fbpx

MOVIE REVIEW: SATANIC PANIC (2019)

SATANIC PANIC
Sutradara:
Chelsea Stardust
USA (2019)

Review oleh Tremor

Satanic Panic adalah sebuah film komedi horor bertema okultisme yang diproduksi oleh salah satu perusahaan majalah horor terbaik sekaligus terkonsisten di dunia: Fangoria. Film ini juga merupakan film debut dari sutradara muda Chelsea Stardust yang mengeksekusi komedi horor satanik ini dengan baik sekaligus menyisipkan homage bagi budaya film horor kelas B tahun 80-an yang campy, sadis, dan fun. Sejujurnya, saat pertama kali menonton Satanic Panic, saya sama sekali tidak tahu film apa ini dan saya tidak memiliki ekspektasi apapun. Perlu saya perjelas bahwa Satanic Panic adalah film kelas B beranggaran rendah, dan film horor kelas B selalu berpotensi menjadi tontonan yang sangat menghibur. Tapi kalau calon penontonnya tidak familiar dengan film-film independen beranggaran rendah beride absurd, mereka bisa saja memiliki harapan yang salah dari sebuah film.

Pada hari pertamanya bekerja sebagai pengantar pizza, Samantha atau yang biasa dipanggil Sam mendapat tugas mengantarkan setumpuk pesanan pizza ke pemukiman elit yang dihuni oleh orang-orang kaya. Setelah mengantarkan pesanan di sebuah rumah mewah yang sangat besar, Sam tidak mendapat sepeserpun uang tip. Padahal uang tip adalah harapan satu-satunya untuk menambah pemasukannya yang tidak seberapa. Sam tidak terima bagaimana orang-orang kaya ini berpesta tanpa mau menyisihkan sedikitpun untuk uang tip-nya. Akhirnya Sam yang naif nekat masuk ke dalam rumah tersebut, mencari pria yang menerima pesanan pizza-nya untuk meminta uang tip. Rupanya sekumpulan orang kaya layaknya klub jutawan sedang melangsungkan sebuah pesta di dalam sana. Apa yang Sam tidak tahu adalah, mereka bukan klub orang-orang kaya biasa, melainkan sekumpul penyembah setan yang sebenarnya sedang mempersiapkan ritual pembangkitan setan Baphomet di malam yang sudah ditentukan itu. Baphomet adalah setan yang mereka sembah, yang dipercaya memberi kekayaan melimpah bagi para pengikutnya. Seperti sering kita dengar dalam cerita-cerita tentang pemuja setan, ritual semacam ini membutuhkan pengorbanan manusia yang umumnya adalah seorang perawan. Namun para penyembah setan ini baru saja mendapat masalah besar saat calon korban mereka rupanya sudah tidak perawan lagi, dan sisa waktu mereka untuk melakukan ritual ini tidak banyak. “Beruntung” bagi para pemuja setan ini, Sam yang tiba-tiba hadir di sana kebetulan adalah seorang perawan. Kini Sam harus menyelamatkan diri dari kejaran para anggota sekte yang dipimpin oleh Danica, seorang penyihir yang menguasai banyak mantra dan mampu membangkitkan bantuan iblis.

Sebagai sebuah film komedi, sutradara Chelsea Stardust menangani banyak situasi lucu dengan cukup baik dalam film debutnya ini. Lelucon dalam Satanic Panic cukup bervariatif dari mulai yang murahan hingga yang lumayan membuat tersenyum simpul. Saya tidak akan berbicara banyak soal sisi komedi dalam film ini, karena itu kembali pada selera humor masing-masing penonton. Satanic Panic juga dengan terang-terangan mengandung komentar sosial tentang kelas ekonomi yang berbeda antara yang kaya dan miskin seperti bisa ditemui dalam film-film sejenis seperti Society (1989) hingga Ready Or Not (2019). Dalam hal ini Sam harus bekerja keras hanya untuk mendapatkan tip yang tak seberapa, sementara para orang kaya mendapat harta serta jabatan tinggi lewat perjanjian dengan setan. Sebagai film kelas B, akting dari para pemeran utamanya tidak seburuk yang saya duga. Aktris Hayley Griffith yang memerankan Sam bahkan bermain dengan sangat meyakinkan dan bereaksi cukup natural dalam berbagai situasi membingungkan. Bukan jenis akting kelas oscar, namun sama sekali tidak buruk. Aktris papan atas Rebecca Romijn (pemeran Mystique dalam franchise X-Men) juga bermain dengan baik sebagai Danica sang pemimpin sekte. Akting terburuk dalam film ini datang dari pada para pemeran pendukung yang bermain sebagai anggota sekte, dan untungnya tidak terlalu mengganggu pengalaman menonton film ini. Apa yang membuat Satanic Panic benar-benar bekerja adalah sisi horor gore-nya. Semurah apapun anggaran produksi Satanic Panic, para pembuat film ini berhasil mengeksekusinya dengan sangat memuaskan. Bagi mereka yang tidak suka dengan efek CGI dalam film horor gore boleh menghela nafas lega, karena hampir semua special effect dalam Satanic Panic dikerjakan secara tradisional dengan sangat teliti dan cukup serius dari mulai adegan usus yang ditarik keluar lewat mulut, jantung yang dipanggang dan berubah menjadi iblis daging menjijikkan, hingga dildo berbentuk bor. Namun ingat bahwa Satanic Panic adalah film komedi, jadi semua jenis kengerian dan gorenya dimainkan sebagai bagian dari komedi juga. Dilihat dari semua special effect gore tradisional yang fun, ditambah dengan scoring yang terdengar seperti penggabungan antara Goblin dan John Carpenter, serta adegan pembukanya yang jelas-jelas merupakan penghormatan terhadap film Halloween (1987) menandakan bahwa film ini dibuat oleh para pecinta horor 80-an untuk penggemar horor.

Meskipun tidak ada hal baru atau inovatif dalam film, Satanic Panic tetaplah debut komedi horor yang cukup bagus, konyol, menyenangkan, dan yang pasti cukup menghibur. Pada akhirnya film ini berada di atas rata-rata film horor kelas-B murahan pada umumnya. Para penonton yang memiliki waktu luang lebih untuk menonton film konyol dan mampu untuk tidak menanggapinya terlalu serius bisa saja menyukai film ini, terutama kalau kalian adalah penggemar special effect gore tradisional hingga kostum iblis. Walaupun secara keseluruhan film Satanic Panic tetap tidak akan bisa menandingin film horor kelas-B berkualitas seperti The Babysitter (2017) dan Psycho Goreman (2020), tapi film ini tetap merupakan komedi horor yang menghibur.