ALBUM REVIEW: BLCKHWK – DECOMPOSING ROTTING FLESH

BLCKHWK ‘Decomposing Rotting Flesh’ Album Review

Disaster Records. January 1st, 2022

Grindcore/Death metal

BLCKHWK salah satu band cadas paling underated di tanah air, akhirnya melepaskan debut albumnya juga, grup yang terbentuk di kota Palembang tahun 2013 ini, saat masih dengan formasi dan nama lama BLACK//HAWK sempat merilis sebuah mini-album/EP self-titled dan sebuah split bareng band grindcore asal ibu kota, DISFARE. Pada tahun 2019 Billy Rizqi (gitar) dan Aldo Viles (drum) merantau ke Bandung, yang mengharuskan BLCKHWK untuk ikutan relokasi, keduanya lalu merekrut Arison Manalu (BOGEMAN), Jeffry Arianto (RAWA BUAYA, ASYLUM UNIFORM) dan John Bimo (DISABLED, KONTRA SOSIAL, GRASP OF DYNAMITE), dengan formasi paling anyar tersebut, BLCKHWK hanya membutuhkan 5 bulan saja untuk merampungkan proses pengerjaan full-length pertama mereka, yang diberikan judul ‘Decomposing Rotting Flesh’ dan dirilis dibawah bendera Disaster Records tepat pada 1 Januari 2022. ‘Decomposing Rotting Flesh’ berisikan tujuh belas lagu dengan durasi hampir 32 menit, dari lagu sekaligus single pertama “Useless”, sudah jelas evolusi terikini BLCKHWK terdengar lebih biadab dan beringas, materi-materi yang ada dalam album ini seribu kali lipat lebih intens dan agresif dari self-tiled EP mereka dari tahun 2015, yang dulu masih beraroma dark hardcore/sludge metal.

Kombinasi antara hardcore/grindcore ultra ngebut model REPULSION, NAILS, ROTTEN SOUND, CURSED, THE SECRET dan GRIDLINK dengan riffing metal kematian yang sekarang diusung oleh BLCKHWK benar-benar near flawless, hanya karakter vokal aja kayaknya yang masih perlu penyesuaian untuk sebagian orang (termasuk saya), karena dalam lagu yang sarat nuansa old school death metal kayak “Unexpected Stab”, “Trypophobia”, “Walking Corpse Syndrome”, “Hiding Place” dan “Future Human”, teknik tarikan vokalnya masih kurang klop. Meskipun semua lagu ngegas ugal-ugalan tanpa kompromi, namun  ‘Decomposing Rotting Flesh’ cukup dinamis, karena BLCKHWK banyak menyelipkan berbagai varian-varian riff, lick, dan pattern gebukan drum yang menohok, alhasil album tidak terasa monton, walaupun tempo nya hampir menggerinda semua. Sebenernya total durasi materi inti album nya sendiri sih cuma 20 menit karena lagu terakhir “In The Mouth of Madness” adalah sebuah trek noise mayan panjang (11 menit 47 detik) buat pencuci mulut abis makan besar, tetapi saya rasa runtime segitu udah cukup pas lah, karena memang dari detik pertama hingga track pamungkas “Dead in the Dirt” gak ketulungan intensitasnya, jadi penasaran… apakah nanti materi baru kalo digeber pas live nanti bakalan bisa segila recording nya gak?, Karena hasil rekaman berserta mixing/mastering ‘Decomposing Rotting Flesh’ yang dikerjakan oleh Yoni Gayot di Fun House Studio mampu meng-capture keliaran BLCKHWK, ditambah lagi albumnya dilengkapi artwork sampul ngeri garapan Tony a.k.a Loonerhaze (dengan arahan langsung dari band) yang eye-catching berasa kayak rilisan-rilsan dari 20 Buck Spin, alias bisa langsung merangsang otak buat secepatnya beli rilisanya. 2022 baru berjalan beberapa jam, dan BLCKHWK dengan ‘Decomposing Rotting Flesh’ udah langsung jadi penghuni tetap daftar Album of the year versi lokal pada akhir tahun nanti. (Peanhead)

8.7 out of 10