ALBUM REVIEW: SUICIDE SILENCE – BECOME THE HUNTER

SUICIDE SILENCE ‘Become The Hunter’

Nuclear Blast Records. February 14th, 2020

Deathcore

Sepertinya sudah jadi sebuah kutukan bagi grup musik  yang berhasil jadi game changer tapi kemudian tiba-tiba malah merilis album yang kontroversial. Lihat saja CELTIC FROST dengan album glam metal ‘Cold Lake’, reuni gatot MORBID ANGEL bersama David Vincent ‘Illud Divinum Insanus’, dan ‘’The Unspoken King’ dari CRYPTOPSY, yang di hajar habis-habisan penggemarnya, karena nekad pindah haluan. SUICIDE SILENCE yang dulu turut membantu menyempurnakan deathcore pada pertengahan 2000’an dari sebuah bahan ejekan Myspace menjadi fenomena global, yang sampai saat ini masih di mainkan jutaan anak muda terinspirasi ‘The Cleansing’ dan ‘No Time To Bleed’, tak terhindar dari bencana tersebut setelah memutuskan membuang sembilan puluh persen sound deathcore mereka dan menggantinya dengna aransemen nu metal ala DEFTONES. Hal tersebut tentu langsung membuat para fans mengamuk, terbukti dari penjualan minggu pertama anjlok dari posisi #16 ke #168 di daftar penjualan Billboard 200 dan jelas menjadi bencana komersial, SUICIDE SILENCE juga sempat punya fase keras kepala berikut denial, karena kritik pedas dari para penggemar die hard mereka malah dibalas dengan pernyataan-pernyataan kurang elegan, yang justru merusak nama mereka sendiri, tapi akhirnya SUICIDE SILENCE harus menelan pil pahit dan akhirnya balik lagi memainkan aliran yang telah membawa mereka ke posisi saat ini.

‘Become The Hunter’ langsung menarik perhatian saya dengan artwork fenomenal dari Adrian Baxter, yang saya rasa ilustrasi sampul paling bagus dari diskografi mereka. SUICIDE SILENCE kali ini sudah menghilangkan nanyian fals “Tee-hee” yang jadi bahan olok-olok Jared Dines dan mengembalikan perpaduan riff/blast-beat death metal dengan breakdown pemecah moshpit. SUICIDE SILENCE sebenarnya belum sepenuhnya meninggalkan elemen nu-metal, seperti WHITECHAPEL yang sempat mengalami penolakan sama setelah merilis ‘Mark of The Blade’, dan kemudian mengoreksi formulasi pada album ‘The Valley’, Eddie Hermida, Chris Garza, Mark Heylmun, Alex Lopez, dan Dan Kenny berhasil mengatur ulang komposisi resep antara kebrutalan deathcore dengan groove bouncy ala SLIPKNOT dan KORN yang lebih seimbang, memang kombinasi tersebut sudah mereka rancang dalam dalam album ‘The Black Crown’, tapi “Death’s Anxiety”, “Skin Tight”, dan title track berhasil membuktikan kalau formula tersebut masih bisa disempurnakan lagi, karena bagi saya sendiri album self-titled mereka gak semuanya jelek-jelek amat, “Silence”, “Hold Me Up, Hold Me Down” dan “Don’t Be Careful, You Might Hurt Yourself” dari album tersebut cukup lumayan, bahkan saya sebenarnya sedikit berharap kalau clean vocal setidaknya masih dipertahankan di beberapa bagian. ‘Become The Hunter’ dibuka dengan intro instrumental “Meltdown” dan lagu yang sudah pasti masuk setlist tetap “Two Step”, Meskipun dimulai cukup menjanjikan, tapi dua lagu berikutnya bukanya melanjutkan momentum, “Feel Alive’ dan “Love Me To Death” terdengar terlalu biasa-biasa aja dan terdengar boring.

Untung nya “In Hiding” kembali menarik atensi saya ke album ini, performa Eddie Hermida akhirnya tidak terasa kurang klop sama sekali seperti penampilanya dalam ‘You Can’t Stop Me’, karena alih-alih mencoba mengemulasi gaya vokal Mitch, ia lebih memilih jadi sendiri dan hasilnya langsung kelihatan, sebanding dengan kegarangan Eddie saat rekaman dan tampil bersama ALL SHALL PERISH. Personil lainya juga gak mau kalah apalagi sang drummer Alex Lopez, yang telah merekam permainan terbaiknya sampai saat ini. Sayangnya walaupun kembali di produseri Steve Evetts, hasil mixing dari John Wilbur (LAMB OF GOD, TRIVIUM, GOJIRA) terdengar terlalu datar dan kurang bernyawa, tak sebagus hasil mixing Joe Baressi (TOOL, KYUSS , MELVINS) pada album self-titled, yang akhirnya menjadikan lagu-lagu seperti ‘The Scythe’ dan ‘Serene Obscene’ beserta tiga lagu terkontaminasi nu metal yang saya sebutkan sebelumnya terdengar biasa-biasa aja. Sebagai sebuah album momen penebusan ‘Become The Hunter’ sudah berhasil menyelsaikan tugasnya dengan baik, agak kecewa sih sebenarnya karena SUICIDE SILENCE yang kemarenan lantang melontarkan statement kalau deathcore (sampe nyentil THY ART IS MURDER segala) sudah jadi gitu-gitu doang, justru harus menelan ludah sendiri dan akhirnya balik ke kandang lamanya, padahal kalau bisa berani seperti WHITECHAPEL yang sukses dengan ‘The Valley’ tahun lalu, dan mau bertahan sekaligus mengembangkan sound dari album self-titled mereka, mungkin hasilnya bisa lebih bagus daripada eksplorasi rada nanggung yang di sampaikan dalam ‘Become The Hunter’. (Peanhead)

7.5 out of 10