fbpx

MOVIE REVIEW: 1408 (2007)

1408
Sutradara: Mikael Håfström

USA (2007)

Review oleh Tremor

Dirilis pada era dimana film horror didominasi oleh film-film torture-porn seperti Saw dan Hostel, 1408 adalah sebuah film yang sangat menyegarkan. 1408 bukanlah tipikal film horror supranatural biasa yang menggunakan hantu sebagai faktor keseraman utama, tetapi lebih ke atmosfer dan teror psikologis yang cerdik. Bahkan sosok hantu yang kadang terlihat dalam 1408 tampak begitu sedih, murung, dan sama tertekannya dengan karakter utama kita. Jadi jangan berharap akan melihat penampakan hantu pendendam dan lain sebagainya. Tanpa mengandalkan mahluk halus, momen-momen jump-scare dan adegan gore, film ini tetap berhasil menyeramkan. Ini adalah bukti bahwa hantu seram, setan, potongan-potongan daging atau berember-ember darah palsu tidak selalu diperlukan untuk menghasilkan kengerian dalam sebuah film. Tidak bisa dipungkiri, ini bisa tercipta berkat kecakapan sang sutradara dan penulis naskah dalam menerjemahkan ide dari Stephen King sang raja horror ke dalam bentuk film. Ya, 1408 adalah film psychological thriller horror yang diadaptasi dari cerpen buatan Stephen King, diambil dari buku kumpulan cerpennya yang berjudul “Everything’s Eventual”. Walaupun saya lebih suka dengan ending versi bukunya, tetapi film 1408 tetaplah salah satu film adaptasi karya King yang menurut saya cukup berhasil. Perlu diketahui bahwa 1408 adalah jenis film yang semakin sedikit kalian mengetahuinya sebelum menonton, semakin baik, karena film ini penuh dengan kejutan. Jadi saya pribadi sangat tidak menyarankan siapapun yang belum pernah menonton 1408 untuk melihat trailernya.

Dalam 1408, kita mengikuti seorang penulis sekaligus investigator supranatural yang bernama Mike Enslin. Ia kerap menulis tentang tempat-tempat angker yang dengan sengaja ia kunjungi, dan memberi rating pada setiap tempat tersendiri. Beberapa buku yang pernah ia tulis di antaranya berjudul agak picisan: ’10 Haunted Castles’, ’10 Haunted Graveyards’ dan semacamnya. Seperti umumnya kisah-kisah Stephen King tentang seorang penulis, Mike Enslin memiliki masa lalu pahit yang meninggalkan luka dalam dirinya, dan luka ini akan berhubungan langsung dengan semua insiden yang akan terjadi. Sebelum menulis buku-buku kelas “horror picisan” seperti ini, Mike sebenarnya adalah seorang penulis novel, dan salah satu novelnya justru cukup populer. Kehidupan Mike berubah total setelah ia kehilangan putri satu-satunya karena kanker. Dipenuhi rasa amarah dan tidak sanggup menghadapi kenyataan pahit tersebut, ia meninggalkan kehidupan lamanya termasuk istrinya yang juga sedang berduka. Kita akan mengetahui lebih dalam tentang masa lalu Mike seiring film ini berjalan kemudian.

Dalam pekerjaannya yang ia tekuni sekarang, Mike bekerja layaknya seorang penyelidik paranormal. Ia memburu setiap rumor tentang tempat-tempat yang dianggap sebagai lokasi paling menyeramkan, mendatanginya, dan menuliskan pengalamannya selama menginap di sana. Mike memiliki pembaca setianya sendiri: mereka yang menyukai hal-hal supranatural. Namun pada kenyataannya, Mike sebenarnya tidak percaya dengan apa yang ia tulis. Mike hanya menuliskan apa yang pembacanya ingin baca, menkonfirmasi rasa takut mereka tentang arwah-arwah urban legend yang bergentayangan di dalam kastil kuno misalnya. Dari seluruh pengalamannya mengunjungi tempat-tempat angker, Mike memang tidak pernah mengalami gangguan mistis apapun. Penampakan hantupun tidak. Mike adalah seorang skeptis, dan semakin sering ia mengunjungi tempat angker, semakin ia yakin bahwa hantu, setan, monster, dan hal-hal mistis lainnya adalah sesuatu yang tidak nyata. Yang ia tahu adalah kenyataan bahwa setiap kali ia “mereview” tentang betapa angkernya sebuah hotel dalam salah satu bukunya, maka hotel tersebut akan kedatangan lebih banyak tamu yang penasaran: para pembaca bukunya. Tak heran kalau kemudian banyak hotel yang mengundang Mike untuk menginap di tempat mereka, seakan berharap akan mendapat “promosi gratis” lewat buku yang ia tulis. Mike sering mendapatkan undangan untuk menyelidiki hotel yang mereka klaim berhantu, salah satunya adalah sebuah kartu pos “Hotel Dolphin” yang Mike terima suatu hari dalam kotak suratnya. Apa yang tertulis di belakangnya sangat singkat namun membuatnya penasaran: Jangan memasuki kamar 1408.

Walaupun buku-buku Mike tidak bisa dianggap sebagai jurnalisme, tapi Mike tetaplah seorang profesional. Sebelum memutuskan hotel mana yang akan ia investigasi, Mike melakukan riset terlebih dahulu. Mike akhirnya memeriksa latar belakang hotel Dolphin lewat kliping-kliping koran tua di perpustakaan, dan di sanalah Mike menemukan fakta bahwa jumlah kematian dengan cara-cara mengenaskan yang pernah terjadi di hotel Dolphin cukup tinggi, sejak hotel tersebut dibuka pada tahun 1910-an. Mike pikir ini adalah kamar yang sempurna untuk dijadikan bab penutup buku terbarunya yang sedang ia kerjakan: ’10 Haunted Hotels’. Akhirnya ia memesan kamar 1408 lewat telepon. Tetapi pihak hotel menyatakan bahwa kamar tersebut tidak akan pernah bisa dipesan oleh siapapun, sampai kapanpun. Merasa ditolak, Mike menjadi semakin penasaran. Ia yakin bahwa penolakan ini hanyalah “bumbu” yang dilakukan oleh pihak hotel agar kamar tersebut terkesan benar-benar menyeramkan, dan Mike tak suka ditantang seperti itu. Toh seseorang sudah mengirimkannya kartu pos hotel Dolphin. Mike pikir, siapa lagi pengirimnya kalau bukan pihak hotel sendiri? Akhirnya ia meminta bantuan pengacara dari penerbitnya untuk meyakinkan pihak hotel Dolphin bahwa secara hukum kalau sebuah kamar di hotel kosong, maka pihak hotel tidak boleh menolak siapapun yang ingin memesannya. Ini bisa berakhir dengan penuntutan hukum yang serius. Gertakan ini berhasil, dan Mike Enslin segera terbang ke kota New York.

Sesampainya di hotel Dolphin ia langsung ditemui oleh manajer hotel Dolphin, tuan Gerald Olin. Dengan berbagai cara, Olin berusaha untuk meyakinkan Mike agar mengurungkan niatnya menginap di kamar 1408. Ia menawarinya kamar yang lebih mewah tanpa tambahan biaya, menawari tiket pertandingan New York Knicks, hingga menghadiahkannya minuman mahal. Mike menganggap semua tawaran “sogokan” ini merupakan taktik Olin untuk membangun dan menjual sisi mistisisme hotel Dolphin. Setelah berbagai cara Olin tidak berhasil, akhirnya Olin mencoba cara lain: bercerita terang-terangan bahwa tidak ada satupun yang sanggup bertahan lebih dari 1 jam di dalam kamar 1408. Olin juga memaparkan bahwa total ada 56 orang telah meninggal di kamar 1408 sejak dibukanya hotel tersebut 90 tahun yang lalu, dengan penyebab kematian yang bervariasi dari mulai bunuh diri, self-mutilation, hingga penyebab alami. Mike sudah pernah menginap di tempat yang konon “berhantu”, dan ia tidak pernah mengalami apa-apa. Jadi mengapa ia harus takut pada kamar 1408? Olin akhirnya menyerah dengan keras kepalanya Mike dan terpaksa menyerahkan kunci kamar 1408. Sebelum mengantar Mike ke lift, Olin memperingati sekali lagi. Kamar 1408 bukanlah kamar berhantu seperti yang Mike pikir. Mengutip kata-kata Olin yang dengan sempurna diperankan oleh Samuel L. Jackson: “It’s an evil fucking room.” Kamar itu sendirilah yang merupakan entitas jahat. Kamar ini berada di lantai 14, yang sebenarnya adalah lantai 13. Seperti kita ketahui, masyarakat barat memiliki kepercayaan bahwa angka 13 dianggap sebagai angka sial. Banyak hotel tua memang tidak memiliki lantai 13. Dan jangan lupa, kalau angka 1408 dijumlah, maka hasilnya adalah 13. Tapi tetap tidak ada keraguan dalam diri Mike, dan ia pun memasuki kamar 1408. Tak butuh waktu lama hingga semua realita, hukum alam, logika dan nalar tidak lagi berlaku. Mike yang selalu skeptis selalu siap untuk membantah setiap insiden yang ia alami di kamar 1408, hingga akhirnya ia tidak bisa lagi menjelaskan dengan nalar. Mike harus menghadapi teror serta siksaan psikologis yang luar biasa personal, dan saat ia menyadarinya, semuanya sudah terlambat. Apa yang tuan Olin bilang benar adanya. Kamar ini bukanlah kamar berhantu. “It’s an evil fucking room!” Saya tidak akan mengungkapkan terlalu banyak tentang apa yang terjadi selama satu jam Mike berada di dalam kamar 1408, karena kunjungan Mike kali ini dipenuhi dengan banyak kejutan gila, dan saya tidak akan merusak semua kejutan tersebut.

Saat pertama memasuki kamar 1408, Mike Enslin sempat berkata: “Hotel adalah tempat yang menyeramkan secara alami. Coba pikirkan, ada berapa banyak orang yang meniduri kasur itu sebelumnya? Ada berapa banyak dari mereka yang sakit? Ada berapa banyak yang meninggal di atas kasur itu?” Setelah memikirkan kalimat itu dan mengingat-ngingat suasana hotel-hotel tua yang pernah saya datangi, apa yang Mika bilang ada benarnya juga. Ada perasaan angker pada pojok gelap kamar dan lorong hotel-hotel tua yang hening, yang kalau kita pikirkan lebih jauh, bisa saja membuat kita merinding tanpa sebab. Ini bukan pertama kalinya Stephen King menggunakan hotel tua sebagai sumber teror. Tentu kita ingat bahwa King pernah menulis The Shining sebelumnya, dimana entitas jahat tidak berbentuk roh halus, melainkan bangunan itu sendiri. Itu jugalah yang King lakukan dalam 1408. Tetapi dalam 1408 ia lebih memfokuskan pada satu ruangan saja, dengan tingkat terror yang jauh lebih gila dari hotel Overlook-nya The Shining. King seolah-olah ingin mengatakan ‘jika anda menganggap hotel Overlook jahat, silakan lihat apa yang terjadi dalam kamar 1408. Tapi rasa takut dalam film 1408 sebenarnya sudah mulai dibangun sebelum Mike memasuki kamar itu, tepatnya sejak Mike bertemu dengan tuan Olin yang tidak menyenangkan. Dialog antara Mike dan Olin ditulis dengan sangat baik. Lewat pertemuan singkat mereka, kita semua belajar tentang masa lalu mengerikan dari kamar jahat 1408 sebelum akhirnya kita disuguhi kengeriannya secara langsung.

Sebagian besar film ini pada dasarnya adalah sebuah one-man show, dan John Cusack melakukannya dengan sangat baik. Dengan cakap ia membawa seluruh plot film ini pada di pundaknya sendirian. Reaksi-reaksinya sejak awal sangat singkron dengan karakter yang ia perankan, seorang skeptis sinis yang pada akhirnya harus menghadapi teror psikologis yang luar biasa, disiksa hingga di ambang kegilaan. Saya sendiri cukup menikmati monolog antara Mike dengan alat perekam suara yang selalu ia bawa dimana ia terus mencoba merasionalisasi apa yang terjadi sambil terus mengamati kejadian-kejadian janggal yang ia alami. Monolog ini banyak membantu menerjemahkan cerita Stephen King yang memang banyak menuangkan proses berpikir karakter Mike Enslin selama ia berada di dalam kamar 1408.

Di luar poster yang buruk dan trailer yang dipenuhi spoiler, saya tetap menganggap 1408 sebagai film horror yang sangat efektif dan berhasil. Lapisan teror demi teror serta setiap kejutan kamar 1408 terus meningkat menjadi lebih intens di sepanjang film. Penonton dipaksa untuk mengikuti sudut pandang Mike sejak ia memasuki kamar, dan karenanya kita seakan ikut merasakan seluruh perjalanan siksaaan dan teror batin yang ia hadapi. Selain itu, ada banyak bagian yang benar-benar janggal dalam artian mengerikan dari film ini. Salah satunya adalah adegan favorit saya saat Mike meminta bantuan lewat jendela kamarnya kepada seorang pria di bangunan di seberang jalan. Lalu, siapa yang menyangka kalau lagu romantis “We’ve Only Just Begun”-nya The Carpenters bisa menjadi begitu menyeramkan? Dalam kamar 1408, kalimat “We’ve Only Just Begun” benar-benar relevan dan menjadi bagian dari terror psikologis yang mengingatkan bahwa semua yang terjadi dalam kamar 1408 tidak akan pernah berakhir. Kamar 1408 adalah neraka bagi siapapun yang mengunjunginya. Akhir kata, film 1408 meninggalkan sepotong kebijaksanaan: kalau seorang Samuel L Jackson memberitahu kalian untuk pergi, sebaiknya kalian mendengarkannya, karena seorang Samuel L. Jackson tidak pernah bermain-main.

Untuk berdiskusi lebih lanjut soal film ini, silahkan kontak Tremor di email: makanmayat138@gmail.com