fbpx

MOVIE REVIEW: THE CRAZIES (2010)

THE CRAZIES
Sutradara: Breck Eisner

USA (2010)

Review oleh Tremor

Saya tidak tahu apakah sekarang adalah waktu yang tepat untuk menulis review film bertema infeksi virus dan outbreak atau tidak. Tapi di tengah semua kepanikan dan ketidakpastian yang kita hadapi sekarang ini, kita bisa membunuh waktu dengan cara yang sedikit fun lewat ketegangan film horror bertema outbreak. Tapi kita tidak butuh film outbreak yang terlalu serius dan (hampir) realistis namun tanpa bumbu horor (kecuali soal perilaku manusia itu sendiri) seperti dalam film Contagion (2011), Outbreak (1995) atau Flu (2013). Kita butuh hiburan, bukan lebih banyak kecemasan. Itulah mengapa kali ini saya memilih untuk menulis review film horror yang bukan mengenai bencana medis biasa, tetapi sesuatu yang lebih terasa fiktif, ringan dan menghibur. Kebanyakan dari film-film horror outbreak semacam ini mengambil latar setelah terjadinya outbreak, dimana populasi manusia sudah hampir punah, atau istilahnya adalah post-apocalypse survival. Film-film seperti seri Resident Evil (2002-2016), 28 Days Later (2003), 28 Weeks Later (2007), hingga I Am Legend (2007) adalah beberapa di antaranya. Tapi tidak sedikit juga yang mengambil latar tepat saat outbreak baru saja dimulai, seperti Rec (2007) dan World War Z (2013) misalnya. Hampir semua film yang barusan saya sebutkan punya kemiripan: manusia yang terinfeksi virus kemudian berubah menjadi semacam zombie, atau dalam kasus I Am Legend, menjadi mahluk dengan karakteristik campuran antara vampir dan zombie. Nah, film yang akan saya bahas kali ini cukup berbeda dari film horor outbreak lainnya, karena dalam film ini manusia yang terinfeksi virus tidak berubah menjadi zombie atau vampir, tetapi menjadi orang gila yang agresif.

The Crazies yang disutradarai oleh Breck Eisner dan dirilis pada tahun 2010 ini adalah salah satu film remake yang menurut saya cukup berhasil menjadi lebih bagus dari pada film originalnya, terutama dalam hal ketegangannya. Film asli The Crazies sendiri dirilis pada tahun 1973, dibuat oleh rajanya horor zombie modern: George A. Romero, lima tahun setelah ia membuat Night of The Living Dead (1968) dan lima tahun sebelum Dawn Of the Dead (1978). Ini adalah film horror kedua yang pernah Romero buat di sepanjang hidupnya, dan salah satu film Romero yang memang layak untuk didaur ulang dengan bajet yang lebih pantas. Premis The Crazies sebenarnya sangat menarik, namun sayang dieksekusi dengan pas-pasan. Dengan segala hormat saya kepada mendiang George Romero, jujur saja saya rasa versi original dari Crazies tidaklah terlalu bagus untuk ditonton di tahun 2020, terutama dalam hal produksi, acting dan naskah.

Film The Crazies berlatar di sebuah dusun kecil bernama Ogden Marsh yang tenang. Seperti umumnya desa petani, populasi penduduknya tidak terlalu banyak dan hampir semuanya saling mengenal. Karakter utama sekaligus pahlawan kita adalah seorang Sherrif muda bernama David. Tak banyak pekerjaan bagi David karena hampir tidak pernah ada masalah keamanan di dusun yang tentram ini. Namun suatu hari semuanya berubah. Seorang warga dengan wajah bengis datang ke pertandingan baseball sambil membawa shotgun saat pertandingan tengah berlangsung. Tentu semua orang mengenalnya, dan bukan kebiasaannya untuk menakut-nakuti warga seperti itu. Sherif David terpaksa menembak mati pria tersebut karena ia nyaris menembak David.

Beberapa hari kemudian satu persatu penduduk dusun mulai menunjukkan perilaku yang ganjil dan agresif. Salah satu penduduk bahkan membakar rumahnya sendiri setelah sebelumnya menyekap anak dan istrinya di dalam sana. Di waktu yang sama, sekelompok pemburu menemukan mayat tentara penerjun payung di dalam hutan. Sherriff David dan deputinya langsung menyisir area hutan dan sungai hingga mereka menemukan bangkai pesawat militer di dasar sungai. Anehnya, mereka tidak pernah pernah mendengar laporan soal hilangnya pesawat militer. David pun merasakan adanya keganjilan.

Sebelum David berhasil menemukan jawabannya, dusun tersebut sudah dikepung oleh banyak sekali tentara. Satu persatu penduduk ditangkapi dan dikumpulkan di sebuah lapangan. Ada lebih banyak tentara di sana, dan sebagian besar sudah menggunakan hazmat dan masker. Mereka memeriksa suhu tubuh semua penduduk, dan memisahkan penduduk berdasarkan suhu tubuhnya. Istri David yang bernama Judy kebetulan adalah seorang dokter. Saat sedang mengantri di tengah suasana yang membingungkan tersebut, Judy menyadari bahwa prosedur ini berhubungan erat dengan wabah virus. Desa Ogden Marsh dikarantina dan dijaga ketat oleh militer bersenjata lengkap. Tapi para penduduk yang sudah terinfeksi dan mulai gila akhirnya memberontak menjebol pagar-pagar yang mengurung mereka. Kekacauan terjadi, dan tidak ada pilihan lain bagi tentara selain membasmi seluruh penduduk desa.

Rupanya perilaku ganjil para penduduk berkaitan erat dengan bangkai pesawat militer yang David temukan. Jatuhnya pesawat militer tersebut telah membuat eksperimen senjata biologis yang dibawanya mencemari lingkungan dusun dan menginfeksi para penduduknya dengan virus rahasia buatan militer. David menyadari bahwa kehadiran militer di dusunnya adalah untuk menutupi kecerobohan mereka sendiri. Dan pemberontakan para orang gila membuat situasi sama sekali tidak bisa dikendalikan. Para tentara akhirnya mulai memburu para penduduk dusun yang masih berkeliaran dengan harapan bisa mencegah virus ini menyebar ke seluruh daratan Amerika. David, istrinya, deputinya yang sangat loyal dan seorang survivor lainnya berusaha melarikan diri keluar dari dusun ini. Namun usaha mereka tentu saja dihalangi oleh para tentara bersenjata, dan juga para penduduk yang sudah terlanjur menjadi gila.

Ada banyak faktor yang membuat saya merasa film remake The Crazies ini lebih bagus dari aslinya. Pertama, film ini jauh lebih menegangkan dibanding aslinya. Mungkin karena film original-nya sudah termakan jaman, atau mungkin karena Romero mendapat kendala keterbatasan bajet pada masa itu, atau bisa jadi karena saya tidak menaruh harapan yang terlalu tinggi saat menonton versi remake-nya. Kita memang tidak benar-benar bisa membandingkan antara versi remake dan original-nya, karena ada banyak sekali hal baru dalam versi remake ini yang tidak ada dalam versi original. Menurut saya itu adalah hal bagus, karena kalau kita ingin membuat ulang sebuah film, kita tidak sekedar membuat salinan dari film aslinya. Tapi kita bisa membandingkan beberapa perbedaan signifikan antara kedua film tersebut.

Dalam versi aslinya, George Romero mengeksplorasi dua sisi yang berbeda: kelompok survivor yang berusaha kabur dari karantina, dan kelompok militer yang frustrasi mengatasi keadaan ini sekaligus mencari antidot sebelum penyakit misterius ini semakin menyebar. Sayangnya, sebagai film horor, kita tidak mendapatkan banyak ketegangan karena Romero menghabiskan terlalu banyak waktu untuk berfokus pada bagaimana respon militer terhadap wabah beserta semua birokrasinya. Waktu kita habis hanya untuk menonton rumitnya rantai komando dan rasa frustrasi ilmuwan saat berusaha keras menemukan antidot yang tepat sebelum wabah menyebar secara nasional. Walaupun Romero kelihatannya bukan orang yang menyukai militer, tetapi para tentara tetap diberi sedikit sisi manusianya. Kita bisa melihat beberapa dari mereka putus asa mengemban tugas yang tak diharapkan. Sementara dalam versi remake-nya, The Crazies lebih banyak disorot dari sudut pandang David dan kelompok kecilnya, bagaimana mereka berusaha bertahan dan melarikan diri dari kejaran tentara sekaligus penduduk yang gila. Pihak militer dalam versi remake digambarkan sebagai sekelompok orang jahat bersenjata yang hilang sisi manusianya dan berusaha menyelesaikan masalah ini dengan membasmi seisi kota. Mereka tidak berusaha menyembuhkan penyakit, tetapi hanya ingin menutupi kecelakaan fatal ini sebelum diketahui oleh lebih banyak orang. Menurut saya perbedaan ini sangat penting karena ia mengubah keseluruhan tema film The Crazies. Kalau kalian suka dengan tema survival yang penuh ketegangan, darah dan horor, tentu saja versi remake lebih cocok untuk kalian. Perbedaan lainnya yang perlu saya catat juga ada pada ending film, dimana ending The Crazies original terasa jauh lebih berani dan gelap. Semua harapan untuk keadaan yang lebih baik tiba-tiba sirna. Sementara pada versi remake, saya rasa sang sutradara lebih banyak bermain aman. Nuansa film pada sepertiga terakhir dari versi 2010 mulai berubah menjadi semacam hibrida film zombie, epidemi dan action, lengkap dengan ending yang memang mudah diprediksi. Siapa saja karakter yang bertahan hidup hingga akhir film sesuai dengan harapan semua orang. Mungkin karena dalam film horror modern, adalah sesuatu yang lumrah untuk membuat ending yang bersifat terbuka, agar memungkinkan untuk dibuatnya sequel kalau pasar memintanya.

Banyak orang beranggapan bahwa The Crazies 2010 tampak seperti film zombie. Tetapi saya perlu menekankan sekali lagi bahwa ini bukan film zombie. Tentu film ini banyak terinspirasi film-film zombie modern, tetapi orang-orang gila dalam film ini tidak memakan korbannya. Mereka yang terinfeksi dalam The Crazies hanyalah orang-orang biasa yang berubah menjadi gila, agresif, lalu membunuh dan menyiksa orang lain yang mereka temui dengan brutal. Penularan virus juga tidak terjadi lewat gigitan dan mereka bahkan tidak menggigit orang. Di beberapa scene, beberapa dari mereka juga masih bisa berbicara dengan satu sama lain. Tapi walaupun The Crazies bukanlah film zombie, saya pikir para pecinta film zombie tetap akan menyukai film ini.

Dengan tema paranoia outbreak dan hubungannya dengan rahasia pemerintah yang mungkin masih relevan dalam masyarakat kita sekarang, film remake The Crazies 2010 menjadi sebuah pengalaman menonton yang intens dan cukup menakutkan bagi sebagian orang. Dan yang terpenting adalah, film ini cukup menghibur. The Crazies 2010 dibuat dengan sangat baik, ringan, penuh aksi dan mengandung banyak momen menegangkan. Walaupun bukan sebuah karya masterpiece, tetapi the Crazies sangat fun untuk ditonton sambil menghabiskan waktu dalam melakukan self-distancing.

Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com