SATANIC HISPANICS
Sutradara: Mike Mendez, Demián Rugna, Eduardo Sánchez, Gigi Saul Guerrero, Alejandro Brugués
USA (2022)
Review oleh Tremor
Saya sering tergoda untuk menonton film secara buta tanpa mengetahui apapun sebelumnya. Dengan cara seperti itu tentu saja ada lebih banyak film buruk yang saya temui. Terkadang saya merasa membuang-buang waktu. Tapi saya selalu suka dengan kejutan yang datang dari menonton secara buta. Sebelumnya menontonnya, saya sama sekali tidak tahu kalau Satanic Hispanics adalah film antologi, dan saya sangat menyukai antologi horor, menjadikan pengalaman menonton film ini bagaikan secara tidak sengaja menemukan harta karun tak terduga bagi saya pribadi. Satanic Hispanics adalah sebuah film antologi horor komedi yang banyak berfokus pada kultur dan sudut pandang Amerika Latin, di mana setiap segmennya dibuat oleh para sutradara berdarah Amerika Latin yang berbeda-beda. Tak hanya kental dengan kultur, beberapa segmennya juga sarat dengan mitos, folklore, hingga komentar sosial Amerika Latin yang sangat kuat.
Antologi ini dibuka dengan segmen bingkainya yang berjudul “The Traveler”, disutradarai oleh Mike Mendez, dengan naskah yang ditulis oleh Alejandro Mendez. Ketika polisi menggerebek sebuah rumah di El Paso, Texas yang diduga sebagai tempat persembunyian para imigran ilegal asal Amerika Latin, mereka menemukan puluhan mayat imigran dalam kondisi mengenaskan. Hanya ada satu orang yang selamat, seorang pria latin misterius yang menyebut dirinya The Traveler karena ia tidak pernah menetap di satu lokasi untuk waktu yang lama. Di kantor polisi, dua detektif berusaha menginterogasinya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana ia bisa menjadi satu-satunya orang yang selamat. The Traveler mengaku ia tidak bisa mati. Namun sesuatu yang mematikan sedang mengejarnya, entitas bernama San La Muerte atau Saint Death, yang telah cukup lama memburunya dan memiliki kemampuan membunuh The Traveler. Itulah mengapa ia harus terus berpindah tempat, kecuali hari ini, karena ia terjebak di ruang interogasi. The Traveler menyatakan semua orang di kantor polisi akan mati kalau ia tidak segera dibebaskan dalam 90 menit ke depan. Para detektif yang skeptis berpikir ia adalah orang gila, dan mereka bersikeras terus mencecarnya dengan pertanyaan. Dari setiap pertanyaan inilah, The Traveler menceritakan empat kisah pendek yang berbeda-beda. Saya pribadi suka sekali dengan segmen bingkai ini. Selain menarik, kemampuan The Traveler bercerita juga membuat penonton semakin penasaran dengan bagaimana kisahnya akan diakhiri. Setiap unsur komedi dalam segmen ini juga cukup menggelikan dan tidak terasa dipaksakan sama sekali.
Segmen pertama dalam Satanic Hispanics, berjudul “También Lo Vi”, yang kalau diterjemahkan artinya adalah “i saw it too”. Segmen ini disutradarai oleh Demián Rugna asal Argentina yang merupakan salah satu sutradara horor Amerika Latin favorit saya. Sebelumnya, Rugna pernah membuat film cosmic horror yang cukup mengerikan berjudul Aterrados / Terrified (2017). Setelah berkontribusi dalam Satanic Hispanics, Rugna membuat salah satu film horor terbaik di tahun 2023, yaitu When Evil Lurks yang sangat fantastis. Segmen “También Lo Vi” bercerita tentang Gustavo yang tinggal sendirian di rumah milik mendiang neneknya. Dengan trik pencahayaan tertentu yang rumit, ia merasa bisa melihat hantu di salah satu sudut gelap rumahnya. Namun setiap orang yang ia coba perlihatkan, termasuk yang paling menggelikan adalah seorang pengantar pizza, tidak melihat apapun. Hingga akhirnya ia mengundang seorang podcaster cerita horor yang benar-benar melihat sesuatu. Tanpa sadar rupanya Gustavo telah membuka portal antara dimensi kosmik lewat trik pencahayaan rumitnya. Menurut saya, segmen ini adalah segmen paling atmesforik dan menyeramkan dari keseluruhan antologi Satanic Hispanics, dan sangat efektif sebagai segmen pembuka sambil tetap memiliki unsur komedi yang sama sekali tidak merusak kengeriannya.
Segmen berikutnya, berjudul “El Vampiro”, dibuat oleh sutradara asal Cuba, Eduardo Sanchez. Namanya mungkin sudah tidak asing bagi para penggemar horor berkat debutnya yang menggemparkan dunia, yaitu The Blair Witch Project (1999). Namun Sanchez membuat sesuatu yang sama sekali berbeda dalam Satanic Hispanics, yaitu sebuah segmen komedi horor yang sarat dengan komedi situasi dan slapstik. Segmen ini menceritakan tentang seorang vampir yang sedang bersenang-senang di malam Halloween, karena malam tersebut adalah satu kali dalam setahun di mana ia bisa bebas berkeliaran menghisap darah sepuasnya di tempat publik tanpa dicurigai karena pada malam halloween semua orang mengenakan kostum mengerikan. Namun ia salah memperhitungkan waktu dan matahari akan segera terbit. Iapun tergesa-gesa pulang, dan situasi menjadi semakin kacau, lucu, dan penuh darah. Dari keseluruhan antologi, “El Vampiro” adalah segmen paling lucu, ringan, bodoh (dalam arti yang baik), konyol, menyenangkan, namun juga berdarah dan ditutup dengan cukup romantis. Tak dipungkiri karena tema vampir dengan kekonyolannya, segmen ini akan mengingatkan kita pada film dan serial What We Do in the Shadows (2014), dan perbandingan ini bukanlah hal buruk. Kita butuh lebih banyak komedi horor yang menyenangkan dan ringan seperti ini.
Segmen ketiga berjudul “Nahaules”, disutradarai oleh Gigi Saul Guerrero, seorang aktris asal Mexico yang sebelumnya banyak membuat film pendek. Segmen ini adalah segmen yang paling serius dari keseluruhan antologi, tanpa sedikitpun unsur komedi. “Nahaules” berkisah tentang seorang kolaborator CIA bernama De la Cruz yang sedang dikejar-kejar oleh segerombolan pria misterius di perbukitan dekat hutan. Kisah yang dibuka seperti film thriller ini segera berubah menjadi film horor ketika para pengejar De la Cruz rupanya memiliki sifat-sifat hewani yang liar. Mereka adalah para pengikut seorang penyihir tua yang kemudian datang untuk melakukan ritual mematikan pada De la Cruz. Dari keseluruhan antologi, mungkin “Nahaules” adalah segmen yang saya paling kurang suka. Tapi bukan berarti ini adalah segmen yang buruk. Hanya saja kisahnya terasa seperti terlalu tergesa-gesa, mungkin karena durasinya juga sangat terbatas. Mungkin saja kalau “Nahaules” dijadikan sebuah film fitur folk-horror tersendiri, akan bisa jauh lebih efektif dan menarik.
Segmen terakhir dari Satanic Hispanics berjudul “The Hammer Of Zanzibar”, disutradarai oleh Alejandro Brugués asal Argentina yang sebelumnya pernah membuat Juan of the Dead (2011). Ini adalah segmen komedi horor dengan tingkat komedi yang jauh lebih kekanak-kanakan dan konyol dibanding segmen komedi “El Vampiro”. Malcolm mencurigai mantan pacarnya dirasuki oleh iblis Kuba, King Zombie. Namun ia sudah siap dengan kemungkinan itu. Diam-diam Malcolm mempersenjatai dirinya dengan The Hammer Of Zanzibar, sebuah senjata rahasia pembunuh iblis yang ia peroleh dari toko okultisme. Segmen ini jelas sangat terinspirasi oleh seri The Evil Dead, dari mulai karakter Malcolm yang gesturnya bagaikan sebuah tribute untuk karakter Ash, tema kerasukan iblis, hingga semua kekonyolan kekanak-kanakannya.
Setelah itu, kita kembali pada babak akhir dari segmen bingkai The Traveler, yaitu kedatangan San La Muerte ke kantor polisi untuk berkonfrontasi dengan The Traveler. Saya sangat suka bagaimana akhir dan klimaks dari segmen bingkai ini menutup antologi Satanic Hispanic dengan sempurna. Salah satu adegan kesukaan saya adalah ketika San La Muerte memasuki kantor polisi. Cara karakter ini diperkenalkan pada layar benar-benar menyiratkan betapa mengancam dan berwibawanya San La Muerte sebagai malaikat pencabut nyawa. Setelah ia masuk dengan cara yang megah sekaligus meresahkan, kita memasuki adegan aksi pembantaian yang menurut sutradara Mike Mendez dalam salah satu wawancaranya, memang terinspirasi dari salah satu adegan ikonik The Terminator (1984) ketika T-800 menyerang kantor polisi.
Ada banyak antologi horor modern yang dikerjakan dengan tidak terlalu serius terutama pada bagian penulisan, karena antologi sering dijadikan sebagai wadah para pembuat film untuk bereksperimen. Film semacam Satanic Hispanics adalah antologi modern yang cukup langka karena berhasil membuktikan bahwa storytelling dengan keterbatasan durasi ternyata masih sangat mungkin untuk dilakukan, kecuali dalam segmen “Nahaules”. Biasanya, dalam satu antologi akan ada satu atau dua segmen yang menonjol, dan ada segmen yang benar-benar buruk. Dalam Satanic Hispanics, saya pikir tidak ada segmen yang bisa dibilang benar-benar buruk. Meskipun “Nahaules” adalah segmen yang paling lemah menurut saya, tapi tetap saja segmen itu dibuat dengan serius dan terasa mencekam. Dari keseluruhan antologi, segmen favorit saya selain segmen bingkai “The Traveler” adalah “También Lo Vi”, dan segmen terlucu tentu saja adalah “El Vampiro”.
Secara keseluruhan, saya juga menyukai bagaimana segmen-segmen dalam Satanic Hispanics menggunakan special effect tradisional yang dikerjakan dengan serius, dan lebih sedikit CGI. Berbicara soal special effect, saya ingin kembali sedikit membahas karakter San La Muerte, yang merupakan personifikasi kematian, grim reaper versi Amerika Latin. Saya suka sekali melihat special makeup effect dan desain karakter San La Muerte. Dalam segmen penutup Satanic Hispanics, San La Muerte muncul dalam dua desain karakter yang berbeda. Pertama adalah ketika ia baru memasuki kantor polisi. Kita bisa merasakan betapa berwibawa sekaligus mengancamnya San La Muerte lewat desainnya yang sangat keren. Berpakaian serba hitam, dengan wajah pucat pasi dan rusak yang tampak dingin sekaligus sendu, tertutup bayangan topi koboi lebarnya. Sekilas desain karakternya mengingatkan saya pada karakter Cad Bane dari universe-nya Star Wars dalam versi yang lebih anggun dan gelap. Ketika polisi memberondongnya dengan peluru, terbukalah “penyamaran” San La Muerte dan wujud aslinya pun mulai terlihat, yang kemudian dijadikan objek utama dalam poster film ini. Desain dari wujud asli ini memiliki unsur etnik Amerika Latin yang sangat kuat, layaknya sebuah patung arca suku Inca yang bergerak dengan perlahan sambil mengambil nyawa setiap orang di hadapannya.
Satanic Hispanics adalah tontonan yang sangat menghibur, dengan kemampuan akting yang bagus, selera humor yang lucu, serta special effect yang dikerjakan dengan serius. Saya menikmati setiap unsur horor dan komedinya, setiap elemen folklore dan mitologi hispanik di dalamnya, serta beberapa dark comedy seputar kultur rasisme Amerika terhadap warga keturunan Amerika Latin. Setiap cerita di dalamnya juga terasa cukup menyegarkan, mungkin karena penulisannya banyak menggunakan sudut pandang Amerika Latin, membedakannya dari cerita-cerita horor dari belahan dunia lainnya. Saya pikir Satanic Hispanics adalah antologi horor komedi yang cukup solid, menjadikannya sebagai salah satu antologi horor terbaik dalam satu dekade terakhir versi saya. Dari cara film ini ditutup, sepertinya Satanic Hispanics berpotensi menelurkan sekuel. Saya pribadi sangat berharap sekuelnya akan dibuat di kemudian hari, minimal hingga menjadi trilogy karena saya ingin melihat lebih banyak cerita horor pendek Amerika Latin.