ALBUM REVIEW: 40 WATT SUN – WIDER THAN THE SKY (REISSUE)

40 WATT SUN ‘Wider Than The Sky (Reissue)’ ALBUM REVIEW

Svart Records. May 5th, 2023

Atmospheric rock

Tak hanya merilis ulang debut fantastis 40 WATT SUN, ‘The Inside Room’, yang telah menjadi album cult classic dikalangan pencinta doom metal, label asal Finlandia, Svart Records merilis ulang kembali ‘Wider than the Sky’, album sophomore Patrick Walker cs yang menjadi missing link antara LP pertama yang masih nge-doom ala project utama sang pentolan, WARNING, dengan album teranyar 40 WATT SUN dari tahun 2022 lalu, ‘Perfect Light’, yang udah nyaman di zona atmospheric rock/chamber folk akustikan sampe lengkap pake gambar sampul berwarna-warna senja. Keputusan Svart untuk memberikan kesempatan lagi untuk ‘Wider than the Sky’ sangat lah tepat, mengingat saat pertama kali dilepaskan ke pasaran akhir tahun 2016 silam, album ini kurang mendapat ekspos cukup dari media, hal tersebut disebabkan karena tak seperti ‘The Inside Room’, yang peyebarannya di-handle oleh dua records label berpengalaman Cyclone Empire dan Metal Blade, distribusi ‘Wider than the Sky’ hanya dikerjakan sendiri oleh Patrick Walker lewat nama dagang Radiance Records, dan awalnya hanya dicetak terbatas dalam format cakram padat dan digital (itu pun sampai sekarang masih belum ada di beberapa streaming service), baru setelah kurang lebih sebulan rilis secara diy, Svart Records akhirnya ngebuatin versi vinyls-nya, yang terbukti laris di pasaran karena 1000 kopi pertama ludes, bukti kalo promosi dan koneksi distribusi emang luar biasa penting.

Selain tentunya disebabkan faktor distribusi dan pemasaran awal yang sangat terbatas, faktor lain yang menyebabkan ‘Wider than the Sky’ rada terlupakan bahkan oleh para penikmat doom metal sekalipun, tak lain dan tak bukan karena dalam full length kedua, 40 WATT SUN dengan sengaja menghilangkan hampir semua elemen doom dari ‘The Inside Room’, tekstur gitar berdistorsi yang terdekap fuzz sudah digantikan dengan clean tone yang hanya berbalut efek minimalis, alasan perombakan besar-besaran ini didasari rasa tidak suka Patrick Walker atas label doom metal yang sempat dilekatkan pendengar hingga media pada album pertama. Namun tak seperti ‘Perfect Light’ yang udah bener-bener gak ada nuansa doom-nya, komposisi hingga struktur lagu-lagu dalam ‘Wider than the Sky’ masih nyerempet-nyerempet doom metal, materi dalam album ini masih sangat masif, dengan mayoritas berdurasi diatas 9/10 menit-an, gak kalah kolosal dengan lagu-lagu EVOKEN dan WARNING tempo doloe, selain itu “Another Room” dan “Stages” selain bertempo slow as fukk punya riff yang gak jauh-jauh dari doom. Dan kalau mau memberikan waktu luang buat mempreteli satu per satu, sebenernya masing-masing track dalam album ini punya karakteristik distinct-nya sendiri, tidak agak membaur kayak ‘The Inside Room’.

Tapi jujur, perubahan signifikan dalam sound 40 WATT SUN juga bikin ogut rada keder pas pertama kali denger, apalagi lagu pertama langsung berdurasi lebih dari seperempat jam, dengan aransemen masih bertempo lambat banget namun tanpa dekapan efek berat nan tebal kayak doom sewajarnya. Saya baru bener-bener terhanyut dalam pusaran kehampaan album ini pas nomor kedua “Beyond You” masuk, dimana “Pictures” yang genjrengan gitarnya lebih bersemangat tentunya masih menjadi lagu paling saya jagokan dari rilisan ini, durasi sembilan menit-pun kadang berlalu begitu saja karena seperti bikin lupa waktu, lagu penultimate “Craven road” juga terbukti sangat memorable dengan nuansa post-rock cukup pekat jadi gak ngebosenin meskipun panjang, tapi lagu penutup “Marazion” lah, yang hanya punya runtime hanya empat menit saja, yang sampai saat ini menjadi salah satu fan favorite pengikut 40 WATT SUN, bersama “Carry Me Home” dan “Restless” dari album pertama. Meskipun udah berbeda jauh banget dengan album pertama karena udah gak doom metal lagi, namun saya rasa ‘Wider than the Sky’ masih saya sangat rekomendasikan bagi mereka yang mau open-minded, karena ‘Wider than the Sky’ merupakan karya sangat unik, seperti sebuah album doom metal yang dekonstruksi lalu dibangun ulang from the ground up dengan berbagai pengaruh mulai dari CODEINE, LOW, SONGS:OHIA, ANATHEMA, hingga post-reunion EARTH, yang penting pendengarnya harus sabar dan membuka pikiran selebar-lebarnya saja saat dengerin, kalo enggak ya dijamin bakalan cuma masuk kuping kiri-keluar kuping kanan. (Peanhead)

8.8 out of 10