MOVIE REVIEW: DEAD HEAT (1988)

DEAD HEAT
Sutradara:
Mark Goldblatt
USA (1988)

Review oleh Tremor

Ada sebuah trend subgenre baru dalam sinema era 80-an, yaitu subgenre “buddy cop”, di mana plot utamanya melibatkan dua orang polisi dengan watak berbeda yang mencoba bekerja sama untuk memecahkan suatu kasus. Formula dasar genre ini umumnya berupa perpaduan antara komedi dengan action thriller yang awalnya dipopulerkan oleh film berjudul 48 Hrs (1982), disusul dengan Running Scared (1986) dan Lethal Weapon (1987). Dead Heat adalah sebuah film komedi buddy cop/action/horror kelas B yang konyol dan tidak menganggap dirinya serius. Film ini hanya mencoba untuk bersenang-senang lewat penggabungan buddy cop, komedi, aksi tembakan uzi tanpa henti, dan zombie. Dead Heat merupakan debut penyutradaraan dari Mark Goldblatt yang sebelumnya lebih banyak bekerja sebagai editor. Portfolio Goldblatt sebagai editor tidak main-main, dimulai dari Piranha (1978), The Howling (1981), Halloween II (1981), The Terminator (1984), Rambo: First Blood Part II (1985), hingga Commando (1985). Kalau melihat daftar tersebut, bisa diasumsikan kalau Goldblatt bukan orang baru dalam genre action dan horror. Namun passion-nya mungkin bukan pada penyutradaraan. Goldblatt tak memiliki banyak karya sebagai sutradara. Satu-satunya film arahan Goldblatt setelah Dead Heat hanyalah The Punisher (1989) yang cukup violent, dibintangi oleh aktor laga asal Swedia, Dolph Lundgren. Dead Heat juga merupakan debut penulisan dari Terry Black, kakak dari penulis film Lethal Weapon (1987) dan film horor komedi The Monster Squad (1987) yang bernama Shane Black. Sepertinya Terry mencoba mengikuti jejak keberhasilan adiknya dengan cara meracik dua genre tersebut menjadi sebuah karya film absurd yang menampilkan kisah laga sepasang polisi dengan elemen horor komedi.

Dua detektif Los Angeles bernama Roger Mortis (perhatikan permainan kata ini) dan Doug Bigelow beserta anggota kepolisian lainnya terlibat baku tembak dengan dua perampok toko perhiasan yang beraksi di siang bolong. Anehnya, para perampok tersebut sangat sulit mati meskipun sudah dihujani banyak sekali peluru. Setelah para perampok akhirnya berhasil terbunuh, hasil otopsinya sangat tidak masuk akal. Penemuan jahitan rapih pada jasad keduanya menandakan kalau mereka sudah pernah diotopsi sebelumnya. Artinya, mereka pernah dinyatakan meninggal sebelum melakukan aksi perampokan terjadi. Kini Mortis dan Bigelow harus menyelidiki kasus misterius ini, karena tak seorangpun percaya dengan adanya mayat hidup. Penemuan jejak unsur kimiawi obat tertentu dalam kedua mayat itu membawa Mortis dan Bigelow ke sebuah laboratorium di mana mereka menemukan satu mesin misterius. Karena ini adalah film action, Mortis dan Bigelow diserang dan baku tembak pun mulai terjadi lagi di sana. Dalam penyerangan ini Mortis meninggal setelah terjebak dalam sebuah ruang kompresi. Rupanya mesin misterius yang sebelumnya mereka temukan di dalam lab adalah mesin yang bisa membangkitkan orang mati, dan dengan menggunakan mesin itu pula Mortis berhasil dihidupkan kembali seperti sedia kala satu jam setelah kematiannya. Semua ingatannya bagus karena ia dibangkitkan tak lama setelah meninggal. Tubuhnya pun bisa menyembuhkan luka dengan mudah. Kini Mortis menjadi polisi zombie yang kebal terhadap peluru, dengan kesadaran penuh layaknya manusia biasa. Namun ada satu kekurangan dari kebangkitan ini, yaitu masa hidupnya sangat terbatas. Mortis hanya memiliki sisa waktu selama 12 jam sebelum tubuhnya hancur membusuk. Tak ingin membuang sisa hidupnya, Mortis mengajak Bigelow untuk menyelidiki siapa pencipta mesin tersebut dan apa tujuannya.

Dalam film semacam Dead Heat, penjelasan rasional investigasi detektif tidaklah diperlukan karena tidak ada penonton yang peduli dengan bagaimana dan mengapa sesuatu terjadi. Jadi sebagian besar proses penyelidikan dalam film ini tidak terlalu penting untuk dipikirkan lebih jauh karena Dead Heat adalah film komedi yang memberikan banyak adegan action, hiburan, serta kesenangan yang tidak perlu dianggap serius. Namun saya yakin kalau saya bukan satu-satunya orang yang berharap film dengan konsep polisi zombie akan berisi banyak adegan gore. Sayangnya, Dead Heat bukanlah jenis film seperti itu. Meskipun anggaran Dead Heat cukup terbatas dan minim adegan gore, tapi seniman special makeup effect Steve Johnson beserta crew-nya tetap bisa berkarya secara maksimal lewat banyak special effect tradisional yang keren. Special effect, makeup dan animatronik adalah salah satu keunggulan dari Dead Heat, dan itu juga yang membuat film ini memiliki penggemarnya sendiri. Salah satu adegan favorit saya dari Dead Heat adalah adegan paling menonjol, memorable, sekaligus terkonyol dari film ini, yaitu ketika Mortis dan Bigelow diserang oleh potongan-potongan tubuh hewan sembelihan di sebuah dapur rumah makan chinese food. Potongan-potongan tubuh ayam, babi panggang, kepala bebek rebus, tubuh sapi panggang tanpa kepala, hingga liver yang sedang diolah untuk menjadi hidangan tiba-tiba hidup dan menyerang mereka. Adegan ini sangat komikal dan menyenangkan untuk ditonton, dengan kerja special effect yang solid. Adegan memorable lain dari Dead Heat juga melibatkan penggunaan special effect tradisional yang cukup mengesankan, yaitu ketika wajah salah satu karakter meleleh dan perlahan hancur hingga tersisa tengkoraknya saja. Kedua adegan tersebut saja sudah cukup untuk menjadi alasan mengapa Dead Heat cukup digemari oleh komunitas horror.

Sebagai film debut beranggaran rendah yang tidak serius, Dead Heat tentu memiliki banyak kekurangan. Namun segala kekurangan tersebut tidak mengurangi rasa fun-nya, karena ini adalah film yang dibuat murni hanya untuk menghibur. Namun saya pribadi agak sedikit terganggu dan tidak menyukai karakter Doug Bigelow yang diperankan oleh seorang komedian 80-an Joe Piscopo karena ia banyak melontarkan lelucon cabul yang menjengkelkan. Saya tahu seharusnya saya menyalahkan ini pada penulisan, bukan pada Piscopo sebagai aktor karena buruknya penulisan dialog Bigelow lah yang menjadikan karakternya justru menjadi tidak lucu sama sekali. Namun setidaknya secara keseluruhan semua pemeran Dead Heat tampak bersenang-senang dalam membuat film yang fun, konyol dan penuh aksi ini. Siapapun yang menikmati film action komedi dengan unsur horor jelas perlu menonton Dead Heat setidaknya satu kali seumur hidup sebagai guilty pleasure yang menyenangkan.