fbpx

ALBUM REVIEW: BENEATH THE MASSACRE – FEARMONGER

BENEATH THE MASSACRE ‘Fearmonger’ Album Review

Febuary 28th, 2020. Century Media Records

Technical death metal/Deathcore

Sempet jadi anak ilang alias hiatus cukup lama BENEATH THE MASSACRE tiba-tiba nongol lagi dengan racun terbaru, ‘Fearmonger’ dirilis melalui label baru mereka Century Media Records dan album pertama bareng drummer baru Anthony Barone, yang sempat tampil impresif dalam dua album terakhir  SHADOW OF INTENT, dan juga sebagai penggebuk drum KAMI BAND, grup pendamping BABYMETAL Nama BENEATH THE MASSACRE dulu pertama kali mencuat ke permukaan lewat mini-album ‘Evidence of Inequity’, EP tersebut di lemparkan ke pasaran berbarengan dengan sedang naiknya tren deathcore gelombang pertama di kalangan anak muda kala itu, dimotori DESPISED ICON, THE RED CHORD, ANIMOSITY, dan THROUGH THE EYES OF THE DEAD. Format deathcore yang di usung oleh BENEATH THE MASSACRE jelas lebih tekninal dibandingkan rata-rata grup deathcore lain, hal tersebut membuat mereka bisa crossover  ke ranah tech-death, alhasil ketika tren deathcore dan metalcore sudah mulai merosot, BENEATH THE MASSACRE masih bisa tetap bertahan. Namun entah kenapa setelah merilis album ketiga ‘Incongruous’ band ini justru malah seperti mati segan dan hidup pun tak mau, baru akhirnya pada tahun 2019 mereka kembali aktif, ikut serta dalam tur ‘Tech Trek’ bareng ARCHSPIRE, VULVODYNIA, dan INFERI, sekaligus mengumumkan album terbaru ‘Fearmonger’.

Vakum enam tahun lebih tak membuat BENEATH THE MASSACRE malah tumpul, justru sebaliknya ‘Fearmonger’ merupakan album yang jauh lebih agresif dan ekstrim dari tiga album sebelumnya. Datang tanpa permisi “Rise of The Fearmonger” langsung mencincang gendang telinga pendegar dengan komposisi ultra kompleks dengan BPM tak manusiawi, untungnya BENEATH THE MASSACRE masih mempertahankan breakdown yang menjadikan estafet dari lagu kedua “Hidden in Plain Sight” hingga lagu terakhir “Tarnished Legacy” tak terasa monoton dan seragam, karena album berdurasi setengah jam ini di gas sampe bablas aja dari detik pertama sampai kelar, gak ada intro, outro, interludes, dan basa-basi tak penting, momen mengambil nafas hanya disediakan pada 30 detik akhir “Return to Medusa’ sebelum lanjut lagi dengan akselerasi maksimum, durasi tiap track nya pun dirancang tak keluar dari framework durasi 2-3 menitan, tak ada lagu berdurasi panjang yang mendadak nge-prog. Walaupun aransemen nya luar biasa rumit dipenuhi blast-beat liar, gravity blast, fret tapping, sweep picking, dynamic changes dan solo gitar rasa neo-classical, lagu-lagu yang ada masih sangat to the point dan dengan struktur lagu yang tak berbelit, transisi dari satu bagian lagu ke bagian lain juga gak asal jeblak, karena terdengar halus tidak dadakan seenak jidat.

BENEATH THE MASSACRE juga paham bagaimana cara mengaplikasikan breakdown dan slam yang baik dan benar, bagian tersebut ditaruh pada momen yang tepat tanpa merusak aliran lagu, jadi kontras krusial dalam membuat setiap breakdown yang muncul terdengar heavy as f**k, seperti dalam “Treacherous”, “Of Gods and Machines”, dan “Flickering Lights”. Namun album ini tentunya bakalan sedikit susah dicerna karena intensitas nya dikemas dalam format packaging yang sangat padat dan perlu pengulangan beberapa kali supaya bisa ngena sepenuhnya, hanya “Absurd Hero” yang lumayan groovy dan paling mudah di konsumsi tanpa harus pencet tombol replay berulang kali. ‘Fearmonger’ sudah pasti akan memuaskan veteran yang sudah kenal sound BENEATH THE MASSACRE semenjak ‘Mechanics of Dysfunction’, dan ditengah iklim skena technical death metal yang makin hari makin barbar, ‘Fearmonger’ dijamin bakal menggaet penggemar baru, karena tak banyak album yang bisa mencapai tingkat kesintingan ‘Relentless Mutation’ nya ARCHSPIRE atau ‘Krighsu’ dari WORMED, dua rilisan yang sama-sama gebleg musikalitasnya namum tetep enak didengarkan dan tidak monoton, apalagi dengan gen deathcore yang masih dominan, BENEATH THE MASSACRE punya karakter kuat tersendiri yang tetap beda daripada lainya. (Peanhead)

9.2 out of 10