THE NIGHT HOUSE
Sutradara: David Bruckner
UK / US (2020)
Review oleh Tremor
David Bruckner adalah salah satu sutradara yang karyanya cukup ditunggu-tunggu oleh komunitas horror sejak ia berhasil membuat segmen paling berkesan dalam antologi Southbound (2015) yaitu segmen berjudul “The Accident”, yang kemudian disusul dengan film horror okultisme berjudul The Ritual (2017). The Night House sendiri adalah sebuah film drama horor thriller dengan sentuhan psikologis sekaligus supranatural yang ia sutradarai berikutnya, ditulis oleh Ben Collins dan Luke Piotrowski. Setelah membuat The Night House, kini Bruckner sedang disibukkan dengan proyek reboot Hellraiser yang kabarnya akan dirilis tahun depan. Berbeda dengan tema dalam The Ritual, The Night House membawa kisah yang berhubungan dengan rasa duka, emosi, kesedihan, isolasi, keputusasaan, yang dibumbui dengan elemen horror supranatural.
Plot The Night House berpusat pada Beth, seorang guru sekolah yang sedang sangat berduka. Suami Beth, yaitu Owen, baru saja meninggal dunia dengan tragis setelah menembak kepalanya sendiri. Tentu saja Beth merasa sangat kehilangan dengan kepergian yang sangat mendadak ini. Ia juga dikuasai rasa bingung karena Beth merasa tidak pernah ada masalah dalam pernikahan mereka yang sudah berumur 14 tahun. Beth merasa sangat mengenal suaminya yang ia pikir justru lebih sehat secara mental dibandingkan Beth. Kini Beth harus tinggal seorang diri dalam rumah cantik yang Owen bangun untuk Beth. Kebetulan Owen adalah seorang arsitek, dan rumah ini berada tepat di pinggir danau dengan pemandangan indah. Namun kini semua keindahan ini terasa sangat hampa. Rasa duka Beth yang mendalam bermanifestasi lewat banyak cara: ia mulai lebih sering menenggak alkohol, menonton ulang video pernikahan mereka, hingga mengemasi barang-barang mendiang suaminya hanya untuk ia lempar dengan marah. Beth juga berjuang untuk bisa tidur tanpa Owen di sampingnya, dan mulai dihantui mimpi buruk saat ia berhasil terlelap.
Siksaan batin Beth tak berhenti di situ. Tak butuh waktu lama hingga Beth mulai merasakan adanya kehadiran supranatural dalam rumahnya. Padahal Beth adalah orang yang skeptis dan tidak percaya hantu. Selain mulai mendengar gema suara pria dalam rumanhya, radio juga seringkali tiba-tiba menyala dan mati sendiri. Beth juga mulai melihat jejak kaki pada dermaga kecil di danau, tempat Owen mengakhiri hidupnya di atas perahu. Yang lebih menarik sekaligus menyeramkan adalah ilusi-ilusi optik yang ia lihat lewat geometri arsitektur rumah yang menciptakan bentuk bayangan manusia. Beth mulai hanyut ke dalam mimpi buruk pada tiap tidurnya dengan visi hantu Owen yang seakan ingin berkomunikasi dengannya. Garis antara kenyataan dan imajinasi dalam hidup Beth mulai kabur. Salah satu mimpi buruk Beth yang terasa sangat nyata akhirnya mendorong Beth untuk melakukan sesuatu yang tak pernah ia lakukan sebelumnya: memeriksa telepon genggam milik suaminya. Di sanalah Beth menemukan sesuatu yang janggal, yang kemudian membuatnya menjadi semakin penasaran. Potongan-potongan puzzle rahasia suami Beth secara perlahan mulai terungkap, setidaknya begitu menurut Beth. Sebagian besar durasi film ini kemudian membawa kita mengikuti perjalanan Beth yang terobsesi mencari jawaban atas misteri seputar rahasia suaminya: siapa Owen sebenarnya dan apa yang Owen sembunyikan hingga nekat mengakhiri hidupnya sendiri. Namun pada akhirnya kehidupan rahasia Owen ternyata tidak sesederhana yang Beth duga. Semakin dalam Beth menggali rahasia-rahasia Owen, semakin dalam pula ia terhisap ke dalam kenyataan yang gelap.
Semua misteri dalam The Night House dibuat cukup menarik dan mampu membuat saya terus menonton film ini hingga selesai. Di sepanjang usaha Beth dalam mengungkap rahasia mendiang suaminya, ada banyak kemungkinan yang akan membuat para penonton terus menebak-nebak ke mana arah kisah ini. Selain mengungkap tentang misteri yang terkubur, film ini juga banyak menyentuh ranah emosional, misalnya soal kesedihan, duka cita, kesehatan mental dan depresi. Di sisi lain, sebagai film horror, The Night House menyajikan kisah rumah berhantu dengan gayanya sendiri. Ia memiliki banyak kejutan yang lebih kompleks dan lebih mendalam dari sekedar konsep rumah berhantu pada umumnya. Ketegangan dalam The Night House juga banyak muncul berkat atmosfer yang brilian. Dengan judul film “The Night House”, tentu saja rumah Beth menjadi set yang paling signifikan. Sinematografer Elisa Christian dengan sangat baik memanfaatkan banyak ruang kosong dan ilusi optik untuk memberi perasaan pada penonton bahwa ada sesuatu di kegelapan rumah tersebut yang mengawasi Beth. Penonton bisa dibuat cemas hanya lewat sudut-sudut kosong ruangan atau mungkin di belakang perabot rumah. Efek visual ini seakan bekerja di bawah alam sadar penonton, membuat mata kita selalu waspada mencari detail tambahan yang tersembunyi di sudut-sudut rumah. Ini tentu saja sangat membantu dalam membangun ketegangan ketika kita para penonton, bersama-sama dengan Beth, masih berusaha menyusun potongan puzzle di kepala kita sambil mencoba memikirkan penjelasan-penjelasan atas beberapa kejadian ganjil. Saya ingat bagaimana sutradara David Bruckner juga banyak bermain dengan atmosfer dalam segmennya di Southbound (2015) dan film The Ritual (2017). Mungkin ini memang ciri khas yang ingin ia pertahankan. Hal ini membuat saya semakin penasaran seperti apa suasana neraka dalam Hellraiser versi Bruckner.
Pada satu titik menjelang film ini berakhir, saya pribadi mulai bertanya-tanya tentang konsep The Night House. Apakah film ini memang sepenuhnya kisah supranatural, atau ini merupakan penggambaran dari seseorang yang mengalami trauma dan mungkin mulai menjadi gila? Saya menganggap film yang bisa membuat penontonnya memikirkan kemungkinan-kemungkinan alternatif adalah film yang bagus. Tapi jujur saja, saya sempat sedikit kecewa saat akhirnya misteri yang dihadapi Beth benar-benar terungkap, karena di tengah film saya berharap kalau The Night House akan menutup kisahnya dengan ending cosmic horror ala The Void (2016) atau bahkan The Beyond (1981). Tapi tentu saja The Night House bukanlah film seperti itu, dan saya tahu bahwa kekecewaan muncul karena adanya harapan pribadi. The Night House bukanlah jenis film horror yang akan menjadi sejarah, tetapi bagaimanapun ini tetaplah film drama horror/thriller supernatural slow-burn yang solid, lengkap dengan sinematografi menakjubkan, ditambah beberapa jumpscare yang muncul pada tempatnya dan dibuat dengan cukup baik.
Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com