fbpx

ALBUM REVIEW: OBSCURA – A VALEDICTION

OBSCURA ‘A Valediction’ ALBUM REVIEW

Relapse Records, November 19th, 2021

Progressive/Melodic death metal

Tahun kemarin rilisan technical death metal luar biasa padat, dari band-band udah jelas kesaktianya macam ARCHSPIRE, FIRST FRAGMENT, INFERI, ABIOTIC sampai yang underrated kayak AD NAUSEAM, DISKORD, OPHIDIAN I, berserta SUNLESS, dkk juga brojolin album baru, dan RIVERS OF NIHIL walaupun album barunya ‘The Work’ udah nggak maenin technical/progressive death metal lagi, setidaknya sebelum dirilis full, sempat jadi salah satu album tech death paling diantisipasi tahun 2021. Karena gempuran band sealiran yang begitu padat, membuat hal yang tak terduga terjadi, album terbaru dari salah satu pentolan scene OBSCURA, malah mendem alias gak kedengeran gaungnya, ngeliat ‘A Valediction’ masuk daftar AOTY media-media ternama pun hampir mustahil, padahal dalam debut full-length OBSCURA bersama records label raksasa Nuclear Blast Records, Steffen Kummerer merekrut kembali Christian Muenzner dan Jeroen Paul Thesseling alias 2/3 line up klasik dari era ‘Cosmogenesis’ – ‘Omnivium’ (2008-2011), minus Hannes Grossmann saja yang gak ikutan karena udah kebanyakan project, yang akhirnya digantikan oleh David Diepold. Namun dengan sokongan label lebih gede hingga baliknya gitaris berserta bassis era keemasan, dan didukung artwork lebih ngeri dari Eliran Kantor, tak mampu mendongkrak pamor album terbaru OBSCURA, jumlah view video klip nya saja di Youtube masih kalah sama single terbaru BURGERKILL dan DEADSQUAD.

Kayaknya selain faktor jadwal rilis yang udah kelewat sesak sama rilisan tech death lain ditambah promosi/distribusi carut marut karena isu strukturisasi Nuclear Blast Records pas akhir tahun kemarin, yang membuat beberapa band besar (termasuk OPETH, HELLOWEEN, AMORPHIS, MESHUGGAH dkk), karyawan, hingga CEO Markus Staiger eksodus ke label baru Atomic Fire Records, membuat ‘A Valediction’ meskipun review nya masih bisa mempertahankan standard tinggi OBSCURA, penjualaan dan hype nya malah memble. Selain itu dari sisi musiknya sendiri album keenam dari Steffen Kummerer dkk ini jadi semakin berasa medok warna melodic death metal ala Swedia nya, sampe menggunakan jasa produser kawakan Fredrik Nordstrom segala, yang dulu punya andil dalam masterpiece layaknya ‘The Jester Race’, ‘The Gallery’, ‘Slaughter of the Soul’, dan ‘Natural Born Chaos’, meskipun memang aransemenya gak segila atau se-mindblowing album-album sebelumnya, nuansa tech death tentunya masih terasa lah, mulai dari riff ngejelimet, lick dan solo neo-classical dari Christian Muenzner, hingga betotan bass fretless dari JP Thesseling (yang justru lebih klop daripada Linus Klausentizer kalo kata ogut), gebukan drumnya aja yang rada biasa-biasa aja kurang seimajinatif dua drummer pendahulunya. Cukup disayangkan saja vokal pake efek vocoder dari album ‘Diluvium’ hampir sepenuh nya hilang, hanya muncul sekelebat doang di beberapa lagu, dan itu juga pas mixing ditaroh lebih kebelakang.

Jelas kalo dibandingkan dengan rilsan technical death metal sakit tahun 2021 kayak ‘Bleed The Future’, ‘Gloire Eternelle’, ‘Imperative Imperceptible Impulse’ atau ‘Vile Genesis’ sekalipun yg lebih melodic, jelas ‘A Valediction’ jadi kayak album melodeath dengan bumbu prog/technical death doang, karakter vokalnya pun dibeberapa bagian jadi mirip Tomas Lindberg, alhasil kalo THULCANDRA jadi tribute sang frontman pada geliat skena melodic black metal Swedia era 90’an, ‘A Valediction’ jadi berasa sebuah ode sekaligus nostalgia pada era melodic death metal dari 1995 hingga awal 2000’an. Tapi karena cakupan influence nya lumayan luas, membuat album ini terasa banget sangat variatif, mulai dari lagu yang punya riffing khas Gothenburg, hingga nomor rasa-rasa NECROPHAGIST model “Solaris”, title track nge­thrash kek VEKTOR, hingga obligatory MORBID ANGEL worship “Devoured Usurper”. Dalam “In Adversity” OBSCURA malah jadi kayak metalcore lengkap dengan breakdown dan pola ritem dan lick mirip-mirip THE HUMAN ABSTRACT, AUGUST BURNS RED, dan PROTEST THE HERO, dan lagu penutup “Heritage” dijamin bisa membuat fans pencinta ‘Diluvium’ terpuaskan dengan komposisi yang terinspirasi sekali oleh CYNIC (malah lebih CYNIC dari album baru mereka sendiri), hanya “When Stars Collide” aja kurang nyambung apalagi pas vokalis tamu Bjorn Strid masuk, aransemenya juga terlalu bombastis jadi kek ARCH ENEMY zaman sekarang. Overall meskipun makin kesini semakin lebih dominan unsur melodeath nya, album terbaru OBSCURA yang bertajuk ‘A Valediction’ ini masih sangat menghibur dan layak di konsumsi, asal pas dengerin mindset nya udah harus beda, karena gak bakal bisa dibandingkan dengan ‘Akroasis’ sekalipun, tak bisa juga dibanding-bandingkan dengan para band-band kekinian yang lebih menitikberatkan pada aransemen ultra kompleks dan tempo tidak manusiawi, karena pendekatan pas penulisan album/lagunya pun udah jauh berbeda. Tapi tetap agak aneh aja sih, karena siapa sangka kalo album baru OBSCURA, jadi salah satu rilisan paling underrated di tahun 2021 kemarin. (Peanhead)

9.4 out 10