CATTLE DECAPITATION ‘Terrasite’ ALBUM REVIEW
Metal Blade Records. May 12th, 2023
Technical death metal/Deathgrind
Tidak terasa sudah hampir empat tahun lamanya sejak CATTLE DECAPITATION melepaskan album ketujuh mereka, ‘Death Atlas’, sebuah masterpiece modern death metal yang melesatkan nama band asal San Diego, California ini jadi household name, menyempurnakan perpaduan antara technical death metal dan deathgrind, yang telah mereka godok semenjak ‘The Harvest Floor’ (2009). CATTLE DECAPITATION tentunya punya pekerjaan rumah besar ketika menulis materi-materi untuk album kedelapan, yang disematkan judul ‘Terrasite’, pasalnya dari tahun 2012 sampai 2019 mereka merilis sebuah trilogi yang tak sembarangan ‘Monolith of Inhumanity’, ‘The Anthropocene Extinction’, dan ‘Death Atlas’, yang kesemuanya mendapat critical acclaim dari para kritikus media hingga media mainstream, trilogi tersebut pun Travis Ryan mulai menggunakan clean vocal ala goblin yang cukup unik, dan karena ada efek gonta-ganti personil dan musik kegemaran sang pentolan, CATTLE DECAPITATION makin kesini juga makin banyak disusupi black metal.
Meskipun secara kualitas keseluruhan ‘Terrasite’ belum bisa melampaui atau setidaknya menyamai level tiga full-length sebelumnya, namun bukan berarti album ini ampas atau medioker, tapi karena emang CATTLE DECAPITATION punya standard cukup tinggi. ‘Terrasite’ sayangnya lumayan front-loaded, nomor-nomor terbaiknya justru di hajar semua pas 20 menit-an awal, seperti “Terrasitic Adaptation” dan “We Eat Our Young“ yang sangat intens dan membuat jiwa berapi-api, cocok banget buat jadi lagu pembuka pas mereka lagi manggung, karena bisa langsung bikin moshpit langsung menggebu-gebu, yang disamber dengan “Scourge of the Offspring” dan “The Insignificants” yang groovy parah se parah-parahnya, jadi hati-hati leher bisa keselo, lalu dilanjutkan dengan “The Storm Upstairs” yang menampilkan fleksibilitas seorang Travis Ryan sebagai seorang vokalis metal, dengan kemampuan menulis part vokal gak main-main, para personil lain pun mengerahkan performa yang tak sembarang, Josh Elmore, Belisario Dimuzio, Olivier Pinard, dan David McGraw dijamin benar-benar tight dalam ‘Terrasite’. Tapi ya gitu seperti yang sudah bilang dari awal, lagu-lagu nampol dan memorable dari album ini malah ditumpuk di awal semua, “…and the World Will Go On Without You”, “A Photic Doom”, dan “Dead End Residents” kurang mampu untung bisa lengket di telinga dan di kepala.
untungnya dua lagu terakhir “Solastalgia” yang rada anthemic dan closer kolosal sepuluh menitan “Just Another Body”, telah berhasil menyelamatkan ‘Terrasite’ agak tak menjadi sebuah glorified EP with some fillers. Selain itu cleanish goblin vokal yang dulu jadi momen spesial, udah mulai terasa overused, dan bukan hal negatif sih, kok makin kesini malah jadi ngingetin sama timbre Udo Dirkschneider (ex-ACCEPT). Untungnya saya tak terlalu banyak berharap atau menaruh ekspektasi pada ‘Terrasite’, ya karena mau gimana lagi, setelah tiga album groundbreaking, sudah saatnya CATTLE DECAPITATION untuk main aman dulu, toh selain tiga track pada pertengahan durasi, ‘Terrasite’ sangat dijamin nendang banget, apalagi dudukung lagi-lagi oleh kualitas produksi modern tapi masih enak dikuping dari Dave Otero boss Flatline Audio Studio, yang juga merupakan sosok dibalik album-album dari KHEMMIS, AKHLYS, VISIGOTH, PRIMITIVE MAN. Dan sekali lagi perlu ditegaskan, karena CATTLE DECAPITATION punya standard diskografi yang tinggi banget, membuat ‘Terrasite’ walau agak menurun dari segi kualitas, masih tetap jadi salah satu rilisan terbaik tahun ini. (Peanhead)
8.7 out of 10