MOVIE REVIEW: TENEBRE (1982)

TENEBRAE aka TENEBRE
Sutradara: Dario Argento

Italia (1982)

Review oleh Tremor

Tenebrae (bahasa latin yang artinya adalah kegelapan / darkness) yang memiliki judul asli Tenebre merupakan sebuah film yang menandakan kembalinya sutradara legendaris Dario Argento ke akar genre film yang pernah membesarkan namanya: giallo. Sebelum membuat Tenebrae, Argento sempat bereksperimen dengan genre supranatural horror dalam dua film berturut-turut: Suspiria (1977) yang sangat fenomenal, dan Inferno (1980) yang tidak terlalu sukses. Kedua film tersebut adalah bagian dari trilogy The Three Mothers. Wajar kalau para penggemar Suspiria dan Inferno menjadi tidak sabar menanti film ketiga dari trilogi tersebut, yang mereka duga akan dirilis berikutnya. Namun Argento lebih memilih untuk kembali ke genre kecintaannya, giallo, lewat Tenebrae. Film penutup trilogi The Three Mothers sendiri baru ia realisasikan 27 tahun (sejak Inferno) lewat film Mother of Tears (2007). Untuk kalian yang tidak familiar dengan genre giallo, kalian bisa membaca penjelasan singkatnya dalam beberapa review yang pernah saya tulis sebelumnya, salah satunya dalam review film Deep Red (1975), dan dengan penjelasan yang lebih detail dalam review Blood And Black Lace (1964) karya Mario Bava. Namun Tenebrae sendiri bukanlah film giallo klasik biasa, karena pada dasarnya film ini menggabungkan unsur-unsur giallo dengan sedikit “rasa” slasher Amerika 80-an yang memang sedang meroket pada masa itu. Hasilnya, Tenebrae memiliki adegan pembunuhan dan gore lebih banyak dari film-film giallo pada umumnya. Hal ini cukup bagus menurut saya, karena kita mendapatkan hal-hal terbaik dari dua subgenre yang berbeda: misteri ala giallo, ditambah kebrutalan serta body count ala slasher 80-an. Berkat kebrutalannya, Tenebrae menjadi film yang cukup kontroversial pada jamannya. Film ini langsung masuk dalam daftar “Video Nasty” di Inggris (klasifikasi yang disematkan oleh badan sensor UK untuk film-film yang dilarang tayang karena dianggap terlalu sadis) hingga tahun 1999, dan ikut dilarang di bioskop-bioskop Amerika hingga tahun 1984. Setelah itu Tenebrae baru boleh tayang dengan banyak penyensoran, dan baru pada 2002 lah versi uncensored-nya bisa dirilis secara internasional.

Film ini dibuka dengan diperkenalkannya seorang penulis novel kriminal misteri dari Amerika bernama Peter Neal. Ia baru saja tiba di Roma untuk mempromosikan novel terbarunya yang berjudul Tenebrae. Tepat sebelum kedatangan Neal di Roma, penonton sempat diperkenalkan dengan seorang perempuan muda yang tertangkap basah baru saja mencuri novel Tenebrae di sebuah toko. Setelah menggoda pemilik toko, ia pun dibiarkan pergi tanpa harus berurusan dengan polisi. Saat kembali ke rumahnya, perempuan itu dibunuh oleh sosok misterius bersarung tangan kulit hitam dengan sebilah pisau cukur. Tak hanya itu, mulutnya dijejali sobekan halaman-halaman dari novel Tenebrae. Tak lama kemudian sang pembunuh membuat sebuah surat yang kemudian ia selipkan lewat bawah pintu kamar hotel tempat Neal menginap. Isi surat tersebut mengklaim bahwa novel Tenebrae buatan Neal telah menginspirasi dirinya untuk melakukan rangkaian pembunuhan-pembunuhan dengan cara-cara yang identik dengan pembunuhan dalam novel Tenebrae. Polisi pun segera menyelidiki kasus pembunuhan pertama itu dan mendatangi Neal untuk mencari petunjuk dari sang penulis. Pembunuhan demi pembunuhan mulai terjadi lagi dan lebih banyak korban berjatuhan. Sebagai seorang penulis novel kriminal, Peter Neal pun akhirnya terdorong untuk mengumpulkan petunjuk dan melakukan investigasinya sendiri.

Dari sejak debutnya yang berjudul The Bird with the Crystal Plumage (1970) hingga Opera (1987), Dario Argento adalah seorang sineas yang membuat film giallo lebih banyak daripada sutradara Italia lainnya. Maka wajar saja kalau ia terbukti mampu membuat film giallo dengan lebih baik. Dario Argento tahu betul bagaimana membuat film giallo dengan ciri konsisten: misteri, sarung tangan kulit hitam, kekerasan dan adegan pembunuhan yang berlebihan, soundtrack yang gila, kamera yang terus bergerak, shot-shot yang rumit dan panjang, komposisi visual artistik, darah merah kental, adegan-adegan absurd, alur cerita membingungkan yang bergerak lambat dan seringkali tidak masuk akal, dialog picisan, serta dubbing bahasa Inggris yang buruk. Dario Argento, dan para pembuat film giallo Italia pada umumnya tidak begitu berfokus pada kesempurnaan plot, logika, ataupun pengembangan karakter. Mereka biasanya lebih banyak berfokus pada bagaimana membuat film sebagai karya sinematik visual yang sadis dan shocking, bagaimana membuat sebuah tontonan menjadi pengalaman menonton.

Seperti kebanyakan karya Argento lainnya, kerja kamera dalam Tenebrae sangat mengesankan. Luciano Tovoli, seorang sinematografer yang sebelumnya ikut berperan besar dalam menyukseskan film Suspiria, adalah otak di balik semua keindahan komposisi cahaya, bayangan, detail dan sinematografi yang luar biasa dalam Tenebrae. Salah satu shot favorit saya dalam Tenebrae adalah saat Tovoli menggunakan derek untuk menggerakan kamera mengambil gambar tanpa cut selama hampir dua setengah menit di luar bangunan sebelum pembunuhan ganda dilakukan oleh sang pembunuh. Shot ini membawa penonton keluar dari jendela kamar calon korban yang satu, perlahan merayap ke sisi bangunan, melewati atap, ke sisi lain bangunan, lalu kamera masuk melalui jendela di ruangan lain di lantai bawah, yang merupakan kamar dari calon korban lainnya, tempat di mana sang pembunuh sudah siap beraksi melakukan pembunuhan ganda. Namun tidak seperti film Argento lainnya, Tenebrae menawarkan tone warna yang cenderung lebih dingin dan terang. Kita tidak akan menemui banyak penggunaan cahaya biru, hijau dan merah seperti dalam Suspiria. Tampaknya kali ini Luciano Tovoli mencoba untuk bereksperimen menggunakan lebih banyak cahaya putih, menjadikan sepanjang film layaknya kanvas bersih yang segera diisi oleh Dario Argento dengan banyak sekali darah. Kita juga tidak akan menemui banyak sudut gelap di pojok-pojok ruangan, tempat di mana biasanya sang pembunuh bersembunyi. Walaupun memiliki tone warna yang cukup berbeda, tetapi Tenebrae tetap menampilkan visual-visual yang sangat artistik, dengan adegan-adegan pembunuhannya yang ikonik. Closeup pada mata korban, closeup pisau cukur memecahkan lampu bohlam, framing yang menegangkan, adegan kejar-kejaran dengan POV pembunuh, tubuh korban yang jatuh terkulai menghancurkan pintu kaca, lengan yang baru saja dipotong menyemburkan banyak sekali darah ke dinding putih, dan masih banyak adegan pembunuhan ikonik lainnya.

Rasanya belum sah kalau membahas film Argento tanpa menyebut nama Goblin, band rock progresif Italia yang kerap diberi kepercayaan untuk menulis soundtrack film-film Argento. Dalam Tenebrae, nama Goblin tidak muncul sebagai pengisi soundtrack karena mereka sebenarnya sudah bubar pada tahun 1980. Tapi semua mantan anggota Goblin (kecuali drummernya) berkolaborasi menulis soundtrack Tenebrae menggunakan nama mereka masing-masing: Simonetti, Pignatti, dan Morante. Perpaduan electronic-synth-rock sensasional yang mereka ciptakan berhasil memperkuat Tenebrae dengan sangat sempurna, dan rasanya hampir tidak mungkin bisa dipisahkan dari film ini.

Tenebrae juga turut didukung oleh para aktornya yang bisa dibilang merupakan veteran film-film horor Italia. Yang paling terkenal pada masa itu adalah aktor John Saxon yang cukup dikenal karena ia bermain dalam banyak serial TV legendaris di era 70-an, dari mulai The Six Million Dollar Man, The Bionic Woman, hingga Hawaii Five-O. Saxon juga bukan pendatang baru dalam dunia horror karena sebelum Tenebrae, ia pernah bermain dalam The Girl Who Knew Too Much (1963), Black Christmas (1974) dan Blood Beach (1981). Selain itu, ada wajah yang paling familiar bagi penonton setia film-film Dario Argento. Ia adalah aktris Daria Nicolodi, aktris favorit Argento yang pada saat film Tenebrae dibuat, sedang menjalin hubungan asmara dengan Dario Argento. Daria dan Dario memiliki seorang putri yang di kemudian hari menjadi salah satu ratu horror cult modern yang cukup diperhitungkan di komunitas horror, yaitu Asia Argento. Ini bukan pertama kalinya Daria ikut bermain dalam film besutan Argento. Bisa dibilang hampir separuh filmografi Daria Nicolodi adalah film-film buatan Dario Argento: Deep Red (1975), kameo dalam Suspiria (1977), Inferno (1980), Phenomena (1985), Opera (1987) hingga Mother of Tears (2007). Para penonton setia horror Italia juga akan segera mengenali wajah karakter shoplifter di awal film Tenebrae. Ia adalah aktris Ania Pieroni yang pernah berperan sebagai babysitter malang dalam film The House by the Cemetery (1981) dan perempuan misterius dalam Inferno (1980). Selain itu Dario Argento juga memilih seorang aktris sekaligus model transeksual Italia bernama Eva Robins untuk memerankan karakter gadis bersepatu hak merah yang muncul dalam adegan-adegan flashback.

Tenebrae memang bukanlah film terbaik dari Argento, tapi kalau saya diharuskan untuk membuat sebuah daftar berisi 5 film Dario Argento terbaik, Tenebrae bisa saja duduk di posisi ke-5 bersaing dengan Opera (1987). Film lain yang jelas masuk daftar Argento versi saya adalah The Bird with the Crystal Plumage (1970), Deep Red (1975), Suspiria (1977), dan Phenomena (1985). Tenebrae jelas tetap merupakan film gila yang wajib ditonton oleh penggemar film-film horror Italia, terutama para penggemar giallo.

Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com