fbpx

MOVIE REVIEW: DEMONI / DEMONS (1985)

DEMONI / DEMONS
Sutradara: Lamberto Bava

Italia (1985)

Review oleh Tremor

Pada tahun 70-an hingga pertengahan 80-an, film horor Italia mulai membanjiri pasar internasional dan membawa banyak pengaruh besar pada industri film horror di negara lain hingga hari ini, termasuk Indonesia. Para sutradara horror Italia seperti Mario Bava, Dario Argento, Ruggero Deodato dan Lucio Fulci memang menghembuskan nafas baru dalam dunia film horror dan secara tidak langsung memancing para sineas horror lainnya untuk menjadi lebih kreatif dan unik. Film horror Italia pada era tersebut selalu memiliki ciri khas dan standar tertentu: special effect tradisional yang brilian, gore, seksualitas, ketegangan, dilengkapi plot penuh imajinasi yang sering kali memang tidak masuk di akal dan dub bahasa Inggris yang agak cheesy agar bisa dipasarkan ke negara yang malas membaca subtitle, Amerika. Dari film-film horror Italia era tersebut, kita bisa melihat semua cikal bakal para pembunuh gila bertopeng dan banyak sekali zombie. Hutan-hutan dalam film Italia juga dipenuhi oleh suku kanibal yang buas. Film-film horror Italia juga mewariskan banyak sekali adegan tak terlupakan yang kemudian akan selalu dikenang oleh para penggemar horror hingga hari ini.

Pada tahun 1985, putra dari sutradara Italia legendaris Mario Bava yang bernama Lamberto Bava, menyutradarai film klasik berjudul Demoni, atau Demons dalam judul internasionalnya. Ini bukan film pertamanya. Lamberto pertama kali terjun ke industri film adalah saat membantu ayahnya menyutradarai film horror Italia yang berjudul Schock (1977), lalu membuat filmnya sendiri berjudul Macabro (1980). Dalam pembuatan film Demoni, Lamberto cukup beruntung karena ia dibantu oleh dua seniornya dalam penulisan naskah serta produksinya. Tidak main-main, mereka adalah Dardano Sacchetti dan Dario Argento. Pada saat film ini dirilis, nama penulis naskah Dardano Sacchetti memang sudah sangat dikenal dalam komunitas horror, karena ia adalah orang yang menulis naskah film-film Italia legendaris lainnya seperti Zombie (1979), City of the Living Dead (1980), The Beyond (1981), hingga The House by the Cemetery (1981). Sementara Dario Argento, mungkin sudah tidak perlu diperkenalkan lagi, adalah sutradara dari film-film seperti Deep Red (1975), Suspiria (1977), Inferno (1980), Tenebrae (1982), hingga Phenomena (1985). Dengan tagline: “Mereka akan menjadikan kuburan sebagai katedral mereka dan kota-kota akan menjadi makam-mu”, film Demoni jelas menjanjikan sesuatu yang jahat sekaligus fun untuk ditonton.

Tidak seperti kebanyakan film horror Italia lainnya, plot Demoni adalah salah satu plot yang bisa dibilang sederhana, tidak banyak basa-basi dan mudah dicerna. Kita tidak perlu banyak berpikir. Cukup nikmati. Film ini dibuka dengan seorang mahasiswi bernama Cheryl sedang naik kereta api menuju ke universitas tempat ia belajar di Berlin. Cheryl mulai menyadari bahwa ia dibuntuti oleh seorang pria misterius bertopeng perak yang tampak menyeramkan. Ternyata pria tersebut bukan hendak membunuhnya. Ia hanya ingin membagikan dua tiket film secara gratis pada Cheryl, yang kemudian dibagi-bagikan juga pada orang lain di stasiun kereta. Rupanya ada sebuah bioskop yang baru saja dibuka bernama Metropol, dan akan memutar sebuah film horror secara gratis. Akhirnya Cheryl mengajak temannya yang bernama Kathy untuk menonton. Sesampainya di Metropol, mereka menemui ruangan lobi sudah dipenuhi kerumunan calon penonton yang cukup beragam. Di tengah ruangan tersebut dipajang sebuah motor off-road, manekin samurai lengkap dengan pedang atana-nya, dan sebuah topeng iblis berwarna perak. Pajangan ini adalah bagian dari promosi dan gimmick film yang akan diputar.

Beberapa karakter minor di kerumunan penonton mulai diperkenalkan. Salah satunya adalah seorang germo bernama Tony yang datang dengan dua teman perempuannya, Rosemary dan Carmen. Sambil menunggu pintu teater dibuka, Rosemary mengambil topeng iblis berwarna perak dari pajangan dan mencobanya. Tapi sesuatu di sisi dalam topeng tersebut melukai pipinya. Calon penonton lain adalah seorang buta bernama Werner yang ditemani oleh putrinya bernama Liz. Karena Werner buta, ia bergantung pada Liz untuk menggambarkan film baginya saat mereka menonton. Selain itu ada juga dua remaja laki-laki bernama George dan Ken yang sejak awal sepertinya ingin mendekati Cheryl dan Kathy.

Setelah teater dibuka dan semua orang duduk, film pun dimulai. Film yang diputar bercerita tentang sekelompok anak muda diam-diam membongkar makam Nostradamus di tengah malam. Di dalam makam tersebut mereka menemukan ramalan tentang bagaimana dunia berakhir lewat kebangkitan iblis. Salah satu dari mereka (aktor yang sama yang memerankan pria bertopeng di awal) menemukan topeng iblis berwarna dan mengenakannya. Padahal temannya yang lain sudah memperingatkan bahwa siapa pun yang memakai topeng itu akan menjelma menjadi iblis.

Di kursi penonton, Rosemary menyadari luka pada pipinya yang ditinggalkan oleh topeng perak di lobi tadi mulai berdarah lagi. Ia pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan lukanya. Tapi apa yang kemudian terjadi akan mengangetkan semua orang. Luka pada pipi Rosemary membengkak, meledak dan mencipratkan lendir berwarna hijau. Menyadari Rosemary pergi ke kamar mandi terlalu lama, Carmen pun pergi menyusul Rosemary hanya untuk menemukan bahwa, seperti lelaki di dalam film yang sedang diputar, Rosemary telah berubah menjadi iblis. Rosemary versi iblis menyayat wajah Carmen dan Carmen lari ketakutan hingga tersesat di dalam gedung bioskop. Akhirnya ia menemukan dirinya terjebak di belakang layar film, dengan luka sayatan yang sudah mulai membengkak dan pecah. Carmen pun menerobos layar hingga sobek dan fisiknya perlahan bertransformasi menjadi iblis di depan seluruh penonton teater.

Pada titik inilah film Demoni mulai menggila. Setelah transformasi yang luar biasa pada tubuh Carmen saat ia berubah menjadi iblis, Carmen pun mulai membantai para penonton di bagian depan auditorium, sementara iblis Rosemary berlari dari belakang dan ikut membantai para penonton yang berlarian panik. Keadaan semakin kacau saat para penonton menemukan bahwa semua pintu keluar gedung telah ditutup rapat. Mereka semua terjebak di dalam gedung Metropol dengan para iblis yang memburu mereka. Siapa pun yang terluka oleh iblis cepat atau lambat akan bertransformasi menjadi iblis juga. Satu persatu dari para penonton pun mulai menjadi iblis dan memburu mereka yang masih bertahan, sementara sisanya berusaha mempertahankan diri dari serangan para iblis dengan cara apapun. Film Demoni segera menjadi pesta penuh kekerasan, aksi-aksi spektakuler, serta banyak sekali darah. Semua ini sangat fun untuk ditonton.

Yang paling saya suka dari Demoni adalah film ini tidak banyak berbasa-basi. Penonton tidak perlu menunggu lama hingga sesuatu terjadi, tidak ada waktu yang terbuang untuk pengembangan karakter yang membosankan, karena dalam kisah Demoni, pengembangan karakter sama sekali tidak diperlukan. Film ini juga tidak memiliki plot yang kompleks, dan tentu saja logika harus dibuang jauh-jauh agar bisa menikmati film semacam ini. Awalnya Demoni memang berkisah tentang orang-orang asing yang saling menginfeksi dan menghancurkan satu sama lain dalam lingkungan yang terisolasi: gedung bioskop. Tapi kemudian ditutup dengan ending apokaliptik yang menakjubkan, sekaligus (kalau dipikir-pikir) mengerikan. Ending film ini tidak menawarkan harapan bagi umat manusia, semua karakter sama bingungnya dengan para penonton karena tidak adanya penjelasan apapun soal apa yang terjadi, serta tidak ada kemenangan secara fisik maupun moral bagi mereka yang selamat. Saya suka sekali ending film ini.

Special effect tradisional dan makeup dalam film ini juga sangat pantas untuk dipuji karena kerja mereka benar-benar fantastis secara visual, dari mulai proses transformasi seseorang menjadi iblis, lidah panjang yang melambai-lambai keluar dari mulut, hingga adegan “kelahiran” iblis yang keluar dari punggung salah satu karakter. Berbicara tentang visual, selain adegan kelahiran iblis lewat punggung, Demoni juga memiliki salah satu scene mencekam dan sangat mudah dikenang dalam sejarah film horror, yang kemudian dijadikan poster utama film Demoni: segerombolan iblis dengan mata menyala berjalan perlahan menaiki tangga dengan latar belakang sorotan cahaya berwarna biru. Maka tidak heran kalau film ini begitu dikenang oleh para penggemar horor di seluruh dunia, karena adegan-adegen dalam Demoni memang luar biasa. Ada begitu banyak darah, muntah, lelehan lendir hijau, mata yang lepas, anggota tubuh dan daging yang robek, tusukan, cakaran, tembakan senjata, hingga tebasan katana. Film ini memang meminjam sedikit elemen film zombie, tetapi dalam versi yang lebih mengerikan. Mereka yang terinfeksi tidak menjadi mayat hidup, tetapi menjadi iblis dengan taring dan cakar tajam.

Proses transformasi manusia menjadi iblis dalam Demoni terlihat seperti proses yang sangat menyakitkan karena sang sutradara sengaja berlama-lama memperlihatkan semua detail perubahan fisik. Kuku-kuku yang pecah dan terlepas digantikan oleh cakar hitam panjang yang keluar dari balik daging, layaknya kuku-kuku iblis yang bisa kita bayangkan. Adegan-adegan yang menyorot gigi mereka yang berubah menjadi iblis juga tak kalah ngilunya. Gigi-gigi tersebut rontok satu per satu dan digantikan oleh taring-taring yang tajam dan panjang. Special efek dalam film ini benar-benar luar biasa, dan saya sangat menghargai film ini karena mereka benar-benar memperlihatkan proses transformasi manusia menjadi iblis dengan sangat mendetail (dan menyakitkan), bukan secara off-screen.

Satu hal lain yang perlu dicatat juga adalah, soundtrack Demoni yang menambah unsur fun film ini: heavy metal / rock 80an yang populer di masa itu seperti Accept, Billy Idol, Motley Crue, Rick Springfield, hingga Saxon. Selain nuansa rock pada soundtrack, terdapat juga karya dari Claudio Simonetti, musisi Italia yang cukup terkenal karena karyanya dalam soundtrack banyak flim horor Italia lainnya. Simonetti adalah keyboardis dari band rock progresif bernama Goblin yang memang spesialis dalam mengisi skoring film-film horor Italia dan Amerika sejak tahun 1970-an.

Secara keseluruhan, film ini adalah salah satu perjalanan gila yang penuh kekacauan dan sangat menyenangkan. Beberapa imaji bisa saja menakutkan bagi beberapa orang hingga hari ini. Demoni adalah salah satu film yang menyenangkan sekaligus menghibur dalam daftar cinema Italia. Saya sangat merekomendasikan Demoni kepada siapa pun yang menyukai film horor yang fun, liar, brutal dan penuh kegilaan. Siapkan kudapan sebanyak-banyaknya, ajak teman-teman dekat, duduk, lupakan logika dan nikmati Demoni.

Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com