fbpx

MOVIE REVIEW: RENT-A-PAL (2020)

RENT-A-PAL
Sutradara: Jon Stevenson
USA (2020)

Review oleh Tremor

Rent-A-Pal adalah sebuah film drama thriller / horror psikologis slow burn, debut dari Jon Stevenson yang sebelumnya memulai karir sebagai seorang cinematographer. Dalam karyanya ini Stevenson mengerjakan penulisan, penyutradaraan, sekaligus editing, dengan hasil yang menurut saya cukup luar biasa sebagai sebuah debut. Saya pribadi menonton Rent-A-Pal tanpa tahu apapun soal film ini sebelumnya, dan tentu tanpa ekspektasi. Hasilnya, saya merasa sangat puas. Rent-A-Pal adalah sebuah kisah original yang mengeksplorasi tentang rasa kesepian, trauma masa kecil, alienasi sosial, kehampaan hidup, serta keputusasaan, dengan cara yang cukup gelap, meresahkan, sekaligus menyedihkan. Tema dalam Rent-A-Pal bisa saja cukup mengganggu bagi mereka yang sedang atau pernah merasakan kesepian dalam hidupnya, jadi mungkin film ini bukan untuk semua orang.

Berlatar tahun 90-an awal, seorang pria lajang berusia empat puluh tahun bernama David tinggal hanya berdua dengan ibunya karena ia harus merawat ibunya yang menderita demensia. Ini bagaikan pekerjaan 24 jam baginya, di mana David harus selalu stand-by di rumah selama hampir sepuluh tahun terakhir. Sebagai seorang caregiver, David memang sangat penyabar dan tidak pernah mengeluh. Karena David tak memiliki waktu untuk bekerja, mereka berdua hidup hanya bermodalkan uang tunjangan dari pemerintah saja. Namun David seakan tidak memiliki hidupnya sendiri. Ia juga tidak punya waktu untuk memiliki teman. Setiap ada kesempatan untuk keluar rumah, David pergi membeli kaset-kaset VHS dari sebuah perusahaan layanan kencan. Bagi kita yang dibesarkan dengan internet, tentu hal ini sulit dibayangkan. Jauh sebelum semua aplikasi online dating tersedia, mungkin layanan kencan lewat video VHS seperti ini memang ada di Amerika. Layanan ini membantu para single untuk bisa saling terkoneksi melalui wawancara dan presentasi pendek tentang diri masing-masing yang direkam dalam format VHS, yang kemudian distribusikan kepada para pencari pasangan. Berbeda dengan Tinder atau layanan kencan yang jauh lebih modern lainnya, proses layanan kencan lewat rekaman video ini sedikit lebih memakan waktu. Karena David begitu kesepian dan tidak memiliki waktu untuk bergaul, maka layanan kencan ini adalah satu-satunya harapan baginya untuk menemukan pasangan. Hidup David berubah saat suatu hari ia menemukan sebuah kaset VHS berjudul “Rent-A-Pal” yang berada di keranjang diskon. Isi video tersebut tak lebih dari sekedar seorang pria bernama Andy yang duduk di kursi sambil bercakap-cakap kepada penonton, seakan-akan ia adalah sosok sahabat yang sangat menyenangkan. Saya pikir orang waras manapun tidak ingin berbincang-bincang dengan rekaman video, apalagi menganggap pria asing di dalam video tersebut sebagai sahabat. Namun sosok sahabat seperti Andy adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh David. Awalnya ia menonton video itu dengan tidak terlalu serius. Namun setelah beberapa kali menontonnya, David mulai menganggap bahwa Andy adalah teman sejati yang selalu mendengarkan dan memahami David. Meskipun akhirnya David menemukan gadis idamannya lewat jasa layanan kencan, David sudah terlanjur terobsesi dengan Andy, dan garis antara realita dan fantasi mulai kabur.

Meskipun narasi dalam film ini adalah murni fiksi, tapi konsep video VHS “Rent-A-Pal” terinspirasi dari fenomena asli di dunia nyata. Pada tahun 1986, sebuah kaset VHS berjudul “Rent-A-Friend” dirilis di Amerika, dengan konsep yang sama dengan Rent-A-Pal di dalam film ini. Idenya sangat sederhana: menyewa video berisi seseorang asing untuk menjadi teman bagi mereka yang kesepian. Dalam versi aslinya, seorang pria bernama Sam menjadi host video tersebut. Ia berperan seakan-akan sedang berbincang-bincang dengan penontonnya selama empat puluh dua menit. Sama persis seperti yang dilakukan Andy di dalam film, sosok Sam bertindak sebagai seorang teman yang sempurna. Ia mengajukan pertanyaan, mengajak bermain game, mendiskusikan masalah, hingga berbagi cerita. Mereka yang kesepian hanya perlu memutar video tersebut dan berbincang-bincang pada rekaman. Meskipun ini terdengar gila, tak bisa dipungkiri fenomena ini memang pernah terjadi di dunia nyata. Ide ini cukup menyedihkan sekaligus mengerikan bagi saya, menyadarkan saya bahwa rasa kesepian adalah sesuatu yang sangat memilukan hingga ada orang-orang yang mencari interaksi sosialnya pada sebuah rekaman video. Kalau penasaran, kalian bisa menonton video asli Rent-A-Friend di Youtube.

Kembali ke film Rent-A-Pal, selain karena ditulis dengan baik, film ini efektif karena para cast-nya yang bekerja dengan sangat solid dan meyakinkan. Pertama adalah aktor Brian Landis Folkins yang memerankan David dengan sangat baik, membuat penonton bisa merasakan empati yang besar pada dirinya. Ketika perilakunya mulai berubah secara perlahan, penonton bisa merasa khawatir. Lewat David, kita bisa menyaksikan bagaimana perjuangan seseorang yang kesepian untuk membangun hubungan dengan orang lain secara nyata. Keputusan film ini mengambil masa tahun 90-an juga sangat membantu kisah dalam Rent-A-Pal menjadi lebih efektif. Seperti kita semua bisa bayangkan, pada era itu manusia saling terhubung secara nyata tanpa adanya gadget maupun internet. Tentu itu bukan hal mudah bagi seseorang seperti David. Setelah mengikuti keseharian David, saya hanya ingin yang terbaik terjadi padanya. Selain itu aktor Wil Wheaton alumni serial The Big Bang Theory yang berperan sebagai Andy juga tak kalah bagusnya. Meskipun perannya sangat terbatas hanya sebagai host di dalam rekaman VHS di mana ia banyak tersenyum bersahabat, tapi semua yang ia lakukan tetap berhasil memiliki sisi janggal dan agak sedikit creepy. Namun adalah aktris Kathleen Brady pemeran ibu David lah yang memainkan peran yang pantas diapresiasi. Ia memainkan peran seseorang ibu tua yang menderita demensia dengan sangat meyakinkan sekaligus menyedihkan, dan harus melewati adegan kasar yang tentu tidak mudah untuk seorang aktor lansia.

Rent-A-Pal adalah sebuah studi karakter yang menarik sekaligus suram tentang seseorang yang kesepian dan sangat membutuhkan terapi. Saya sangat terkesan dengan bagaimana terampilnya penulis/sutradara Jon Stevenson menggambarkan kesedihan David dalam karya debutnya ini. Meskipun Rent-A-Pal beralur cukup lambat, namun menurut saya pace-nya sangat cocok untuk kisah seperti ini. Saya rasa bagaimana film ini diakhiri juga cukup membayar semua penantian saya. Rent-A-Pal jelas merupakan kejutan yang saya anggap sebagai salah satu hidden-gem thriller horror tahun 2020 yang sangat layak ditonton. Tapi jangan berharap untuk mendapat hiburan dari film ini, karena Rent-A-Pal adalah film yang cukup suram dan tidak akan membuat suasana hati penonton menjadi ceria. Mereka yang mencari adegan-adegan gore juga mungkin akan kecewa, karena sisi horor film ini ada pada tatanan ide tentang kewarasan, serta aksi seperti apa yang bisa muncul dari keadaan mental yang perlu diobati seperti David.