DARKTHRONE ‘OLD STAR’ REVIEW
Peaceville Records, May 31. 2019
Heavy metal, Black metal, Doom metal
Sebagai salah satu aktor utama paling berpengaruh dari pergerakan scene black metal gelombang kedua di Norwegia, nama DARKTHRONE sudah jadi salah satu nama keramat yang paling di hormati baik oleh para jama’ah metaliah, anak hardcore dan punk, hingga rapper Soundcloud kekinian macam GHOSTEMANE. Trilogi Peaceville Records ‘A Blaze in the Northern Sky’, ‘Transilvanian Hunger’, dan ‘Under a Funeral Moon’ merupakan album yang hukumnya wajib bagi para pemuja the trve Norwegian black metal, dan disaat para grup seangkatan lainya sudah mulai kendor dalam bermusik seperti Varg Vikernes (BURZUM) yang justru pensiun dan berhalih menjadi youtuber, IMMORTAL yang harus pecah kongsi antara Demonaz dan Abbath, EMPEROR yang lebih memilih cuma jadi band reunian lalu MAYHEM yang semenjak return dengan ‘Wolf’s Lair Abyss’ masih belum bisa berhasil mengulang kembali keangkeran zaman ‘Deathcrush’/’De Mysteriis Dom Sathanas’ akhirnya mengikuti arah pasar dan alih-alih melanjutkan evolusi di album-album terakhir malah balik lagi ngulik era ke-emasan yang sudah lewat. Nocturno Culto dan Fenriz sampai saat ini masih stay trve dalam konteks ideologi bermusiknya, tetap mengandalkan pendekatan DIY yang se-enak jidat dan masa bodo amat sama black metal elitist yang menolak move on apalagi ikut-ikutan tren yang sedang ngehits, DARKTHRONE selalu datang membawa album penuh tiap beberapa tahun sekali dengan materi yang tentunya bisa bikin geleng-geleng kepala.
Tentunya sampai sekarang masih ada aja sih fans berat yang menantikan kembalinya aroma mistis dari era trilogi Peaceville records legendaris mereka, tetapi dengan ‘Old Star’ DARKTHRONE memantapkan arah bermusik yang sudah mulai diutak-atik semenjak grup ini memilih banting setir memainkan blackened crust lebih dari sepuluh tahun lalu, ‘Old Star’ sendiri memang tak terlalu ngepunk seperti kakak kandungnya ‘F.O.A.D.’, ‘Dark Thrones and Black Flags’, atau ‘The Underground Resistance’, DARKTHRONE lebih memilih mematangkan konsep Old School Heavy/Doom metal (atau term plesetan yang mereka cetuskan New Wave of Black Heavy metal) dengan bumbu black metal dingin nan suram dari sudut paling gelap hutan Norwegia yang sudah mulai dimunculkan dalam ‘Arctic Thunder’ dan beberapa lagu dalam ‘The Undergroudn Resistance’ (pada lagu ‘Valkyrie’ misalnya), namun kali ini penguasaan konsepnya sudah jauh lebih sempurna, masih sering mengandalkan tremolo riffing khas DARKTHRONE dengan gaya vokal dan gebukan drum primitif kayak CELTIC FROST (dan early MERCYFUL FATE) dipadukan dengan riff super slow ala CANDLEMASS, belum lagi beberapa lagu juga menyisipkan kocokan power chord yang kadang muncul sekonyong-konyong menambah pekat aroma-aroma 80’an. Perkawinan yang cukup ngehe tersebut bisa saja menjadi buah simalakama kalau asal-asalan dikemas dan ditubrukan satu sama lain, untungnya Ted dan Gylve punya wawasan luas (khususnya Fenriz dengan koleksi rilisan nya yang bejibun) dan pengalaman lama meracik homage mereka pada CELTIC FROST/HELLHAMMER yaitu ‘Panzerfaust’, jadi walaupun album ini kadang transisinya lumayan rada nyeleneh secara keseluruhan materinya tetap bisa membuat pendengar senyum-senyum sendiri, ‘Old Star’ terdengar sangat cohesive dan sama sekali terdengar gak nyambung contoh pada lagu terakhir ‘The Key is Inside the Wall’ yang dibuka dengan part gitar doomy sebelum terjun bebas ke riff nge punk yang enerjik dan juga lagu pembuka ‘I Muffle Your Inner Choir’ yang penuh bayang-bayang dingin ketika DARKTHRONE masih menggunakan corpse paint sambil foto-foto di tengah hutan lalu kemudian nyemplung ke kolam berisi ‘Epicus Doomicus Metallicus’.
Dari sisi produksi mungkin ‘Old Star’ merupakan album paling rapih dan bersih namun tetap old school yang pernah digarap DARKTHRONE hasil kerjaan Sanford Parker (VOIVOD, DAWNBRINGER, PELICAN) dan Jack Control , terasa sekali dari tone gitar yang kering dan hentakan snare yang lebih menggelegar dari biasanya, sepertinya mereka mencoba mengcapture hasil rekaman album era 1980’an, bahkan saya rasa DARKTHRONE berhasil menangkap kebombastisan hasil rekaman CANDLEMASS era dua karya pertama ketimbang CANDLEMASS formasi sekarang. Durasinya memang cukup pendek sih tapi dengan komposisi seperti ini saya rasa tiga puluh delapan menit sudah merupakan durasi yang pas, karena kalau kepanjangan ditakutkan bisa membuat pendengar beranjak menekan tombol skip, dibandingkan dengan ‘Arctic Thunder’ yang lebih kasar dan abarasif layaknya direkam dalam 8-track saat camping di pegunungan, ‘Old Star’ terasa lebih merdu dan melodis, lagu-lagu nya pun cukup gampang di ingat, ‘The Hardship of Scots’, ‘Alp Man’, lalu lagu self-titled merupakan salah satu lagu terbaik yang duo ini tulis semenjak ‘Too Old Too Cold’ dari album ‘The Cult is Alive’ dan ‘Fuck off and die’/’The Church of Real Metal’ dari ‘F.O.A.D.’. karena saya rasa DARKTHRONE memang belum pernah mencetak album bermasalah, DARKTHRONE pasca ‘Panzerfaust’ punya kecenderungan menulis lagu-lagu yang agak biasa dan mirip satu sama lain jadi susah nyangkut dikepala (problem yang saya rasa disebabkan karena dalam penulisan lagu memang bukan di niatkan bakal dibawakan secara live), yang untung nya berhasil diatasi dalam album ke tujuh belas ini, DARKTHRONE bukan hanya kejar setoran dengan dirilisnya ‘Old Star’ tetapi berhasil menghasilkan karya paling solid dan komplit mereka semenjak ‘Plaguewielder’. (Peanhead)
8.8 out of 10