THE MORTUARY COLLECTION
Sutradara: Ryan Spindell
USA (2019)
Review oleh Tremor
Setelah sebelumnya membuat banyak film pendek, sineas muda bernama Ryan Spindell akhirnya merilis debut film feature-nya lewat antologi horror komedi berjudul The Mortuary Collection. Ada banyak antologi horror berisikan film-film pendek yang dibuat oleh sutradara yang berbeda-beda. Tapi dalam The Mortuary Collection, semua cerita dan penyutradaraan adalah karya dari Ryan Spindell seorang. Contoh terdekat dari antologi semacam itu yang terlintas di kepala saya sekarang mungkin adalah Trick R’ Treat (2007) dan Ghost Stories (2017). Dan sama seperti kedua antologi yang saya sebut barusan, cerita-cerita pendek dalam The Mortuary Collection juga dibungkus menjadi satu kesatuan lewat sebuah cerita utama yang berperan sebagai cerita bingkai, dimana cerita utama ini pada akhirnya menjadi segmen tersendiri dan menutup keseluruhan antologi dengan sempurna. Selain itu, sudah menjadi semacam tradisi kalau antologi horror memiliki host / presenter-nya sendiri yang berfungsi sebagai penutur cerita-cerita pendek pada penonton. Tradisi presenter ini bisa ditemui dalam banyak antologi horror seperti misalnya sosok hantu The Creep dalam antologi Creepshow (1982), Cryptkeeper dalam serial TV Tales from the Crypt (1989-1996), hingga karakter The Projectionist dalam Nightmare Cinema (2019). Begitu juga dengan antologi The Mortuary Collection yang memiliki host-nya sendiri, seorang pria tua pengurus pemakaman bernama Montgomery Dark, yang sangat terasa sebagai karakter homage untuk ikon horror Tall Man dari film horror Phantasm (1979). Karakter Montgomery Dark ini diperankan oleh seorang aktor senior sekaligus voice actor bernama Clancy Brown yang suaranya banyak mengisi serial tv animasi dan video games terkenal, dari mulai serial The Clone Wars dan Rebels-nya Star Wars, Justice League, The Penguins of Madagascar, hingga video game seperti Call of Duty: Black Ops II dan Mass Effect: Andromeda. Namun peran suaranya yang paling dikenal dari seluruh karir Brown adalah sebagai pengisi suara tuan Krabb dalam semua serial dan film Spongebob Squarepants. Siapa sangka pemilik suara tuan Krabb bisa berperan dengan menyeramkan untuk film horror.
Cerita bingkai dalam antologi The Mortuary Collection dimulai saat Montgomery Dark mencari calon pengganti dirinya dengan cara membuka lowongan kerja di rumah pemakaman yang ia kelola. Sosok Montgomery Dark bisa dibilang cukup menyeramkan, dan sering membuat banyak anak kecil yang penasaran dengan keangkeran rumah dukanya lari terbirit-birit. Satu-satunya orang yang datang merespon lowongan kerja yang Montgomery pasang di luar rumah dukanya adalah seorang perempuan muda bernama Sam. Ia pun meminta Sam untuk menandatangani kontrak kerja sambil bercerita. Montgomery tidak hanya mencatat semua detail tentang bagaimana mayat-mayat yang ia kremasi meninggal, tetapi juga cerita tentang mengapa mereka meninggal. Detail inilah yang membuat Sam penasaran, dan ia ingin mendengar cerita-cerita tersebut. Montgomery mulai menuturkan beberapa kisah sambil mengajak Sam berkeliling dalam rumah duka, dan pada saat itulah film ini mulai memasuki format antologi-nya.
Cerita pertama berlatarkan tahun 50-an, berkisah tentang seorang perempuan yang menggunakan kecantikannya untuk memenangkan hati para tamu pria di sebuah pesta, sambil diam-diam mencuri dompet mereka. Ketika pencopet ini masuk ke dalam kamar mandi untuk menguras isi dompet-dompet hasil curiannya, ia mendapat sebuah kejutan yang sangat Lovecraftian. Ini adalah cerita paling pendek dalam antologi Mortuary Collection. Durasinya mungkin tidak lebih dari limat menit. Tapi Ryan Spindell sang penulis sekaligus sutradara Mortuary Collection menggunakan waktu yang singkat ini dengan sangat efisien. Kembali ke rumah duka, Sam tampaknya sama sekali tidak terkesan dengan kisah ini. Montgomery pun menyatakan bahwa cerita tersebut barulah pemanasan. Dan ia tidak bohong, karena kisah-kisah berikutnya semakin gelap dan penuh darah.
Montgomery menuturkan kisah kedua dalam Mortuary Collection, yang kali ini berlatarkan tahun 60-an. Kisah ini menceritakan tentang seorang mahasiswa playboy sekaligus buaya darat bernama Jake, yang membuat kampanye palsu tentang kesetaraan gender dan pembebasan seksual di depan para mahasiswi baru, sambil membagi-bagikan kondom pada mereka. Di balik itu, sebenarnya tujuan Jake cukup busuk. Ia ingin merayu para mahasiswi baru agar mau datang ke pesta yang akan ia selenggarakan, dan tentu saja Jake ingin bercinta. Ia pun berkenalan dengan seorang mahasiswi pemalu bernama Sandra, dan mengundangnya ke pesta. Saat pesta berlangsung malam itu, Sandra benar-benar datang dan Jake dengan mudah berhasil membawanya ke kamar tidurnya. Sandra sepakat untuk bercinta dengan Jake dengan satu syarat: Jake harus menggunakan kondom sesuai isi kampanyenya. Jake tampak terpaksa namun mau tidak mau menyepakatinya. Saat akhirnya mereka bercinta, Jake yang picik diam-diam melepas kondom tanpa sepengetahuan Sandra. Tidak seorangpun yang menduga kalau hidup Jake berubah menjadi sangat mengerikan di pagi harinya. Ia harus membayar mahal atas kepicikan dan arogansinya. Kisah ini adalah segmen yang paling fun dari keseluruhan film. Segmen ini diisi dengan momen-momen tak terlupakan, dipenuhi dengan dark comedy di sana sini, dan kisahnya semakin intens seiring berjalannya cerita. Bagi para penggemar body horror, tentu akan bersorak sorai menonton segmen ini, tepatnya dalam adegan di mana ada salah satu bagian tubuh yang meletus.
Sam cukup menyukai kisah tersebut. Tapi ia ingin mendengar lebih banyak lagi, yang membawa kita pada kisah ketiga yang berlatarkan tahun 70-an. Kisah ini adalah kisah tragis tentang pasangan suami istri bernama Wendell dan Carol. Wendell menjalani hari-hari rumah tangganya dengan cukup berat karena ia harus mengurus Carol yang sudah lama mengalami semacam koma. Saya tidak ingin menuliskan spoiler di sini, tapi singkat cerita, Wendell yang frustrasi merasa istrinya bukan lagi orang yang ia kenal, pada akhirnya sebuah mengambil keputusan yang mengerikan. Naas bagi Wendell, ini tidak berjalan sesuai rencana awal. Sebenarnya ini adalah segmen yang paling tragis dari keseluruhan antologi Mortuary Collection, tapi tetap fun untuk ditonton. Sejak Wendell mengambil keputusan fatalnya, kisah tragis ini mulai memasuki teritori dark comedy bercampur horror supranatural.
Setiap kali Montgomery selesai menuturkan kisahnya, Sam selalu menyampaikan pendapatnya tentang bagian-bagian cerita mana saja yang menurutnya memuaskan dan tidak. Tapi pada dasarnya Sam tidak percaya pada semua cerita Montgomery karena dipenuhi dengan terlalu banyak fantasi serta pesan moral. Semua kisah yang dituturkan Montgomery adalah tentang bagaimana seseorang yang melakukan kejahatan pada akhirnya akan selalu dihukum dengan mengenaskan. Sam menyatakan tidak setuju dengan pesan moral tersebut. Akhirnya Sam memutuskan untuk menceritakan kisahnya sendiri pada Montgomery, untuk membuktikan bahwa dalam dunia nyata, orang jahat bisa saja menang. Dan kita pun memasuki kisah keempat dalam The Mortuary Collection yang kini dituturkan oleh Sam.
Segmen ini sebenarnya adalah film pendek yang pernah dirilis oleh sutradara Spindell pada tahun 2015, berjudul The Babysitter Murders. Kisahnya berlatarkan tahun 80-an, dan dibuka dengan stereotip film slasher era tersebut. Suatu malam, Sam sedang menikmati kesendiriannya sambil menonton sebuah film slasher di TV. Saat Sam pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malamnya, tiba-tiba sebuah berita darurat tersiar di TV yang isinya memperingatkan pada semua orang untuk mengunci pintu rumah rapat-rapat karena beberapa saat sebelumnya baru saja terjadi kerusuhan besar di rumah sakit jiwa setempat. Dari banyak pasien yang melarikan diri, salah satunya adalah seorang psikopat. Sayangnya Sam yang sedang sibuk di dapur tidak sempat melihat berita ini. Segmen ini penuh dengan kekerasan ala film slasher yang dipadu dengan sedikit action, dan ditutup dengan sebuah kejutan besar yang akan mengantar kita kembali pada cerita bingkai antologi Mortuary Collection: kisah tentang Sam dan Montgomery di rumah duka yang kemudian menutup keseluruhan antologi dengan twist yang sangat memuaskan.
The Mortuary Collection adalah salah satu antologi horor komedi terbaik yang pernah saya tonton. Saya juga cukup menyukai karakter Montgomery Dark yang berpenampilan layaknya karikatur film kartun dengan suaranya yang menyeramkan, tapi sangat cocok dengan keseluruhan antologi yang fun ini. Sebagai penulis dan sutradara, Ryan Spindell tahu betul bagaimana membuat sebuah antologi yang menyenangkan, dengan formula perpaduan humor dan horor yang tepat. Narasinya bagus, dialognya cukup jenaka dan seringkali menyusupkan komedi gelap.
Faktor lain yang membuat antologi ini cukup bersinar bagi saya pribadi adalah banyaknya penggunaan special effect tradisional yang dikerjakan oleh studio ADI. Bagi yang ingin tahu siapa itu studio ADI, silakan baca review saya untuk film Harbinger Down (2015). Walaupun sebagian kecil efek visual The Mortuary Collection juga menggunakan CGI, tapi porsinya sangat minimalis. Dalam era modern dimana ada lebih banyak CGI digunakan dalam film horror pada umumnya, penggunaan special effect tradisional dalam film semacam Mortuary Collection adalah sesuatu yang sangat saya apresiasi.
The Mortuary Collection memiliki semua hal yang saya sukai tentang film horor: gaya visual, humor gelap, kreatifitas, monster, body horror, kejutan, soundtrack bagus, dan banyak darah. Sejujurnya, saya masih menginginkan ada lebih banyak cerita pendek yang dituturkan oleh Montgomery. Secara keseluruhan, The Mortuary Collection adalah antologi yang menyenangkan dan sangat menghibur untuk ditonton.
Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com