WORM ‘Bluenothing’ ALBUM REVIEW
20 Buck Spin. October 28th, 2022
Black/Death/Doom
‘Foreverglade’, album penuh ketiga dari unit extreme doom metal WORM, merupakan kejutan paling berengsek yang muncul sekonyong-konyong di penghujung tahun 2021 kemarin, dalam album tersebut tiga sosok misterius, Fantomslaughter, Nihilistic Manifesto, dan Equimanthorn, mengusung hibrida sinting antara funeral doom/death metal dan black metal, belum lagi mereka menyelipkan unsur shred/neo-classical metal yan lumayan unexpected, padahal sebelum dirilisnya ‘Foreverglade’ oleh 20 Buck Spin, saya selalu nyuekin project asal Florida ini, bagaimana tidak, album pertama mereka ‘Evocation of the Black Marsh’ yang hanya dicetak dalam format analog, punya sound yang rada cemen, sedangkan ‘Gloomlord’ meskipun sudah jauh lebih berbobot, masih terdengar biasa aja belum lagi output-nya tetap kurang nendang. Namun semuanya berubah semenjak ‘Foreverglade’, WORM kini telah menjelma menjadi salah satu monster doom metal paling ganas saat ini, karena mereka mampu meracik komposisi doom super lambat sekaligus menjalar kemana-mana yang tidak monoton, dan mudah dicerna bahkan bagi pendengar yang awam/belum lama nyemplung dengan grup macam DISEMBOWELMENT, EVOKEN, UNHOLY, THERGOTHON, MOURNFUL CONGREGATION, dll, yang punya andil besar mempengaruhi karakter WORM terkini. Dirilis berselang satu tahun saja semenjak ‘Foreverglade’, ‘Bluenothing’ bukanlah sebuah full-length baru, dengan total durasi kurang dari 30 menit, ‘Bluenothing’ lebih tepat dikatakan sebagai mini-album/EP, namun jangan salah (apalagi lengah), meskipun di total durasi cuma 26 menit-an, ‘Bluenothing’ merupakan salah satu rilisan terbaik tahun 2022 lalu.
Dari segi komposisi tidak ada yang banyak berubah kalau dibandingkan dengan album pendahulunya, dan meskipun proses mixing/mastering tak lagi dipegang oleh Steve DeAcutis, secara keseluruhan ‘Bluenothing’ masih punya kualitas produksi yang setara, malah atmosfir penuh kesengsaraanya disini justru lebih dapet. Phantomslaughter sebagai big boss, melakukan restrukturisasi besar-besaran, Nihilistic Manifesto, dan Equimanthorn tak lagi dilibatkan, sebagai gantinya Phantomslaughter mendatangkan Wroth Septentrion aka Philippe Tougas, yang gak perlu dipertanyakan lagi portofolionya, karena gitaris multi-talenta ini sudah membuktikan kebolehanya lewat FIRST FRAGMENT, CHTHE’ILIST, ATRAMENTUS, DAN COSMIC ATROPHY, sedangkan untuk part drum masih diisi oleh session musician misterius L.Dusk, yang udah diajak semenjak ‘Foreverglade’, sedangkan khusus lagu terakhir didatangkan lah Charles Koryn (ASCENDED DEAD, CHTHONIC DEITY, DAN VOIDCEREMONY), jadi kalau dilihat dari orang-orang yang terlibatnya aja sudah keliatan, kalau ‘Bluenothing’ bukan sekedar EP main-main. Terbagi menjadi empat babak, tiap-tiap lagu punya keunikannya masing-masing, lewat trek self-titled sekaligus pembuka, WORM mampu menghasilkan nomor funeral doom–ish hampir 12 menit yang bisa bikin lupa waktu, karena disokong dengan struktur lagu yang fluid alias tak membosankan, selanjutnya “Centuries of Ooze II” punya nuansa yang lebih melankolis, terdengar jelas pengaruh early KATATONIA/ANATHEMA, MY DYING BRIDE, hingga PARADISE LOST, dengan durasi yang lebih compact. Side B ‘Bluenothing’ sayangnya agak terlalu pendek, dibuka dengan “Invoking the Dragonmoon” sebuah nomor dungeon synth with shreds yang bertugas sebagai interlude, lalu dilanjutkan dengan “Shadowside Kingdom”, yang menjadi best track mini-album ini, pengaruh black metal dalam kode genetik grup ini emang udah terdengar dari demo 2014 ‘The Deep Dark Earth Underlies All’, jadi bukanlah hal yang mengagetkan lagi ketika WORM tiba-tiba melontarkan nomor black metal murni sebagai lagu penutup, karena “Shadowside Kingdom” adalah sebuah homage untuk para pentolan symphonic black metal era 90’an seperti the almighty EMPEROR, COVENANT, …AND OCEANS, dan tentunya DIMMU BORGIR. Overall meskipun pendek namun ‘Bluenothing’ adalah sebuah mini-album/EP padat karya, tanpa ada filler sedetik pun, dan semua lagu (minus interlude) cukup memorable, sayangnya WORM hanya ngasih sebiji saja trek symphonic black metal, padahal seandainya ditambah satu materi lagi biar berimbang antara sisi doom dengan sisi black, pasti ‘Bluenothing’ bakalan lebih maksimal. (Peanhead)
9.0 out of 10