fbpx

MOVIE REVIEW: BASKIN (2015)

BASKIN
Sutradara:
Can Evrenol
Turki (2015)

Review oleh Tremor

Lagi-lagi saya menonton sebuah film yang dipenuhi imaji-imaji mimpi buruk dan neraka dengan batasnya yang sangat tipis. Kali ini cukup spesial, karena film ini datang dari sebuah negara yang sama sekali belum pernah saya tonton produk filmnya sebelumnya: Turki. Walaupun belum pernah menonton film asal Turki, tapi saya sering melihat potongan-potongan klip konyol dari film-film Turki, sebuah produk sinema yang biasa disebut sebagai “mockbuster”, yaitu film yang murni me-rip-offs film-film populer Hollywood. Salah satu film mockbuster Turki yang paling terkenal adalah Star Wars versi Turki, yang kalau saja saya mempunyai akses untuk mendapatkan filmnya, sudah pasti akan saya tonton juga. Judulnya adalah Dunyayi Kurtaran Adam (The Man Who Saves the World), dirilis pada tahun 1982. Tak hanya Star Wars, Turki juga menelurkan film The Exorcist versinya sendiri dengan judul Seytan pada tahun 1974. Dari yang pernah saya baca (dan saya tonton klip-klipnya di youtube), film Seytan ini malah benar-benar tanpa malu me-remake The Exorcist secara identik, scene-by-scene dan shot-by-shot! Bagaimana mungkin saya tidak ingin menontonnya? Sebenarnya masih banyak lagi film mockbuster Turki lain yang me-rip-off film-film besar secara murahan, dari mulai E.T, Jaws hingga Rambo, dan jelas akan sangat menarik untuk dibahas. Sayangnya di sini saya tidak akan membahas soal itu, melainkan soal sebuah film horror asal Turki yang ternyata jauh lebih bagus dari ekspektasi saya dan tentu saja bukan film mockbuster. Judulnya adalah Baskin, sebuah film debut yang cukup mengagumkan dari penulis/sutradara asal Turki, Can Evrenol, yang ia kembangkan dari film pendeknya (2013) dengan judul yang sama.

Film ini dimulai dengan diperkenalkannya para karakter dalam Baskin. Mereka adalah lima orang polisi brengsek yang sedang asik nongkrong di sebuah tempat makan sambil bertukar cerita kotor di malam hari. Salah satu dari mereka, yang paling asshole dari semuanya, yang bernama Yavuz, bahkan sempat mem-bully anak sang pemilik tempat makan. Adu mulut pun terjadi. Bukannya melerai, atasan Yavuz yang bernama Chief Remzi malah mengamankan pistol Yavuz dan mempersilahkannya untuk menghajar anak tersebut dengan tangan kosong. Biasanya dalam kebanyakan film, polisi seringkali diperlihatkan sebagai sosok baik dan pelindung masyarakat. Namun Baskin cukup blak-blakan, para polisi ini jelas-jelas digambarkan sebagai bukan-polisi-baik sejak film dimulai. Alasannya cukup kuat kalau kita memahami plotnya kemudian. Memang tidak semua dari mereka sebrengsek Yavuz. Karakter utama dalam film ini yang bernama Arda tampak seperti anak baik-baik. Ia adalah yang termuda dalam kelompok tersebut, seorang junior yang harus ikut tertawa dan tidak melerai saat seniornya memukuli orang yang tak bersalah. Yah menurut saya itu sama brengseknya. Selain Yavuz, Chief Remzi dan Arda, ada juga dua polisi lain bernama Apo dan Seyfi yang rasanya tidak terlalu digali karakternya. Saat kegaduhan antara Yavuz dan anak pemilik rumah makan terjadi, Seyfi sedang berada di kamar mandi, dimana ia melihat seekor kodok disana. Saat bercermin tiba-tiba ia berteriak histeris seperti ketakutan akan sesuatu. Keempat rekannya yang mendengar teriakan itu langsung berlarian ke arah kamar mandi hanya untuk mendapati Seyfi dalam keadaan baik-baik saja. Walaupun kebingungan, mereka merasa lega. Kelima polisi ini pun masuk ke mobil patrolinya dan pergi meninggalkan restoran.

Di tengah jalan, mereka menerima panggilan radio dari unit lain yang meminta bantuan backup. Lokasi yang disebutkan bernama Inceagac, yang menurut ingatan Seyfi dari cerita-cerita yang pernah didengarnya saat masih kecil, adalah sebuah daerah yang memiliki banyak cerita aneh, nasty stories. Kebetulan Seyfi yang duduk di kursi supir adalah satu-satunya yang tahu lokasi Inceagac. Mereka pun pergi ke sana melewati jalanan gelap di tengah hutan. Keganjilan mulai terjadi. Radio yang mereka pegang tidak lagi berfungsi walaupun masih bisa menangkap frekuensi. Tak hanya itu, mereka hampir menabrak sekelibat manusia tak berbusana. Panik, mereka pun menghentikan mobil dan keluar untuk mencari orang itu. Tapi tidak ada siapa-siapa di luar. Yang mereka temukan hanyalah puluhan ekor kodok hidup yang menggunduk di pinggir jalan. Dengan bingung mereka segera kembali tancap gas. Saat melanjutkan perjalanan, kemudian mereka benar-benar menabrak seseorang. Secara spontan Seyfi membanting stir dan mobil terperosok di pinggir sungai.

Keganjilan film ini semakin berlanjut saat film berpindah adegan kembali ke rumah makan tempat mereka berada sebelumnya. Kali ini hanya ada Arda dan Chief Remzi yang duduk di meja makan, sementara polisi lain sedang asik menonton TV. Adegan ini kemudian berkembang seperti sebuah mimpi buruk hingga kita kembali ke pinggir sungai. Kembali ke pinggir sungai, kelima polisi berhasil keluar dari mobil dan menemukan ada sekelompok orang tak jauh dari situ yang berperilaku aneh dan siap memasak seember besar berisi, lagi-lagi, puluhan kodok hidup. Rupanya mereka telah tiba di Inceagac. Setelah berjalan menembus hutan, akhirnya mereka menemukan lokasi yang dicari, sebuah bangunan tua yang terbengkalai, gelap gulita di tengah malam, dengan sebuah mobil polisi terparkir di luarnya. Jelas mobil inilah yang sebelumnya meminta bantuan lewat panggilan radio. Merekapun memasuki bangunan tua tersebut, dan dari sinilah perjalanan mereka menuju neraka benar-benar dimulai.

Tapi apakah Baskin adalah film yang bisa dinikmati oleh semua orang? Belum tentu. Kalau sampai ada penonton yang merasa bingung dengan beberapa hal dalam film ini, itu bisa dimaklumi, karena Baskin adalah film horor sureal dengan sedikit bumbu art-house. Jadi film ini memang berpotensi membingungkan penonton yang bersikeras kalau plot adalah kekuatan utama dari sebuah karya film, karena tidak selamanya seperti itu. Kalau plotnya disederhanakan, mungkin film Baskin hanyalah soal orang jahat masuk neraka, dan neraka yang digambarkan dalam film ini bukanlah tempat yang menyenangkan. Plot yang sederhana itu kemudian dieksekusi dengan sangat artistik, lewat narasi yang bagaikan mimpi, dan menyeramkan. Jadi sepertinya kekuatan Baskin memang ada pada pengalaman menontonnya, sama seperti mimpi: bukan untuk dimengerti tetapi untuk dirasakan.

Beberapa kejanggalan dalam Baskin justru membuat saya penasaran dan berpikir keras kemudian, karena film ini jelas-jelas tidak menyediakan jawaban atas apa yang sebenarnya terjadi. Salah satu pertanyaan yang membuat saya merenung adalah: Ada apa dengan kodok? Pasti ada artinya, karena hewan ini muncul lebih dari satu kali dalam Baskin, dengan jumlahnya yang tidak wajar. Saya pun melakukan riset kecil-kecilan lewat internet guna mencari info tentang kepercayaan atau mitos seputar kodok dalam budaya Turki. Hasilnya, nihil. Entah karena saya adalah pencari info yang kurang ulung, atau memang belum ada yang pernah menulis soal itu dalam bahasa Inggris. Bukan hanya kodok, film ini juga memiliki banyak simbolisme lain yang sulit dipahami, dari mulai simbolisme gembok, kunci, hingga ornamen-ornamen aneh yang akan membuat kita berpikir bahwa ini adalah film tentang sekte pemuja setan. Tapi bukan. Dalam salah satu wawancaranya, sutradara Evrenol terang-terangan mengatakan bahwa Baskin adalah film mengenai sekelompok orang yang secara harafiah memasuki alam neraka.

Baskin memang bukan film yang sempurna dan tidak bisa dikategorikan sebagai film horror terbaik sepanjang masa. Namun sebagai film horor art-house, Baskin cukup menantang, original, dan disajikan dengan sangat baik. Perlu dicatat, saya bukanlah penggemar film art-house. Tapi saya cukup terlena dengan Baskin. Ini adalah proyek horor ambisius dengan atmosfer surealisnya yang menyeramkan dan tidak mengandalkan jump-scare serta trik horor murahan lainnya untuk menakut-nakuti penonton. Sejak film ini dimulai, Baskin sudah tampak seperti sebuah mimpi di dalam mimpi (seperti dalam konsep Inception.) Hanya saja mimpinya adalah mimpi buruk yang terus berulang, dimana kita tidak bisa bangun darinya. Film ini dimulai dengan cukup lambat, mempersiapkan kita untuk ikut melihat apa yang kelima polisi malang tersebut temukan di dalam bangunan tua Inceagac. Sutradara Evrenol memberi waktu yang cukup untuk akhirnya mengundang kita semua ikut turun ke alam neraka bersama para karakternya. Sesampainya di neraka, Evrenol juga tidak terburu-buru menyudahinya.

Highlight ada pada karakter personafikasi penguasa neraka bernama “Baba” (artinya adalah “Ayah”), yang diperankan oleh aktor bernama Mehmet Cerrahoglu yang tidak memiliki pengalaman akting sebelumnya. Mehmet memiliki kekurangan fisik, sebuah kondisi langka yang membuat fisiknya tampak sangat unik dan aneh. Siapa sangka kekurangannya tersebut justru membuatnya menjadi bintang film horror. Saya tidak yakin apakah kemudian kekurangan fisiknya adalah sesuatu hal yang perlu ia syukuri atau tidak. Ya, wajah dan postur karakter Baba dalam Baskin adalah fisik ASLI Mehmet, bukan hasil make-up, bukan topeng, dan bukan juga rekayasa CGI. Walaupun tidak memiliki pengalaman acting, menurut saya ia sangat berhasil dalam memerankan Baba, sebuah peran yang “kebapakan”, tenang, bijaksana, penuh wibawa, dominan, enigmatik, sekaligus juga mengerikan, kejam dan luar biasa jahat.

Darah, daging, banyak organ tubuh, manusia-manusia berpakaian aneh yang berlarian, usus-usus terburai, kuku mencakar lantai, ritual aneh, perempuan dengan topeng hewan, suasana mencekam ala Silent Hill, ornamen-ornamen janggal bergelantungan dalam lorong-lorong gelap ala The Blair Witch Project, dengan set yang penuh warna yang mengingatkan saya pada film-film seperti Suspiria dan Lords of Salem. Semua itu rasanya sudah cukup menjadi alasan bagi membuat penggemar film horror manapun untuk “mencicipi” Baskin.

 

 

Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com