fbpx

ALBUM REVIEW: CONJURER – PATHOS

CONJURER ‘Pathos’ ALBUM REVIEW

Nuclear Blast Records, July 1st, 2022

Post-metal

Unit post-metal asal Britania Raya, CONJURER, melepaskan album pertama mereka, ‘Mire’, pada tahun 2018 silam, album tersebut berisikan tujuh buah komposisi sludge/doom metal yang cukup kurang ajar, karena tak hanya terinspirasi grup macam NEUROSIS, PRIMITIVE MAN, CULT OF LUNA saja, CONJURER turut pula memasukan berbagai elemen dari metallic harcore, death metal, hingga progressive metal, hal tersebut menjadikan ‘Mire’ cukup beringas untuk ukuran sebuah album post-metal, sekaligus lumayan stand out ditengah gempuran rilisan-rilisan gila tahun itu, namun kelihatanya Dan Nightingale, Brady Deeprose, Conor Marshall, dan Noah See tak mau terburu-buru menggarap album follow-up debut mereka, karena dari tahun 2019 sampai 2021 grup ini hanya menghasilkan satu buah karya kolaborasi dengan PIJN, ‘Curse These Metal Hands’, berserta sebuah split EP bareng PALM READER, yang mungkin disebabkan pembetot bass-nya sejak 2019 ikutan ngamen di SYLOSIS juga. Alhasil akibat lumayan lama gak ada rilisan/lagu baru, saya sedikit lupa dengan CONJURER dan hampir melewatkan album penuh kedua dari mereka, ‘Pathos’, yang disebar luaskan oleh Nuclear Blast Records pada bulan Juli 2022 lalu.

Dari lagu pembuka, “It Dwells”, sudah keliatan banget kalau ‘Pathos’ bakalan jauh lebih fokus dan brutal dari full-length sebelumnya, dengan riffing yang gak kalah heavy sama para pemuja MORBID ANGEL dan IMMOLATION, yang berserakan dalam sebuah aransemen post-metal abrasive dan penuh kekacauan namun tetap melankolis, trek berikutnya, “Rot”, punya intensitas yang lebih gila dari opener, dengan kocokan gitar dan breakdown pada akhir lagu yang bisa bikin wajah meleleh, gak kalah lah tingkat kebrutalan-nya dengan ‘A Tear in the Fabric of Life’ dari KNOCKED LOOSE. Track ketiga “All You Will Remember” menjadi lagu paling favorit saya dari album ini, meskipun emang kurang orisinil, namun CONJURER mampu memadukan berbagai macam racikan yahud, mulai dari 2000’s post-metal, mathcore, post-hardcore, melodic doom/death sampe blackgaze, selanjutnya “Basilisk” bisa dibilang agak sedikit terlalu mirip band besutan Aaron Turner, Jeff Caxide, dan Aaron Harris cs, albeit di akhiri dengan breakdown yang cukup gurih walaupun agak klise. Sayangnya setelah lagu keempat yang emang udah mencapai klimaks ending-nya, “Those Years, Condemned” jadinya rada hambar, belum lagi trek ketujuh “Suffer Alone”, kok malah jadi CONVERGE versi kw made in uk, padahal saya udah seneng karena CONJURER dialbum terbarunya udah keluar dari bayang-bayang jadi MASTODON versi lebih keras.

Untungnya meskipun ‘Pathos’ pantas dibilang terlalu front-loaded, dua nomor terakhir album ini, berhasil  membuat saya sebagai penikmat death/doom melodis garis keras, bisa anteng sampai detik terakhir, “In Your Wake” dan “Cracks in the Pyre”, memang keduanya tak sebrutal dan seprogresif empat lagu-lagu awal, namun penyampaian emosi dan nuansa suram kedua lagu tersebut sangat dapet. Berhubung sekarang sudah dipegang label besar, CONJURER pun buat ‘Pathos’ mengundang tim produksi yang tak sembarangan, proses rekaman di handle oleh Daíthi Fa Rah bersama pentolan band funeral doom lejen, ESOTERIC, Greg Chandler, di Priory Recording Studios, sedangkan fase mixing/mastering dikerjakan oleh the one and only Will Putney, jadi sudah dipastikan ‘Pathos’ terdengar heavy as fukk kayak band-band cadas masa kini, namun dengan sound yang cukup natural/organik, dan yang paling penting, ‘Pathos’ punya atmosfir gelap dan penuh terror yang bisa bikin jiwa terombang-ambing. Album kedua CONJURER ini memang masih sangat jauh dari kata sempurna apalagi masterpiece, namun kwartet ini mampu menghasilkan sebuah album post-metal yang cukup beragam dan memorable, tahun lalu memang masih ada rilisan post-metal/sludge metal yang overall jauh lebih baik (“God’s Country” (CHAT PILE), “The Long Road North” (CULT OF LUNA), “Myopia” (MIZMOR), “Null” (KEN MODE)), namun ‘Pathos’ menurut saya menjadi album dari aliran tersebut yang punya replay value paling tinggi. (Peanhead)

9.2 out of 10