fbpx

ALBUM REVIEW: AVERSIONS CROWN – HELL WILL COME FOR US ALL

AVERSIONS CROWN ‘Hell Will Come For Us All’ Album Review

Nuclear Blast Records. June 12th, 2020

Technical Deathcore

Dua tahun kebelakang scene deathcore sedang mengalami masa renaissance karena bukan hanya nama-nama didukung label besar saja seperti CARNIFEX, FIT FOR AN AUTOPSY, WHITECHAPEL, BLEED FROM WITHIN, ENTERPRISE EARTH, dan DESPISED ICON yang berhasil menghasilkan album terbaik mereka, namun band independent gak mau kalah, tengok saja rilisan dari SHADOW OF INTENT, ANGELMAKER, SIGN OF THE SWARM, WITHIN DESTRUCTION, HUMANITY’S LAST BREATH yang beberapa bahkan lebih berbahaya dari para band papan atas. Namun tahun ini periode perbaruan tersebut sepertinya rada mandek karena dua rilisan besar tahun 2020 ini, SUICIDE SILENCE ‘Becoming The Hunter’ dan LORNA SHORE ‘Immortal’ terlalu terdengar biasa-biasa aja, baru ada dua rilisan deathcore yang benar-benar menarik bagi saya yaitu ‘Slow Decay’ dari THE ACACIA STRAIN dan ‘Fearmonger’ album terbaru jagoan tech-deathcore asal Kanada BENEATH THE MASSACRE. Ketika salah satu pentolan aliencore, AVERSIONS CROWN mengumumkan album terbarunya bulan maret, saya lumayan langsung penasaran apalagi ketika Nuclear Blast Records memajang cover art fantastis dari none other than Eliran Kantor, yang ilustrasi nya tak perlu diragukan lagi.

Namun ketika single pertama dari ‘Hell Will Come For Us All’ ‘The Soil’ dilepaskan, hype album terbaru ini sepertinya langsung buyar, para die-hard aliencore pun langsung mengamuk di comment section video klip tersebut, banyak yang merasa terkhianati sepertinya karena AVERSIONS CROWN telah memodifikasi musik mereka sedemikian rupa jadi lebih mirip FIT FOR AN AUTOSPY dan THY ART IS MURDER, lirik nya pun tak terlalu frontal bertemakan science-fiction lagi, dan amarah juga banyak di tujukan pada vokalis baru, Tyler Miller yang enggan menggunakan high pitch screaming layaknya Mark Poida, malah justru mencoba meniru pembawaan/teknik vokal ala CJ McMahon dan  Joe Badolato. Respon yang agak suram tersebut sempat membuat saya sedikit malas mencoba album ini, apalagi dua lagu yang dilepaskan berikutnya ‘Born in The Gutter’ dan ‘Paradigm’ juga terdengar sangat generik. Tapi bagi yang mereka mau cuek bebek dan tidak terlalu mempermasalahkan ketiga lagu tersebut, bakal disambut dengan komposisi deathcore yang cukup solid dalam enam lagu lainya. ‘Hell Will Come For Us All’ sepertinya disusun dengan narasi yang lebih terstruktur dari album AVERSIONS CROWN sebelumnya, meskipun pada tiga lagu pertama konsep musik dan tema nya lebih membumi, membahas perang, kesenjangan sosial, kerusakan alam dll, mulai track nomor empat  ‘Caught in The System’, AVERSIONS CROWN mulai lagi memunculkan atmosfir berikut nuansa spacey yang telah jadi trademark mereka selama ini.

Transisi kembalinya elemen sci-fi tersebut akhirnya selesai dalam title track (bahkan sosok alien pun ikutan comeback walaupun lebih digambarkan sebagai perwujudan higher being) dan terus berlanjut hingga dua epilog sekaligus lagu terbaik dari album ini “Sorrow Never Sleeps” dan “The Final Judgement”. Meskipun agak disayangkan porsi lead guitar yang menjadi daya tarik tersendiri khususnya dalam album ‘Xenocide’ banyak dipangkas, Michael Jeffery dan Chris Cougan dalam ‘Hell Will Come For Us All’ untungnya membawa influence baru dari blackened death metal dan melodic death metal yang dikombinasikan dengan elemen tech-death dari materi terdahulu, yang berhasil membuat album ini tak terjangkit kutukan monoton, apalagi AVERSIONS CROWN termasuk salah satu band yang tak membangun struktur lagu menggunakan breakdown sebagai centerpiece, menjadikan ‘Hell Will Come For Us All’ tak terjebak pada breakdown gitu-gitu aja yang bikin jengkel. Satu-satunya kesalahan fatal lainya selain merilis tiga lead single yang merupakan lagu terburuk dalam album, AVERSIONS CROWN malah menggunakan jasa produser Will Putney untuk mengerjakan proses mixing dan mastering, karena hal tersebut membuat warna album ini jadi terlalu mirip dengan ‘The Sea of Tragic Beast’ dan ‘Human Target’ yang dirilis selang beberapa bulan sebelumnya, misalkan ‘Hell Will Come For Us All’ dikerjakan orang yang berbeda mungkin hasil akhir nya bakal gak terlalu mirip FFAA dan TAIM. Meskipun belum melampaui rilisan deathcore dua tahun sebelumnya, namun setidaknya ‘Hell Will Come for Us All’ merupakan album yang lumayan oke, yang penting ketika mendengarkanya harus open-minded aja, atau setidaknya mau sabar menunggu sampai lagu keempat. (Peanhead)

7.8 out of 10