CHORIA ‘A Dismal Repertoire’ ALBUM REVIEW
Interlude Records. 5th April 2021
Post-Black metal
Bagi sebuah grup musik perilisan album kedua adalah sebuah momen pembuktian apakah mereka bakal make it or break it, dari situlah dapat dipastikan apakah band/musisi bersangkutan bakalan bisa tetap bertahan atau hanya jadi one-hit wonder yang langsung tenggelam begitu saja tersandung sindrom tahun kedua, entah sudah berapa banyak grup potensial yang justru gagal total melanjutkan standar tinggi dari album sebelumnya, ada beberapa opsi yang bisa dipilih, pertama bisa tetap keras kepala mempertahankan konsep dari debut album, kedua bisa sedikit memodifikasi rancangan yang sudah ada, tanpa harus mengasingkan para pendengar lama alias pakai strategi main aman, kemudian tentunya pilihan ketiga, yang merupakan opsi paling ekstrim, merubah haluan musik 180 derajat, tanpa peduli dengan suara-suara sumbang yang bakalan di lontarkan oleh para penikmat album perdana. CHORIA merilis album debut mereka ‘Black Secret Beyond of Nature’ pada 18 Oktober 2018 lalu, berisikan sepuluh lagu atmospheric black metal, yang menurut saya pribadi termasuk sedikit hambar dan datar materinya, apalagi durasi rilisan tersebut juga agak terlalu panjang menembus enam puluh menit. Materi CHORIA senbetulnya sudah lumayan di atas rata-rata band black metal lokal, aransemen mereka masih terlalu bland belum ada karakter kuat yang mampu membedakan mereka dengan para pengusung black metal “pemandangan” lainya, untung nya dalam ‘A Dismal Repertoire’ CHORIA telah bermetamorfosis sempurna menjadi salah satu band black metal yang paling menarik disimak saat ini.
Dari front cover karya sang drummer pun sudah tampak jelas kalau ‘A Dismal Repertoire’ bakalan jadi album yang lebih dark dari ‘Black Secret Beyond of Nature’, hilang sudah ilustrasi lansekap macam Bob Ross, digantikan dengan artwork hitam putih penuh kehampaan, dalam album sophomore mereka, CHORIA alih-alih naik ke puncak gunung untuk menikmati senja pegunungan, lebih memilih untuk bersemedi di hutan terlarang sambil bakar menyan, sambil bercengkrama dengan para mahluk penunggu pohon keramat, lagu bertemakan alam ditukar dengan lirik-lirik beraura mistis dari sudut pandang roh noni belanda dari era kolonial, hingga hancurnya kedamaian tanah nusantara akibat strategi divide et impera para penjajah laknat (“The Mirage of Onrust” dan “Devourer Associate”), konon CHORIA dalam proses penulisan ‘A Dismal Repertoire’ sempat bertukar pikiran dengan seorang sosok indigo. Komposisi semua lagu dalam album ini selain semakin nyaman dalam kegelapan, telah banyak mengalami penyempurnaan, mulai struktur berserta tempo lagu yang jauh lebih bervariasi, bahkan pola riff dan pattern drum nya pun sekarang lebih beragam, gaya gebukan d-beat yang sempat muncul sekilas di beberapa lagu dalam ‘Black Secret Beyond of Nature’ terdengar lebih klop kali ini, Namun yang menjadi primadona dalam album ini tentunya adalah divisi lead guitar, menjadi cahaya di ujung lorong gelap lewat tone dan tekstur aduhai, yang membawa atmosfir ethereal album ini sekelas dengan ‘Sunbather’, ‘Les Voyages de l’Âme’, atau ‘When A Shadow Forced Into the Light’.
Dengan durasi yang sangat padat dibawah empat puluh menit, CHORIA mampu mempersembahkan aransemen penuh keanekaragaman hayati, selain memasukan elemen neo-crust hampir semua lagu, mereka juga tak mandek pada sound black metal tertentu seja, meleburkan berbagai regional sound entah itu dari tanah Cascadia, Nordic/Skandinavia, sampai Germania. Interplay antara sisi gelap dan terang juga mempunyai peran penting dalam membangun mood dan nuansa ‘A Dismal Repertoire’ agar terdengar multidimensional, hanya saja song-by-song dynamic masih banyak yang kurang luwes dan kaku, paling kerasa pada transisi dari “Dark Repertoire” ke “Maria’s Tale, Pt. I Thorn Queen”, begitu pula “The Mirage of Onrust” yang endingnya rada abrupt, ditambah penggunaan bahasa Inggris tentunya masih sedikit berantakan, meski tak separah album pertama. Walaupun sama sekali tak masuk dalam radar upcoming release tahun ini, CHORIA berhasil mengejutkan saya dengan kematangan mereka dalam teranyar ‘A Dismal Repertoire’, Tak hanya sukses mengungguli kualitas ‘Black Secret Beyond of Nature’ baik dari segi penulisan lagu dan produksi rekaman, CHORIA telah berhasil melahirkan salah satu album black metal terbaik tahun ini, bahkan saya berani jamin kalau ‘A Dismal Repertoire’ pantas disebutkan ketika membahas album-album black metal terbaik karya musisi tanah air, bakal pekerjaan sangat sulit bagi band lokal lain untuk menggeser ‘A Dismal Repertoire’ sebagai kandidat terkuat Album of the Year 2021 sekalipun tahun baru bergulir empat bulan. (Peanhead)
9.5 out of 10