ANYTHING FOR JACKSON
Sutradara: Justin G. Dyck
Kanada (2020)
Review oleh Tremor
Anything For Jackson adalah sebuah film horror supranatural yang disutradarai oleh Justin Dyck dan ditulis oleh Keith Cooper. Saya tidak heran kalau banyak penggemar horror belum pernah mendengar nama mereka sebelumnya, karena sebagian besar film yang pernah Dyck dan Cooper buat adalah film-film drama TV bertemakan keluarga, romance dan natal. Lihat saja judul-judul film dalam filmografi mereka, diantaranya: Operation Christmas List (2016), A Very Country Christmas (2017), Christmas Wedding Planner (2017), A Christmas Village (2018) hingga A Very Country Wedding (2019). Saya pribadi tidak tahu apa yang membuat mereka tertarik untuk bereksplorasi ke dalam genre horror supranatural yang sama sekali bertolak belakang dengan kebiasaan mereka, namun eksplorasi adalah hal yang bagus. Setelah selesai menonton Anything For Jackson, saya pikir mereka cukup berhasil dalam eksperimen horrornya, dan rasanya mereka perlu membuat lebih banyak lagi film horror. Perpaduan dari plot yang simpel namun unik, horor supranatural, kelompok penyembah setan, darah, dan sangat sedikit sentuhan drama keluarga membuat Anything For Jackson cukup mengasyikkan untuk ditonton.
Audrey dan Henry Walsh adalah sepasang lansia yang baik hati, sopan dan saling mencintai. Layaknya kakek-nenek normal, mereka sangat mencintai cucu satu-satunya, seorang anak menggemaskan bernama Jackson. Sayangnya, Jackon telah tiada, dan sudah lama pasangan Walsh hidup dalam duka. Sesuai dengan judul film ini, Audrey dan Henry rela melakukan apapun demi Jackson. Diam-diam sebenarnya mereka berdua adalah pasangan pemuja setan, dan setelah melakukan pencarian panjang akhirnya mereka berhasil mendapatkan sebuah kitab sihir yang sudah melegenda di kalangan pemuja setan. Audrey yakin kalau mereka bisa menghidupkan kembali Jackon dengan cara memasukkan arwah Jackon ke dalam tubuh seorang bayi yang baru lahir lewat sebuah ritual yang ada dalam kitab mantra tersebut. Walaupun sudah lanjut usia, kebetulan Henry masih bekerja sebagai dokter spesialis kandungan. Ini sangat menguntungkan bagi mereka karena Henry bisa dengan mudah mencari ibu hamil yang ideal untuk dijadikan sebagai host ritual. Suatu hari pasangan lansia ini akhirnya menculik dan menyekap salah satu pasien Henry, seorang perempuan yang sedang hamil tua bernama Becker untuk digunakan dalam ritual yang sudah lama mereka rencanakan.
Namun Audrey dan Henry bukanlah praktisi ilmu hitam yang berpengalaman. Begitu ritual pertama dimulai, banyak entitas supranatural dan kekuatan jahat bermunculan di rumah pasangan Walsh. Tanpa mereka sadari, ritual tersebut justru membuka portal bagi lebih banyak pengunjung dari dunia lain untuk masuk ke dunia nyata. Mulai dari sini, film Anything For Jackson menggali lebih dalam ke genre horror supranatural dengan hadirnya banyak kekuatan jahat yang berlomba-lomba untuk mendapat kesempatan menetap dalam dunia kita lewat bayi Becker yang akan segera lahir. Tapi bagaimanapun juga ritual yang sudah terlanjur dimulai harus dituntaskan. Seiring film ini berjalan, kita mulai menyadari bahwa pasangan Walsh memang sangat mencintai Jackson, hingga benar-benar rela memindahkan para iblis neraka ke dalam rumah mereka demi kembalinya Jackson ke pangkuan.
Umumnya dalam film semacam ini, penonton akan lebih banyak menyaksikan bagaimana korban penyekapan pemuja setan mencoba untuk menyelamatkan diri dari situasinya. Namun Anything For Jackson mengambil jalan yang berbeda dan memfokuskan ceritanya justru pada karakter Audrey dan Henry Walsh, termasuk di dalamnya backstory, motivasi serta keputusan-keputusan yang mereka buat. Audrey dan Henry Walsh adalah protagonis sekaligus antagonis, dan ini cukup menyegarkan bagi saya. Konsep film ini juga cukup unik dibandingkan dengan film bertemakan satanis lainnya dimana biasanya para pemuja setan melakukan perjanjian dengan setan untuk mengejar harta, kekuasaan atau hidup abadi. Sementara pasangan Audrey dan Henry hanya ingin cucu mereka kembali, dan ini menjadikan mereka berdua sebagai karakter film yang jauh lebih menarik dari karakter pemuja setan biasa.
Bicara soal karakter, saya cukup terkesan dengan karakter Audrey dan Henry Walsh yang digambarkan sebagai sepasang kakek-nenek yang penuh kasih sayang dan menggemaskan, tanpa harus menjadi over-dramatic. Walaupun mereka adalah pemuja setan, pada dasarnya mereka tidak jahat. Mereka tidak pernah mengancam untuk melakukan hal-hal keji pada Becker atau siapapun juga. Semua adegan kematian yang terjadi selama film ini berlangsung bisa dibilang bukan murni ulah mereka. Audrey dan Henry bahkan bersikap sangat sopan saat mereka menyekap Becker. Namun ada satu karakter yang sangat saya benci dalam film ini, yaitu karakter yang bernama Ian, seorang kenalan pasangan Walsh di gereja setan. Menurut saya penggambaran karakter Ian cukup berlebihan dan sangat klise. Belum lagi diceritakan kalau Ian adalah pendengar musik semacam deathcore modern, yang menurut saya pribadi merupakan pilihan yang sama sekali tidak cocok untuk menggambarkan seorang pemuja setan, walaupun memang sah-sah saja kalau ada pemuja setan ABG yang mendengarkan musik seperti itu. Tapi kalau para pembuat film ini benar-benar ingin menghubungkan stereotip satanisme dengan musik metal, seharusnya mereka memilih soundtrack dari band-band yang liriknya bisa jadi lebih cocok seperti misalnya Morbid Angel, Dark Funeral, Mayhem atau minimal Behemoth.
Apa yang membuat film ini cukup menyenangkan untuk ditonton adalah karena Anything For Jackson juga mengandung momen-momen humor gelap yang dibalut dengan horror. Belum lagi penggunaan banyak special effect tradisional-nya membuat beberapa penampakan roh jahat dan iblis menjadi cukup mengganggu. Walaupun Anything For Jackson memakai banyak elemen klise horror supranatural, dan film ini bukanlah film yang paling menyeramkan, tetapi konsep filmnya cukup original dan terasa menyegarkan. Saya menyukai bagaimana sang penulis Keith Cooper mengatur ritme dan plotnya yang tak biasa sehingga penonton dibuat terus menunggu dan menebak-nebak tentang apa yang selanjutnya akan terjadi. Belum lagi saat investigasi polisi atas orang hilang mulai masuk ke dalam lapisan plot, membuat penonton ikut merasa tegang dan khawatir dengan keselamatan Audrey dan Henry Walsh, yang tanpa kita sadari bahwa mereka sebenarnya adalah karakter antagonis. Saya pribadi sangat terkesan dengan kenyataan bahwa Dyck dan Cooper, duo sineas spesialis film keluarga dan natal, berhasil membuat film horror yang efektif dan menghibur seperti ini. Saya sangat merekomendasikan Anything For Jackson bagi kalian yang senang menebak-nebak jalan cerita dan menyukai tema-tema horror supranatural, ilmu hitam, ritual satanisme, iblis, dan monster.
Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com