ‘Lightwork’ meskipun punya beberapa lagu yang sangat memorable, namun secara keseluruhan full-length ke-21 dari Devin Townsend ini masih jauh banget kadar kemerduannya dari tiga rilisan nge-pop yang saya sebutkan diatas. “Moonpeople” yang menjadi suguhan pertama entah kenapa meski udah hampir dua tahun mencoba untuk mencerna, sampai sekarang pun belum masuk sama sekali, mungkin karena racikannya kayak nanggung gitu, trek kedua “Lightworker” sebenernya menurut saya lebih pantas jadi lagu pembuka, bahkan pas tur supporting aja lagunya ditaruh paling pertama, vibe nya super terang benderang kayak “Why?”, namun dengan chorus super catchy dan megah ala “Spirits Will Collide” misalnya, tapi saya kurang bisa ngena dengan lagu berikutnya, “Equinox”, karena lagi-lagi komposisinya tergolong nanggung karena gak ada pay off nya. Selain “Lightworker”, track terfavorit saya di album ini masih ada “Call of the Void”, “Vacation”, dan “Celestial Signals”, dimana yang terakhir merupakan remake dari versi demo yang udah ada dari zaman ‘Transcendence’ (2016), namun dengan aransemen lebih nendang dan chorus lebih powerful, selain itu “Heavy Burden” juga berhasil menjadi highlight dalam ‘Lightwok’.
Tetapi dua nomor paling prog metal dari album ini justru saya kurang begitu masuk, “Dimensions” terdengar terlalu random dan lebih cocok jadi b-sides album STRAPPING YOUNG LAD, sedangkan “Heartbreaker” meski masih dibawah tujuh menit terasa kepanjangan banget tanpa ada klimaks jelas, karena menurut saya materinya sedikit rada bikin boring banget, pas menit kelima gua kira bakalan ada sesuatu twist, eh ternyata tidak, dan malah lurus terus sampai kelar, justru dua lagu dari versi limited edition “Starchasm, Pt. 2”, “Sober” dan “Factions” sekalipun, sebenarnya lebih pantas masuk ke tracklist utama. Sebagai penutup album, “Children of God”, adalah sebuah trek layaknya extended outro, yang emang acap kali muncul di album-album Devin Townsend, dimana dari durasi 10 menit, hanya kurang dari setengahnya yang merupakan lagu beneran, karena sisanya berisi ambient doang, kayak “Awake” dan “Transdermal Celebration”. Kalau dibandingkan dengan album penuh Devin Townsend sebelumnya (minus rilisan ambient/experimental), ‘Lightwork’ ya agak mengecewakan, durasi 55 menit terasa jadi PR berat banget buat dengerin secara utuh langsung, hanya lima lagu lah yang bener-bener menurut saya worth it dan punya kans masuk setlist tetap, sisanya terdengar seperti kumpulan b-sides dibuang sayang, namun dengan produksi yang bening saja, tapi ‘Lightwork’ lumayan lah buat kudapan tak singkat-singkat amat sambil nunggu ‘The Moth’ nongol dikemudian hari. (Peanhead)
7.0 out 10