fbpx

ALBUM REVIEW: FALLUJAH – EMPYREAN

FALLUJAH ‘Empyrean’ ALBUM REVIEW

Nuclear Blast Records. September 9th, 2022

Technical/progressive death metal

Tiga tahun lalu FALLUJAH merilis ‘Undying Light’, album tersebut merupakan debut vokalis Antonio Palermo (UNDERLING), pengganti Alex Hofmann yang cabut dua tahun sebelumnya, gitaris Brian “Deebs” James pun tak lama kemudian mengikuti jejak Alex untuk minggat dari FALLUJAH, keluarnya dua tokoh penting yang punya andil besar dalam ‘The Flesh Prevails’ dan ‘Dreamless’ seperitnya membuat grup technical death metal asal San Fransisco, California ini kehilangan arah, pasalnya ‘Undying Light’ banyak dianggap fans mereka sendiri sebagai album yang sangat memalukan, bagaimana tidak, semua elemen yang membuat dua album sebelumnya banyak dianggap sebagai satu album modern death metal paling out of the box justru dibuang jauh-jauh entah kemana, hanya mengandalkan materi bermodal label atmospheric, itu pun gagal total karena komposisnya kelewat medioker, performa vokalis baru juga dianggap terlalu generik sekaligus kurang sreg dengan aransemen dari Scott Carstairs, Rob Morey, dan Andrew Baird. Alhasil full-length nomor empat FALLUJAH tersebut tak hanya berhasil menghancukan momentum grup ini, yang sudah dibangun semenjak mini-album/EP ‘Nomadic’ (2013), namun juga berhasil mengalienisasi fanbase mereka sendiri, boro-boro merangkul pendengar/penggemar baru, album tersebut banyak dinobatkan sebagai most disappointing album of 2019.

Kegagalan ‘Undying Light’ langsung membuat Scott Carstairs dan Andrew Baird, sebagai dua personil orisinal yang tersisa berpikir keras untuk menyelamatkan FALLUJAH, perubahan formasi pun langsung dilakukan pada tahun lalu, vokalis baru Antonio Palermo dan pembetot bass Rob Morey didepak, logo lama pun dikeluarkan dari gudang, dan tak lama kemudian Scott Carstairs mengumumkan album terbaru FALLUJAH, ‘Empyrean’, dengan dua personil baru, Kyle Schaefer (vokal) dan Evan Brewer (bass, eks-FALLUJAH/ANIMOSITY). Dari single/music video pertama yang dilepas udah jelas banget kalau ‘Empyrean’ adalah album return to form, aransemen technical death metali yang sebelumnya sempat dihilangkan, kembali tampil menonjol, Tori Letzler‎ yang sempat mengisi empat lagu dalam ‘Dreamless’ diundang kembali dalam “Radiant Ascension” dan “Artifacts”. Meskipun sudah menemukan kembali jati diri mereka, ‘Empyrean’ bukanlah ‘Dreamless 2.0’, lagu-lagu baru banyak yang lumayan groovy, seperti opener “The Bitter Taste of Clarity” dan juga “Eden’s Lament” yang riffing hingga timbre growl nya jadi rada-rada mengingatkan saya pada CARNIVORED, sendangkan “Soulbreaker” malah sedikit nyrempet deathcore chugga-chugga (yang akhirnya membuat lagu tersebut menjadi trek paling caur banget dari album ini). Selain itu ‘Empyrean’ lumayan banyak disisipi clean vocal mungkin karena Kyle Schaefer gak canggung bernyanyi, dan betotan dan slap-an Evan Brewer saya rasa mampu membuat Davie504 pun tepuk tangan.

Sayangnya satu-satunya lagu instrumental dalam album ini, “Celestial Resonance” terdengar sangat hambar gak kayak “Les Silences”, selain itu atmosfir ‘Empyrean’ tak sepekat ‘Dreamless’, karena memang unsur elektronik dari album tersebut disumbangkan eks-frontman Alex Hofmann, ‘Empyrean’ materinya lebih dekat dengan sesama band progressive/technical death metal RIVERS OF NIHIL, khususnya LP ‘Where Owl Know My Name’, track “Into the Eventide” malah kelewat mirip sama rekan satu tur mereka saat ini tersebut. Hasil produksi ‘Empyrean’ mengalami peningkatan drastis dari album-album FALLUJAH sebelumnya, yang biasanya terjangkiti kompresi berlebihan, ‘Empyrean’ meski masih di handle Mark Lewis terdengar lebih ada ruang bernafas dan gak terlalu sesak, separasi antar instrumenya juga jelas, hal tersebut membuat gebukan Andrew Baird terdengar powerful dan permainan lead dari Scott Carstairs jadi makin memukau. ‘Empyrean’ memang bukan benar-benar menjadi album return to form bagi FALLUJAH, karena jelas dalam album terbarunya band ini banyak memperkenalkan nuansa baru yang gak ada dalam ‘The Flesh Prevails’ atau ‘Dreamless’, toh memang dua album tersebut gak bakal bisa direplikasi karena era nya udah lewat, namun meskipun gak ada track yang stand out macam “The Void Alone”, “Scar Queen”,  atau “Amber Gaze” , secara keseluruhan album ini saya rasa sudah setera ‘Dreamless’, malah jatohnya ‘Empyrean’ lebih catchy potensial jadi crowd pleaser saat manggung. (Peanhead)

8.5 out of 10