PERVERTED DEXTERITY ‘Alacrity for Contemptuous Dissonance’ ALBUM REVIEW
Brutal Mind. May 14th, 2021
Brutal Death Metal
Ketika dua tahun lalu DISENTOMB merilis album ‘The Decaying Light’, saya sempat berangan-angan “Kapan ya Indonesia punya brutal death metal model begini’, dan akhirnya tak perlu menunggu lama-lama PERVERTED DEXTERITY menjawabnya dengan album ketiga ‘Alacrity for Contemptuous Dissonance’. PERVERTED DEXTERITY one-man project besutan Januaryo Hardy tentunya bukan nama asing lagi bagi penikmat Indonesian Death Metal, karena sudah mengantongi dua buah album penuh ‘Primitive Scene Of Inhumanity’ dan ‘Spiritual Awakening’, ditambah lagi PERVERTED DEXTERITY sudah punya jam tayang tinggi, rajin manggung di dalam hingga luar negeri. Ditengah kesibukan project PURE WRATH, yang sepertinya kini telah menjadi band utama juragan Insidious Soundlab ini, belum lagi proyekan paling anyar LAMENT, yang tahun lalu baru rilis album debut, PERVERTED DEXTERITY tak begitu saja ditelantarkan oleh Ryo, malahan selama empat tahun terakhir sepertinya ia telah menyiapkan ramuan brutal death metal terbaik yang pernah ia kerjakan. Kesuksesan dua album sebelumnya tak membuat PERVERTED DEXTERITY merasa cukup buat main aman saja, sebaliknya keberhasilan dua album lalu mendorong Ryo untuk meracik materi yang semakin barbar.
PERVERTED DEXTERITY kali ini mengundang drummer sedeng berkebangsaan Rusia, Roman Tyutin (ESOPHAGEAL, DECORTICATION, CRANIAL OSTEOTOMY), jadi sudah terjamin kalau ‘Alacrity for Contemptuous Dissonance’ bakalan lebih organik disokong penabuh drum manusia, meskipun hantaman-nya masih tetap ngebut dan gila, ada beberapa part dibiarkan tetap sloppy tanpa kuantisasi biar manusiawi, yang justru membuat materi di album ini gak monoton, daripada drum hasil program yang rapi tapi datar dan tidak dinamis. Selain itu ‘Alacrity for Contemptuous Dissonance’ telah mencoba keluar dari pakem brutal death metal itu-itu aja, PERVERTED DEXTERITY sekarang memasukan riff-riff disonan ala GORGUTS dan ULCERATE, bahkan turut mengundang gitaris/produser kawakan Colin Marston (KRALLICE, GORGUTS, BEHOLD THE ARCTOPUS) untuk ikutan berkontribusi dalam “Cataclysmic Phantasmal Portrait” berserta lagu pamungkas “Vapid Existence”. Sembilan trek yang ditawarkan dalam album ini juga punya identitas dan karakteristik masing-masing, meskipun formulasi dan struktur lagu-nya masih gampang ditebak dan belum mindblowing amat, tak ada lagu yang mirip satu sama lain, bahkan dalam satu lagu bisa punya beberapa variasi slam riff jadinya gak membosankan, seperti “Perpetual Mockery” dan “Fundamentalistic Entities” yang mustahil groove-nya gak bikin kepala goyang sendiri kayak orang kesurupan, dari kesembilan lagu hanya “Profligacy Through Impurity” yang rada lurus-lurus aja.
“The Well of Knowledge” mencoba komposisi gak terlalu ngebut dengan sedikit nuansa old-school, namun teta disusupi chugga-chugga adiktif. ‘Alacrity for Contemptuous Dissonance’ dibandingkan dua kakak seperguruanya terdengar lebih mechanical hasil produksinya, “Somniferous Propaganda” dan “The Arcane Profanity” berasa kayak raungan alat-alat berat proyek Japek sedang beroperasi, mungkin misalkan dulu FEAR FACTORY dulu gak terbawa arus alternative/nu-metal, terus banting stir jadi band brutal death metal, mungkin hasil nya bakal seperti satu menit terakhir “The Arcane Profanity”. Jarang-jarang menemukan album brutal death metal dalam negeri yang berani out of the box, meskipun belum mencapai tingkat kesintingan IMPERIAL TRIUMPHANT, DODECAHEDRON, GIGAN, ataupun PYRRHON, setidaknya PERVERTED DEXTERITY sudah mau bereksplorasi, sekaligus telah menghasilkan album brutal death metal terbaik Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir, tinggal para pendengarnya aja yang harus open-minded karena brutal death metal gak melulu harus model DISGORGE atau band-band jebolan Unmatched Brutality Records saja. Dan ada baiknya PERVERTED DEXTERITY menggunakan musisi sesi di kemudian hari buat manggung live bawain mater-materi dalam ‘Alacrity for Contemptuous Dissonance’, biar output-nya lebih maksimal, karena saya rasa sudah saatnya PERVERTED DEXTERITY berevolusi dari sebuah one-man band. (Peanhead)
9,7 out of 10