ALKALOID ‘Numen’ ALBUM REVIEW
Season of Mist. September 15th, 2023
Progressive/Technical death metal
Unit lovecraftian progressive death metal ALKALOID, setelah lima tahun lamanya akhirnya melepaskan kelanjutan album fenomenal ‘Liquid Anatomy’, sebenernya ogut gak menyangka kalau supergrup sinting asal Bavaria, Jerman ini bakalan comeback tahun 2023, pasalnya Hannes Grossmann lagi sibuk-sibuknya, Christian Münzner ditarik lagi ke OBSCURA, ditambah sempat beredar desas-desus cabutnya Danny Tunker, yang akhirnya baru dikonfirmasi dua bulan sebelum ‘Numen’ dirilis, dimana dalam press release resmi terungkap bahwa ia udah keluar sejak tahun 2021. Meskipun enggak merekrut pengganti dan justru lanjut dengan formasi berempat, ALKALOID malah melemparkan album penuh paling ambisius mereka, jadi bagi mereka yang menganggap ‘Liquid Anatomy’ sudah masif banget dengan durasi 1 jam lebih, siap-siap kelojotan dengan rilisan teranyar band ini, karena, walau cuma lebih panjang enam menitan doang, ‘Numen’ terbukti punya scope yang luas, yang akhirnya dipecah kedalam dua keping cakram padat, dan double LP, lalu dikemas kedalan kemasan premium dilengkapi artwork ciamik karya Christian Weiss, yang sedikit dibantu oleh AI Midjourney, bentuk sebuah kolaborasi antara manusia dan mesin.
Meskipun dari segi komposisi lagu-lagu dalam ‘Numen’ terdengar kompleks banget, nomor-nomor terbaru dari ALKALOID ini entah kenapa malah lebih mudah dicerna sekaligus cepet nyantol dikepala dibandingkan dua album sebelumnya, khususnya pada babak pertama ‘Numen’, yang dibuka lewat “Qliphosis”, sebuah lagu yang berhasil menemukan titik tengah sempurna antara kebrutalan death metal dan elemen-elemen dari progressive rock/metal, dan meskipun formasinya hanya berempat saja, ALKALOID terbukti makin solid dan tight. Track berikutnya “The Cambrian Explosion” merupakan sebuah nomor tech-death metal yang ngingetin ke OBSCURA dan NECROPHAGIST, namun dengan twist bejibun, seperti flamenco break pada 0:56, paduan suara model AYREON pada menit kedua, hingga nge jazz dadakan saat masuk di awal menit ketiga. Single pertama “Clusterfuck” pun tak kalah sedeng, begitu pula “A Fool’s Desire”, yang punya rasa-rasa hard rock kuat, sebelum bertransformasi jadi monster death metal pada penghujung lagu, sedangkan “Shades Of Shub Niggurath” cukup groovy, dengan main riff yang malah agak djent-y, namun trek favorit dalam babak pertama tetep, “The Fungi From Yuggoth” dengan racikan ala MORBID ANGEL ketemu IMMOLATON yang kuat.
Sayangnya bagian kedua ‘Numen’ malah melempem, diawali dengan interlude gitar klasikal “The Black Siren”, title track album walaupun hanya berdurasi tujuh menit entah kenapa malah terkesan kepanjangan banget dan kurang ramping, tak menampilkan sense of urgency dari enam lagu di disc pertama, alias rada bertele-tele padahal konsep what if… KING CRIMSON maenin death metal cukup brilian, beruntung sambungannya, “Recursion”, lagu super padat penuh pengaruh dari black/death, neo-classical metal, hingga chugga-chugga kayak GOJIRA, bisa dibilang nampol parah. “The Folding” sebenernya punya pontensi sangat tinggi, lewat nuansa death/doom tengik, yang mampu menjadi penyegar setelah dibantai aransemen penuh intensitas dari detik pertama, tapi lagi-lagi lagu ini melantur gak jelas kemana pas pertengahan lagu, nyasar jadi dark ambient/noise, bikin album ini terlalu banyak bloat-nya men!!, tapi ya seperti biasa, sebagai lagu paripurna ALKALOID mempersembahkan track kolosal “Alpha Aur”, yang hands down deh, dibandingkan dua album sebelumnya, merupakan lagu penutup terbaik yang pernah dihadirkan mereka. Overall memang bagian kedua ‘Numen’ 3/5 nya kurang greget dan cenderung gak fokus, berbanding terbalik dengan babak pertama yang padat meskipun menjuntai dan luar biasa ngejelimet, seandainya “Numen (Dyson VII)”, “The Folding”, dan interlude agak kurang perlu “The Black Siren” di potong saja, sudah pasti ‘Numen’ langsung melesat ke posisi atas album terbaik ALKALOID, sekaligus masuk calon paling punya kans tinggi jadi AOTY 2023, tapi ya gitu deh, ujung-ujungnya meskipun materinya banyak yang fantastis, karena terlalu banyak momen-momen yang enggak banget, lumayan mengurangi skor akhir dari ‘Numen’. (Peanhead)
8.4 out of 10