KREATOR ‘Hate Über Alles’ ALBUM REVIEW
Nuclear Blast Records. June 10th, 2022
Thrash metal
Meskipun sudah empat dekade lebih melancarkan agresi, legenda thrash metal Essen, Jerman, KREATOR, belum ada tanda-tanda kendor sama sekali, malah semenjak ‘Volent Revolution’ yang dilepaskan tahun 2001, Mille Petrozza cs malah makin barbar, tetap fresh dan relevan bahkan di telinga pendengar generasi baru pun. Malah menurut saya diantara para OG thrash lain, KREATOR sejak bergabungnya Sami Yli-Sirniö (WALTARI, BARREN EARTH) dulu, mampu menjadi yang paling terdepan dari segi konsistensi, selalu memuntahkan album-album thrash taraf tinggi, mulai dari ‘Enemy of God’ (2005), ‘Hordes of Chaos’ (2009), hingga ‘Gods of Violence’ (2017), memang tahun 90’an band ini sempat bikin para fans garis keras kepanasan kayak belatung dipanggang, gara-gara empat buah full-length yang bereksperimentasi dengan industrial dan gothic metal, ‘Renewal’ (1992), ‘Cause for Conflict’ (1995), ‘Outcast’ (1997), dan ‘Endorama’ (1999), tapi ya sebenernya wajar aja sih sebagai musisi mencoba mencari inspirasi baru, toh pengaruh luar biasa mereka pun tentunya tak akan pernah tercoreng, karena ‘Endless Pain’ (1985) dan ‘Pleasure to Kill’ (1987) sudah tercatat disejarah sebagai salah satu rilisan penting yang turut mencetuskan black metal dan death metal, lagian makin kesini pun LP era 90’an mereka juga dicari-cari.
Tahun 2022 kemarin, setelah lima tahun para fans KREATOR paceklik album baru, Mille Petrozza, Jürgen “Ventor” Reil, Sami Yli-Sirniö, dan pembetot bass baru Frédéric Leclercq, eks-DRAGONFORCE sekaligus personil LOUDBLAST, melepaskan album penuh kelima belas bertajuk ‘Hate Über Alles’. Setelah intro singkat “Sergio Corbucci Is Dead” yang epic banget buat setting the tone album, KREATOR langsung menghajar pendengar dengan title-track yang mayan bangke, diawali dengan riffing oktan tinggi sadis lalu disambut dengan lengkingan khas bang Petrozza, dan pas masuk chorus band ini juga gak ragu-ragu melontarkan groove sakit, dan jangan lupa gitar solo liar setelah chorus kedua, semuanya diiringi gebukan drum super powerful dari the almighty Ventor, yang emang gak ada duanya dari jaman dulu. Lagu berikutnya “Killer Of Jesus”, punya nuansa melodeath cukup kuat, yang emang udah terasa sejak ‘Violent Revolution’ dulu, selanjutnya ada “Crush The Tyrants” punya lebih tempo menengah, dengan permainan lead dari Sami Yli-Sirniö, yang lagi dan lagi punya cita rasa suomi metal khas, begitu pula pada trek kelima “Strongest Of The Strong”, yang melodius banget, sedangkan via “Become Immortal” KREATOR throwback ke speed/heavy metal era 80’an (lengkap dengan bagian bridge yang oo-ouo oo-ouo), dengan lirik yang menggambarkan pengalaman pribadi era tersebut pula.
Barulah di nomor ketujuh KREATOR mengganas lagi, spirit ngethrash-nya paling depan di lagu “Conquer And Destroy”, lalu di track kedelapan grup ini mengundang vokalis pop, Sofia Portanet, yang jadi kayak ajang kilas balik ke era gothic metal decade 90’an mereka dulu, namun disini musiknya masih tetep full-thrash. Dalam sisa tiga lagu terakhir ‘Hate Über Alles’, KREATOR masih dalam kondisi kekuatan penuh, setelah agresi thrash tanpa kompromi, “Demonic Future” dan “Pride Comes Before The Fall”, KREATOR kemudian memanjakan pendengar lewat “Dying Planet”, yang punya komposisi menyegarkan meski dipenghujung runtime. Secara overall sih saya merasa album ini tak segarang “Gods of Violence”, komposisinya lebih melodis sekaligus anthemic, ‘Hate Über Alles’ kayak menjadi sebuah perayaan karir KREATOR yang sudah menginjak 40 tahun lebih, meskipun begitu full-length kelima belas KREATOR ini terdengar sangat variatif untuk sebuah album thrash metal murni, dan biarpun kalah intens sama LP sebelumnya, ‘Hate Über Alles’ tetap menjadi percontohan album modern thrash yang baik dan benar saat ini. (Peanhead)
9.2 out of 10