fbpx

ALBUM REVIEW: KOMUNAL – HITAM SEMESTA/GEMURUH MUSIK PERTIWI (REMASTERED)

KOMUNAL ‘HITAM SEMESTA/GEMURUH MUSIK PERTIWI (REMASTERED)’ ALBUM REVIEW

Disaster Records. 30th April 2021                                   

Heavy Metal

Meskipun konsumsi musik keras sudah rutin saya jalani sejak masih bocah ingusan, sebelum bertemu dengan jawara heavy metal bernama KOMUNAL, saya dulu sangat buta dengan namanya skena metal/hardcore dalam negeri, paling tau nya mentok di KEKAL doang, padahal ‘Death Is This Communion’, ‘Blood Mountain’, ‘Down III: Over the Under’, dan ‘Flower of Disease’ saat itu sedang tiap hari mondar mandir di daftar putar Ipod Suffle KW super kesayangan, sampai akhirnya pada awal 2009 saya menemukan debut self-titled GHAUST dan tentunya ‘Hitam Semesta’. Dua album itu punya andil penting membuka cakrawala saya terhadap eksistensi scene bawah tanah Indonesia yang ternyata punya banyak band gak kalah berbahaya dari jebolan Southern Lord, Hydra Head, Robotic Empire, dan Ipecac Recordings. Sudah pasti lah kalo nggak karena KOMUNAL dan ‘Hitam Semesta’, ogut gak bakalan kenal dengan grup lokal ngeri lainya macam SURI, SIGMUN, KELELWAR MALAM, HAUL, SSSLOTHHH dll. Tak terasa sudah tiga belas tahun semenjak album sophomore KOMUNAL tersebut diedarkan ke publik, dan sudah mendekati satu dekade pasca Doddy Hamson Cs memuntahkan ‘Gemuruh Musik Pertiwi’, sebuah album yang sampai saat ini masih sangat ditunggu-tunggu penerusnya. Itung-itung sambil nunggu LP ke-4 yang dengar-dengar kini sedang digarap, Disaster Records merilis ulang ‘Hitam Semesta’ dan ‘Gemuruh Musik Pertiwi’ dalam semua format fisik, mulai dari piringan hitam, kaset, dan tentunya cakram padat, yang tak pakai pikir panjang langsung saya order dari toko terdekat, keduanya album telah dipoles dengan hasil mixing/mastering baru jadi lebih maknyus.

Saya yakin sebagian besar pembaca blog ini sudah hapal diluar kepala lagu-lagu dalam ‘Hitam Semesta’, apabila era 70’an Indonesia punya ‘Ghede Chokra’s Shark Move’, 80’an ada ‘Semut Hitam’, dan periode 90’an ada beberapa rilisan klasik mulai dari ‘The Beast’, ‘Behind the 8th Ball’, ‘Power One’, hingga ‘Slitting the World’, Periode 2000’an tentunya punya ‘Hitam Semesta’ yang merupakan salah satu landmark penting pergerakan scene musik rock/metal dalam negeri. sekaligus salah-satu album ikonik yang tak akan hilang ditelan jaman, KOMUNAL mampu menghasilkan delapan belas nomor instant classic dalam durasi 55 menit saja, mereka berhasil merancang sebuah full-length yang sangat variatif mulai dari lagu-lagu thrashy bertempo cepat yang dijamin bisa memanaskan moshpit layaknya “Budaya Purba”, “Blues Menuju Thrash”, “Emosi Tradisi”, “Distorsi Mulut Setan”, dan “Monster Masa Depan”, lagu nge-rock yang groovy seperti “Pemuda Belati”, “Ilmu Tentang Racun”, “Manusia Baja”, dan tentunya trek paling antemik dalam ‘Hitam Semesta’ yaitu “Pasukan Perang Dari Rawa” (SIAP TEMPUR!!!), yang lekas pergi dari otak dan langsung menjamur kalau sudah pernah menghampiri, begitu pula dengan “Tarankanua” yang terdengar seperti BLUE OYSTER CULT abis nge-gym terus minum Kopi Tubruk gak pake gula. Ditengah gempuran heavy metal tanpa kompromi KOMUNAL juga menyelipkan komposisi nge-blues dalam title track, sampai dua nomor country “Dead Raven” dan “Higher Than Mountain II”. Alhasil tak hanya beragam, ‘Hitam Semesta’ mampu mengakomodir berbagai sub-genre musik metal mulai dari Sludge metal, stoner rock, hardcore punk, thrash, hingga southern rock jauh sebelum istilah post-genre muncul beberapa tahun terakhir, KOMUNAL pun menjadi salah satu inisiator penting skena stoner/sludge/doom metal Indonesia yang sempat meledak pada awal hingga pertengahan 2010’an.

KOMUNAL melontarkan album ketiga mereka yang bertajuk ‘Gemuruh Musik Pertiwi’ pada 3 April 2012, yang tentunya sudah sangat ditungu-tunggu mereka yang keracunan ‘Hitam Semesta’, namun dalam album tersebut KOMUNAL telah bermetamorfosis, konsep Heavy metal dari Rawa sudah digantikan dengan konsep Rock Petir, aroma pekat dataran rendah New Orleans dalam LP kedua mereka sudah di pensiunkan dini, ditukar dengan komposisi yang lebih rock n roll, banyak dipengaruhi grup seperti jawara rock dalam negeri GODBLESS, dan AKA. Jujur ketika pertama kali mendengarkan GMP respon pertama saya adalah wat de fak?? (respon yang sama ketika OPETH berganti jubah jadi 70’s prog rocker tulen dalam ‘Heritage’), cuma bisa nyambung sama “Lagu Berani” dan “Sisilia Senandung Sang Bapa” yang masih punya riffage 30 ton, akhirnya baru satu-dua tahun setelah mendengarkan GMP untuk pertama kali, saya baru bisa nangkep ‘Gemuruh Musik Pertiwi’ dengan segala riff dan groove menohoknya, karena pada esensinya memang ‘Gemuruh Musik Pertiwi’ adalah sebuah ode bagi para dewa-dewi rock bumi pertiwi yang kudu dinikmati secara langsung didepan mata, dengan latar feedback dari monitor panggung, riuh penonton yang mencoba ikutan nyanyi bareng, dan  bau asap rokok dan keringat yang menyengat. Hal tersebut membuat ‘Gemuruh Musik Pertiwi’ gak bakalan maksimal apabila didengarkan menggunakan speaker belaka (apalagi headphone), walaupun albumnya telah direkam secara Live di studio, karena jelas gak bakal ada sound system rumahan yang bisa ngalahin pengalaman berdesak-desakan di lantai dansa sambil berteriak “BAKAR!!!, KIBAR!!!” dan “DI SINI UANG DAN POLITIK TAK ADA ARTINYA!!!”, lalu bareng bang Doddy sing along “Adong Nang Diada” dan “Ngarbone”.

Meskipun sudah punya lengkap ‘Hitam Semesta’ dan ‘Gemuruh Musik Pertiwi’ edisi first press nya di lemari koleksi, saya tidak berpikir panjang untuk merogoh kocek lagi demi versi reissue terbaru ini, selain karena dicetak dalam format vinyl dan kaset pita untuk pertama kali, versi reissue CD juga dikerjakan dan dikemas dengan sangat baik, kedua album tersebut dicetak dalam format 2 in 1, lengkap dengan tambahan bonus photobook yang sayang untuk dilewatkan, pas buat di kebat-kebet sambil mendengarkan biar makin kyusuk. Baik ‘Hitam Semesta’ dan ‘Gemuruh Musik Pertiwi’ telah di remastered oleh James Plotkin (PELICAN, SUNN O))), EARTH, KHANATE), efeknya jelas ‘Hitam Semesta’ yang juga telah di remix  oleh Edo Djatmika di Funhouse Studio, jadi lebih semakin kekar, dan untuk ‘Gemuruh Musik Pertiwi’ hasil mastering ulang nya membuat lagu-lagu dalam album tersebut terasa lebih nampol dari sebelumnya, karena memang versi awal dulu banyak dikritisi karena terlalu tipis. Berhubung kedua album tersebut juga sudah sangat jarang ditemui dipasaran, saya rasa reissue ‘Hitam Semesta’ dan ‘Gemuruh Musik Pertiwi’ sangatlah esensial dan merupakan kabar baik bagi para pencinta musik dalam negeri dan penikmat rilisan fisik, apalagi bagi yang dulu sempat tak kebagian atau malah belum pernah sama sekali mendengarkan serangan Heavy metal dari rawa dan Rock petir dari KOMUNAL. (Peanhead)

HEAVY METAL TETAP BERKIBAR!!!.