MOVIE REVIEW: LADY TERMINATOR (1988)

LADY TERMINATOR
Sutradara: H. Tjut Djalil
INDONESIA (1988)

Review oleh Krowbar

Yo pemuda-pemudi Indonesia. Ada sebuah fakta historis yang penting untuk kalian semua ketahui: Lady Terminator adalah karya sinema terbaik sepanjang sejarah perfilman negeri ini.

Kalian tidak bisa membantahnya. Kalian tidak layak membantahnya.

Tak ada yang kalian tulis, perankan, rekam, edit lalu keluarkan bakal pernah bisa menyentuh level kesempurnaan dari masterpiece produk kehancuran jaman rilisan 1988 ini. Ngga ada. Kalian dipersilakan untuk mencoba. Tapi ijinkan gua untuk memperingatkan bahwa semua itu hanyalah akan berakhir sia-sia.

Lady Terminator adalah sebuah harta karun nasional. Titik.

Berikut sedikit pelajaran sejarah (yang sebenernya sama sekali ngga perlu) nasional; pada jaman 70 dan 80-an, sineas-sineas Indonesia melakukan apa yang semua orang Indonesia masih tetap lakukan sampai hari ini: meniru sesuatu yang populer di barat untuk membuat versi sendiri yang lebih murah. Hal itu merupakan tradisi (dan juga nasib) budaya kita sebagai negara buruh murah dunia ke-3. Menjadi “orisinil” jelas bukan ciri karakteristik kita, ciri karakteristik kita adalah impor-ekspor. Buat gua sih itu ngga masalah selama kita bisa melakukannya secara fantastis…dan Lady Terminator bisa melakukan segalanya secara fantastis.

Hikayat Lady Terminator dimulai pada suatu masa di jaman dahulu kala. Ketika Ratu Pantai Selatan (Yurike Prastika di masa prima) menunggangi seorang pria di atas ranjang sutra berkelambu khas kamar hotel sepanjang jalur pantura. Di tengah-tengah apa yang nampak seperti aksi coitus mesra supir truk lelah pulang kerja tersebut, Sang Ratu tiba-tiba memberi tatapan kamera Deddy Corbuzier kala dia masih berprofesi sebagai mentalis. Lalu, DARAH BERCIPRATAN dari area spesifik di bawah pinggang pria tadi. Kalian semua tau lah dari mana, karena orang tidak buka-buka website Maternal jika belum cukup usia buat punya –minimal- rekening berisi uang pribadi untuk dibelanjakan.

Doi keliatan kaya lagi berusaha membengkokan sendok dengan kekuatan pikiran

(Dialog asli:) “Is there any man who can satisfy me?” tanya doi sambil menggigit anggur dengan sedikit terlalu sensual. Harap dicatat bahwa semua dialog film ini menggunakan bahasa Inggris, karena versi yang lagi gua bahas di sini adalah versi dubbing anak gaul Jaksel. Maka masuklah seorang pria bule, karena ngga ada yang lebih Jaksel dari daya tarik magnetis antara seorang wanita pribumi dengan pria bule. Pria bule pun kemudian berlanjut memuaskan Sang Ratu dengan kekuatan super alamiah open-mindedness-nya, sebelum kemudian mencabut apa yang keliatan kaya sejenis belut-mutan dari selangkangan Sang Ratu, dan merubahnya jadi sebilah keris! Seakan-akan itu belum keliatan cukup aneh, dia kemudian megang keris tersebut dalam posisi siap hujam sambil bilang “YOU ARE MY WIFE NOW!!” yang gua asumsikan adalah metafora dari kekerasan kolonialisme pendatang dunia barat terhadap penduduk asli.

Sedangkan adegan ini adalah potret kehidupan sehari-hari seorang ekspatriat di Jakarta Selatan

Ini membuat Sang Ratu mengamuk. Sehingga doi pun mengucapkan Sumpah Palapa untuk kembali dalam tempo 100 taun guna membalas dendamnya kepada keturunan si pria bule. Ngga tau ya, tapi milih buat menunda 100 taun untuk sesuatu yang sebetulnya bisa diselesaikan di situ pada saat itu juga pasti hal paling Indonesia yang dilakuin orang Indonesia dalam keseluruhan film ini.

“AKU AKAN MENUNTUT BALAS… nanti abis beres tidur siang!!”

Delapan belas syut vodka dan 100 taun kemudian, seorang anthropolog bernama Tania Wilson (Barbara Ann Constable) datang ke Indonesia dalam rangka melakukan studi anthropologi pada legenda Ratu Pantai Selatan. Ke-anthropologi-an doski tuh nampaknya sangat penting, karena film ini kan ceritanya rip-off dari film sci-fi, jadi mereka merasa harus masukin kata-kata yang kedengeran “saintifikal” di dalamnya. Selepas sama sekali mengabaikan peringatan super-creepy dari pustakawan super-creepy yang diperankan HIM Damsyik, legend. Tania pergi menumpang kapal untuk mendatangi lokasi Istana Laut Selatan, kemudian melakukan ekspedisi menyelam yang berakhir di atas ranjang ternoda dalam ruang bawah tanah 50 Shades of Gray.

Dibuat dengan budget sabun muka sehari cast 50 Shades of Grey

Selanjutnya, dalam apa kemudian menjadi salah satu adegan paling menakjubkan sepanjang sejarah sinema; belut-mutan yang tadi kita liat tau-tau merayap lewat seprei untuk masuk ke dalam vagina doski kaya versi hentai dari Invasion of the Body Snatchers. Belut-mutan tersebut mengambil alih tubuh Barbara Ann Constable, merubah doi dari Tania Wilson: Anthropolog. Untuk menjadi Lady Terminator: mesin pembunuh dengan cheat God-mode. Film ini pun seketika menjelma menjadi The Terminator. Jikalau The Terminator membuang semua logika yang menjadi rambu-rambu internasional filmmaking keluar jendela demi kepentingan hiburan murni.

Seperti, kenapa sebuah hotel harus dijaga oleh seorang masinis..,dan kenapa dia bawa Uzi??

Terlalu banyak orang menyepelekan film ini karena ia “cuma” jiplakan The Terminator. Tapi gua siap mendebat siapa pun yang punya pendapat itu karena sutradara H. Tjut Djalil (di sini terkredit pake pseudonim ‘Jalil Jackson’) tidak hanya sekedar menjiplak The Terminator, melainkan berusaha melebihinya. Serius, semua set-piece action serta plot-point Terminator juga ada di sini, namun Djalil menunjukannya dengan berlipat kali lebih hiperbolis hingga itu ada pada level ngga waras. Jadi, selain kebal segala dan bisa memancung kelamin pria dengan belut-mutan dari vaginanya, Lady Terminator juga punya kekuatan supranatural untuk menembakan senapan otomatis beramunisi tanpa batas. Itu semacam…semua kekuatan penjaga roda mesin kapitalisme diborong oleh satu orang! Gimana coba cara ngalahinnya? Wanita ini ibarat Thanos kalau Thanos rajin pergi ke gym dan punya hairspray dalam kuantitas besar.

Serta terbuka untuk menerima tawaran product-placement

Ngomong-ngomong, berkat bantuan alat pelacak teknologi super-canggih paling mutakhir bernama “siaran TVRI”, Lady Terminator berhasil menemukan Sarah Connor-nya: Erika (Claudia Angelique Rademaker), gadis bintang pop yang ternyata keturunan pria bule yang sukses menyetubuhinya dulu. Maka doi pun memulai misinya dengan memberondong semua yang ada dalam radius pandangan secara membabi-buta kaya lagi main Doom pake settingan ultra-violence. Bukan, bukan “menembaki” ya. Memberondong. Jamak. Wanita ini membenci manusia lain secara lebih kronis dari pemain GTA online, dan kemurkaannya membawa kehancuran massal dalam skala yang cuma setara dengan dewa-dewi Olympus.

Doi juga menghancurkan TV secara lebih instan dari konten monetisasi Youtube

Sementara itu, pihak kepolisian lokal mulai dikejutkan oleh rutinitas baru kemunculan mayat-mayat pria dengan kelamin terpotong dan mulai melakukan investigasi. Detektif Amerika (Christopher J. Hart), yang entah kenapa berada di Indonesia, serta Detektif Tom (Ikang Fawzi) menghabiskan sebagian besar “investigasi’ ini dengan langsung memperbincangkan soal belut penggigit kelamin. Ini ganjil karena setau gua “belut penggigit kelamin” bukan kasus yang lumrah terjadi dalam dunia kriminal perdetektifan. Ada puluhan kemungkinan nan lebih logis terjadi pada mayat yang ditemukan dengan kelamin terpotong, namun mereka langsung mengambil kesimpulan bahwa itu pasti gigitan belut. Ini bisa jadi hasil kerja detektif paling brilian atau bisa jadi juga yang paling buruk, tergantung film macam apa yang lagi lo tonton. Singkat kata-singkat cerita, Detektif Amerika jadi Michael Biehn yang melindungi Erika dan mereka pun memilih waktu paling tidak tepat untuk jatuh cinta, layaknya semua muda-mudi dalam film action lainnya.

Skor untuk kesempurnaan penempatan tangan: 10/10

Pada spektrum emosi manusia yang berseberangan, Lady Terminator masih menjalani misinya untuk menjadi inspirasi sinematik bagi John Woo dan Quentin Tarantino. Doi membuka baku tembak lebih rutin dari ikon shortcut PUBG, lalu motongin kelamin cowo pake vagina untuk mengisi waktu santainya. Wanita ini seakan-akan tercipta dari semua mimpi buruk Roman Polanski disatuin. Segala yang T-800 lakukan dengan darah dingin, Lady Terminator melakukannya sambil mabok kokain.  T-800 menyerang klub malam? Lady Terminator jalan masuk ke klub dangdut kaya Arnold masuk ke videoklip Guns ‘N’ Roses (yang, sekedar mengingatkan, belum terjadi sampai Terminator 2) untuk langsung membuat pengunjung terhuyung memenuhi lantai kaya doi tuh seorang DJ house-remix di diskotek Bollywood.

Yang bisa dianggap mercy-kill, menimbang betapa menyedihkannya bule-bule kalau berdansa

T-800 menyerang kantor polisi? Lady Terminator juga menyerang kantor polisi. Kemudian lanjut menghabisi semua penghuninya pada tiap lantai kaya doi lagi pitching plot buat The Raid seorang diri. Ketidakseimbangan kekuatan yang kita saksikan di sini sungguh-sungguh menggelikan. Terakhir kalinya ada infrastruktur yang menumpuk sedemikian banyak mayat di bawah satu tutupan atap adalah kuburan massal di Kamboja. Wanita ini sedemikian tak berlawan sampai ia mulai secara spesifik menembaki kelamin lawan karena bosan. Kemudian lanjut menembaki orang yang sudah mati berhubung sudah ngga ada orang hidup yang tersisa buat ditembak.

SIAPAKAH KIRANYA YANG BISA MENGHENTIKAN MONSTER SEMENGERIKAN INI??????

Oh hei, pustakawan super-creepy HIM Damsyik muncul kembali, saudara-saudara! Legend! HIM Damsyik keliatan kaya orang yang paling kompeten untuk mengendalikan situasi ini. Karena perannya di sini tuh stereotip paling tipikal tokoh “guru spiritual” standar sinema lokal. Secara sempurna tergambar pada sebuah shot di mana ia nampak seperti sedang membersihkan area syuting Dunia Lain dari gangguan roh jahat saat mereka bersiap-siap melangsungkan tantangan uji nyali. Kemudian ia datang, kali ini dengan dandanan Armand Maulana tiap kali mengisi acara spesial Ramadhan, untuk memberikan eksposisi super penting kepada Erika. Orang ini merupakan satu-satunya pemegang mestika yang bisa melukai Lady Terminator, jadi gua asumsikan peranannya di sini sangatlah penting bagi plot.

Adegan ini memiliki potensi untuk menuju pada duel kung fu-Matrix nan sensasional

…atau bisa juga tidak, karena kemudian ia hanya diam berdiri waktu Lady Terminator merubahnya jadi saringan lele menggunakan muntahan 100 peluru M-16 berturut-turut tanpa balas. Plot-twist dari film ini sungguh-sungguh luar biasa.

Makin tersudut, Detektif Amerika dan Erika pun menyembunyikan diri dengan jalan-jalan di mal. Di mana mereka bertemu Lady Terminator yang juga lagi jalan-jalan di mal. Inilah kenapa sekarang semua orang lebih memilih belanja di online shop. Beberapa korban tak bersalah kemudian, pasangan kita melarikan diri dengan kendaraan roda empat seiring dikerahkannya helikopter polisi untuk mulai meluncurkan roket-roket jarak pendek ke jalanan umum kota besar, karena semua orang dalam film ini tuh memang psikopat.

Satu screenshot ini menunjukan lebih banyak lubang dari keseluruhan plot-nya Army of the Dead

Jika dalam Terminator Arnold tuh sangat sulit untuk dibunuh, maka dalam Lady Terminator karakter titular kita ini praktis mustahil untuk dibunuh. Nyaris segalanya yang memungkinkan buat dikerahkan sudah dikerahkan. Mulai dari pustakawan super-creepy HIM Damsyik hingga pemboikotan busana atasan yang menutup pusar. Tak satu pun dapat menghentikan doski dari makin keliatan kaya doi siap tampil dalam sebuah videoklip Motley Crue. Umat manusia sepertinya tengah berada pada satu jalur pasti menuju kepunahan, dan harus rela hidup di bawah tirani penguasa Laut Selatan kita yang baru.

Lalu…

ENTER. THE. DRAGON.

Tokoh pada gambar di atas bernama Snake, sebuah nama keren yang ternyata masih kalah keren jika dibandingkan dengan nama orang yang menjadi pemerannya: Adam “Muthafuckin” Stardust! Snake merupakan kulminasi titik puncak action-hero 80-an: kombinasi menakjubkan dari tank top mencengangkan dengan rambut yang lebih mencengangkan. Pahlawan kita ini mendengar kabar bahwa satu mesin-pembunuh-tak-terhentikan sedang berkeliaran membawa senjata api di jalanan kotanya, lalu mendatanginya dengan senapan mesin seakan-akan dirinya dilahirkan dengan kode Konami tercetak di dalam DNA-nya.

Ia mengambil kekuatannya dari rambut mullet 80-an Linda Hamilton

Orang ini tuh asli badass kelas berat. Lady Terminator pun terpaksa harus berubah ke wujud asli Endoskeleton doi untuk bisa punya kans mengalahkannya. Doski bahkan tidak bisa menggunakan jurus andalah belut-mutan pemotong kelaminnya, karena alat kelamin Snake terbuat dari moncong baja laras senapan mesin M60.

Demigod kita ini mengejakulasikan 650 butir peluru kaliber 7.62 mm dalam sekali orgasme

Misalnya kalian –untuk sebuah alasan tertentu- masih belum yakin bagaimana menakjubkannya Snake di sini, biar gua jelaskan bahwa dia adalah alasan kenapa Lady Terminator harus mengeluarkan jurus fatality pamungkas kuncian doski: tembakan SINAR LASER dari mata!

Yang sejujurnya merupakan fitur standar iblis lokal era 80-an

Sumpah, film ini merupakan film jelek yang –tanpa dibuat-buat- mengeksekusi kejelekannya dengan sedemikian sempurna hingga mentransendensi label “film jelek” ke dalam pengertian nan spiritualis. Pencapaiannya melewati sekedar bikin orang “menonton” dan mencapai level pengalaman imersif dari ada dalam dunia absurd. Di mana soundtrack synthe murahan, akting amatiran, dialog menggelikan, plot menyedihkan, efek budget pas-pasan, serta kekerasan berlebihan semua bercampur dalam kegilaan naluriah alam kreatif non-sadar yang berakhir dalam satu bentuk mahakarya maha-aneh nan tulus.

Direpresentasikan oleh kemampuan mengagumkan pria ini, untuk kencing sejauh itu tanpa sama sekali perlu membuka retsleting celananya

Tentu ini meniru The Terminator. Ngga ada yang membantah itu. Tapi Tjut Djalil tidak semerta-merta meniru The Terminator, ia juga memberikan effort lebih dengan memasukan berbagai input-input kreatifnya sendiri. Legenda Ratu Pantai Selatan, belut-mutan pemotong kelamin pria, adegan fetish di dasar laut, zombie meledakan helikopter pake SINAR LASER yang keluar dari mata, Snake teriak “FUCK YEAH” sambil megang M-16 di ATAS PANSER. Ngga satu pun dari contoh-contoh tersebut ada yang punya peranan dalam The Terminator, dan semuanya tuh sedemikian ikonik sampai film Terminator asli malah jadi keliatan cupu kalau ditonton lagi.

Misalkan kita harus membandingkan Lady Terminator dengan The Terminator, bagaimana jika kita lakukan itu pada Terminator-nya sendiri? Gua bisa bilang, tanpa hiperbola atau setitik pun ironi, bahwa Barbara Ann Constable itu lebih bagus dari Arnie. Maksud gua, penampilannya di sini jelas ngga akan masuk nominasi Oscar, tapi doi memerankan mesin pembunuh tanpa perasaan dengan sangat meyakinkan. Plus, performa doski tuh 100% serius, satu hal yang pasti sangatlah sulit dilakukan dalam produksi sebuah film nan segini sarap. Toh, kalau kita membicarakan kualitas-akting, kans dari Arnie buat menang Oscar di The Terminator juga sama sekali ngga ada kok. Setidaknya Barbara Ann Constable keliatan kaya rock star dari era arena glam-metal. Arnie keliatan kaya action-figure tiruan Cina dari karakter kelas E GI Joe yang ngga pernah cukup keren buat dimasukin ke dalam serial animasinya.

Gua sering mendengar orang bertanya kenapa James Cameron ngga pernah menuntut film ini. Buat mereka gua akan balik bertanya: gimana dia bisa?? Lady Terminator tuh 100 kali lipat lebih terminator dari The Terminator. Jika nonton ini (dan gua curiga dia udah), Cameron cuma bakal merasa heran kenapa seorang ngga-tau-siapa dari negara ngga-tau-dimana bisa mencuri ciptaannya, lalu secara eksplosif membuat itu nampak lebih menakjubkan. Secara cerita, ya, Lady Terminator jelas menjiplak The Terminator. Tapi secara vibe kekerasan dan action non-stopnya, film ini lebih menyerupai Terminator 2, yang belum dirilis sampai tiga taun sesudah Lady Terminator.

Jadi, iya, Lady Terminator adalah cetak biru dari film terbaik di dalam sejarah franchise Terminator. Prestasi mengagumkan untuk sebuah karya jiplakan bukan?

Didedikasikan untuk mendiang HIM Damsyik. RIP Legend.