SOUTHBOUND
Sutradara: Radio Silence, Roxanne Benjamin, David Bruckner, Patrick Horvath
USA (2016)
Review oleh Tremor
Southbound adalah sebuah film antologi horror indie yang diproduseri salah satunya oleh Brad Miska, seorang produser film sekaligus founder dari website khusus film horror Bloody Disgusting. Empat tahun sebelumnya, Miska juga pernah sukses menciptakan antologi horror yang berjudul V/H/S (2012). Dalam Southbound, Miska melibatkan beberapa sutradara muda seperti Roxanne Benjamin, David Bruckner, Patrick Horvath, serta tak ketinggalan kolektif pembuat film bernama Radio Silence yang juga ikut memproduseri antologi ini. Berbeda dengan V/H/S yang berisikan film-film pendek lepas dan tidak saling terikat, antologi Southbound menggunakan kerangka unik dalam merangkai lima kisah di dalamnya, yaitu lewat transisi halus di antara segmen mirip dengan apa yang dilakukan oleh Trick ‘r Treat (2007), namun tanpa cerita bingkai sambil tetap berhasil membuat keseluruhan film sebagai satu kesatuan. Semua film pendek dalam Southbound berfokus pada kisah tragis sekelompok orang yang terjebak dalam mimpi buruk mereka masing-masing saat sedang bepergian di jalan raya sepi yang dikelilingi gurun yang sama. Mengacu pada judul film ini, mungkin mereka semua sedang menuju ke arah selatan, tapi saya yakin kalau “south” yang dimaksud juga merupakan metafora dari neraka.
Film ini dibuka dengan segmen pembuka, berjudul “The Way Out” yang disutradarai oleh kolektif Radio Silence. Kolektif ini berisikan trio pembuat film yang sebelumnya juga terlibat dalam antologi horror V/H/S (2012) lewat segmen berjudul “10/31/98”. Tiga tahun setelah Southbound, Radio Silence membuat film Ready or Not (2019), dan kabarnya kini mereka tengah merampungkan film ke-5 franchise Scream yang akan dirilis tahun depan. Kembali ke segmen “The Way Out” dalam Southbound, kita diperkenalkan dengan dua orang pria, Mitch dan Jack, yang tampaknya sedang dalam pelarian. Mereka mengendarai mobil di jalan raya yang dikelilingi gurun. Jelas keduanya baru melewati malam yang berbahaya karena kita bisa melihat ada banyak darah pada pakaian mereka. Di kejauhan, terlihat beberapa sosok misterius mengerikan seperti malaikat pencabut nyawa yang sedang mengejar mereka. Tampaknya memang tidak ada jalan bagi Mitch dan Jack untuk bisa melarikan diri dari pengejaran ini. Segmen ini merupakan segmen pembuka antologi yang cukup solid dan membuat saya ingin melanjutkan memasuki segmen berikutnya. Dari sini, dimulailah transisi antar segmen yang sangat halus, seakan-akan segmen pertama, kedua, dan kesemua segmen lainnya adalah satu film yang utuh. Akhir dari setiap segmen adalah awal untuk segmen berikutnya.
Kitapun memasuki segmen kedua, berjudul “Siren” yang merupakan debut dari sutradara Roxanne Benjamin. Di tahun berikutnya, Roxanne kembali menyutradarai film pendek “Don’t Fall” dalam antologi horror khusus sutradara perempuan berjudul XX (2017). Segmen Siren berkisah tentang satu band rock beranggotakan tiga perempuan muda yang sedang dalam perjalanan menuju show mereka berikutnya. Di tengah jalan, ban mobil yang mereka kendarai pecah. Sialnya, mereka tidak membawa ban serep karena isi mobil sudah penuh dengan alat musik. Setelah terlantar di tengah jalanan gurun selama beberapa jam, akhirnya sepasang suami istri baik hati melintas dan menawarkan mereka tempat untuk bermalam dengan janji bisa membantu mencarikan ban serep. Tentu saja ini tidak berakhir baik bagi ketiga perempuan tersebut.
Akhir dari segmen Siren membawa kita pada segmen selanjutnya yang berjudul “The Accident”, disutradarai oleh David Bruckner yang juga pernah terlibat dalam antologi V/H/S (2012) lewat segmen “Amateur Night”. Setahun setelah Southbound, Bruckner membuat film horror yang cukup bagus berjudul The Ritual (2017). Segmen The Accident mengisahkan tentang seorang pria bernama Lucas yang secara tidak sengaja menabrak seorang gadis muda di tengah malam. Tentu saja kecelakaan ini terjadi di jalan raya gurun yang sama dengan segmen-segmen lain dalam Southbound. Gadis itu terluka sangat parah dan akan segera meninggal kalau tidak ditangani secepatnya. Dengan panik Lucas menelpon 911. Namun karena ia tidak tahu di mana lokasi mereka berada sekarang, 911 menghubungkan Lucas dengan seorang petugas paramedis profesional yang akan memandunya lewat telepon agar nyawa gadis itu bisa diselamatkan. Akhirnya ia membawa gadis itu ke kota kecil terdekat, sebuah kota asing yang sangat kosong. Tidak ada seorangpun yang terlihat di jalanan, termasuk di dalam rumah sakit yang berhasil Lucas temukan. Di sana, operator 911 dan petugas medis mulai mengarahkan Lucas untuk melakukan tindakan medis untuk menyelamatkan gadis itu. The Accident jelas merupakan segmen paling gore dari keseluruhan antologi, sekaligus menjadi peringatan bagi para pengemudi malam untuk lebih memperhatikan jalan raya. Segmen ini adalah favorit saya dari keseluruhan antologi Southbound karena rasanya sangat intens dan sadis.
Kemudian kita masuk ke segmen berikutnya, berjudul “Jailbreak” yang disutradarai oleh Patrick Horvath. Sudah belasan tahun seorang pria bernama Danny mencari adiknya yang hilang, Jesse. Akhirnya Danny melacaknya di sebuah kota kecil di tepi gurun. Ketika Danny berhasil menemukan Jesse, reuni ini tidak sebahagia yang ia harapkan. Segmen ini adalah segmen yang menurut saya paling lemah dari keseluruhan antologi. “Jailbreak” tidak meninggalkan kesan apapun bagi saya, dan diperburuk dengan adegan penutupnya yang anti-klimaks serta mengecewakan. Mungkin karena saya mengharapkan sesuatu yang benar-benar mengerikan terjadi pada penutup segmen Jailbreak.
Akhirnya kita tiba di segmen terakhir, berjudul “The Way In” yang kembali disutradarai oleh Radio Silence. Segmen ini dibuka dengan sebuah keluarga kecil yang sedang berlibur sebelum melepas putri mereka pergi kuliah di perguruan tinggi. Sebelum sempat menikmati momen kebersamaan dalam villa yang mereka sewa di tepi gurun, tiga orang bertopeng muncul dan menyerang mereka. Spoiler alert, bisa ditebak dari judul segmennya, “The Way In” merupakan backstory untuk kisah yang kita lihat dalam segmen pertama “The Way Out”. Bagaimana hubungan malam penyerangan ini dengan momen Mitch dan Jack di segmen pertama terasa sangat mulus dan di luar ekspektasi saya. Pada akhirnya kita akan kembali ke kejadian segmen pertama Southbound, dan keseluruhan antologi menjadi satu lingkaran penuh dengan cara yang memuaskan. Menurut saya ini adalah cara yang solid untuk mengakhiri sebuah film Antologi.
Biasanya, antologi horror menampilkan gaya dan metodologi yang berbeda dalam setiap segmennya, karena setiap sutradara berlomba-lomba ingin mempertunjukkan gayanya masing-masing. Namun kesemua segmen dalam Southbound terasa memiliki suasana yang serupa dan konsisten, dan itu hal yang bagus menurut saya. Dilihat dari bagaimana setiap segmen terhubung, dan konsistensi suasananya, jelas antologi ini cukup terkonsep sejak awal. Sinematografi dan pencahayaannya banyak memberikan nuansa yang sangat surealis. Hal tersebut menjadi sangat serasi dengan kisah-kisah pendeknya yang bisa dibilang juga sama-sama sureal. Menonton Southbound rasanya seperti menonton mimpi buruk seseorang lengkap dengan logika mimpnya. Semua hal dalam film ini sepertinya memang sengaja dibuat tidak masuk akal, dan semua momen di dalamnya hanya bisa terjadi di alam mimpi. Kalau dipikir-pikir, surealisme itulah yang membuat Southbound sangat terasa suasana horror-nya.
Waktu pertama kali menonton Southbound, saya pribadi tidak berekspektasi apapun, dan saya sangat menikmatinya. Meskipun proyek Southbound beranggaran cukup rendah, tapi hasilnya cukup memuaskan. Kalau kalian mengharapkan kisah-kisah yang menawarkan penjelasan dan logika umum, mungkin antologi ini bukan untuk kalian. Tapi kalau kalian adalah penggemar antologi, bisa menikmati logika mimpi buruk, dan mencari kisah-kisah pendek horor yang bisa terasa bagus tanpa perlu adanya satupun jumpscare, maka Southbound jelas perlu disimak.
Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com