BLACK CURSE ‘ENDLESS WOUND’
Sepulchral Voice Records. April 3rd, 2020
Death metal/Black Metal
Muncul dari gorong-gorong paling angker dan tengik Kota Denver, BLACK CURSE setelah hampir setengah dekade semenjak di formasikan pada 2015 silam, akhirnya memuntahkan debut album mereka ‘Endless Wound’ via Sepulchral Voice Records tahun ini. Meskipun baru merilis album pertama, formasi personil BLACK CURSE di isi oleh nama-nama familiar dari scene bawah tanah Colorado, mereka adalah Eli Wendler (SPECTRAL VOICE), Morris Kolontyrsky (BLOOD INCANTATION, SPECTRAL VOICE), Zach Coleman (KHEMMIS), dan Jonathan Campos (PRIMITVE MAN). jadi BLACK CURSE sudah punya modal nama kuat, apalagi main band para personilnya beberapa tahun kebelakang sudah lumayan besar gaungnya. Belum lagi kwartet ini dibantu oleh kehadiran fifth member dibelakang layar yaitu Arthur Rizk (ETERNAL CHAMPION, SUMERLANDS), yang beberapa tahun ini telah menjadi salah satu produser metal/hardcore paling diminati tenaga-nya, dengan deretan hasil kerjaan meliputi POWER TRIP, VOLAHN, SACRED REICH, CAVALERA CONSPIRACY, VENOM PRISON dll. Faktor-faktor tersebut membuat antusiasme para metalhead terhadap ‘Endless Wound’ cukup besar dari jauh-jauh hari, bahkan sebelum tanggal perilisan diumumkan ke publik, malah kaset promo isi tiga lagu rough mix nya, sudah di banderol dengan harga tak masuk akal di situs jual beli rilisan fisik Discogs.
Musik yang di geber BLACK CURSE dalam album pertama mereka masih berkutat dalam spektrum death metal dipadukan dengan unsur black metal pekat, dikemas dalam aransemen brutal, bengis sekaligus penuh kekacauan, yang tentunya banyak terinspirasi ‘Seven Chalice’ dari TEITANBLOOD. Meskipun begitu ‘Endless Wound’ tak hanya sekedar jadi album TEITANBLOOD versi KW belaka, mereka punya nuansa old school death metal dan doom metal yang kental, hal tersebut terdebut menjadikan BLACK CURSE mampu memberikan angin segar pada tren cavernous death metal atau black/death yang saban hari semakin menjamur. Apalagi disokong betotan garang sang bassist Morris Kolontyrsky dan gebukan menggelegar dari drummer Zach Coleman, duo gitaris Jonathan Campos dan Eli Wendler juga tak mau kalah dengan divisi rhythm section, keduanya ketika tak sedang menggeber riff-riff barbarik nan primitif, menggelontorkan lick dan solo gitar liar yang bisa bikin bulu terlinga jadi tegang, layaknya dalam serangan pembuka “Charnel Rift” dan title track “Endless Wound”.
Walaupun komposisi black/death yang dibawakan oleh BLACK CURSE lumayan kurang ajar dan tanpa ampun, diantara album-album tipikal lain, ‘Endless Wound’ juga termasuk rada variatif, kwartet ini tak ragu-ragu untuk menurunkan tempo, tanpa harus kehilangan level kebisingan yang menerror panca indera, seperti dalam atmosfir mencekam menit-menit akhir “Enraptured by Decay”, begitu pula dengan “Lifeless Sanctum” yang aransemenya terdengar seperti pengiring ritual untuk membuka portal menuju dimensi Yog-Sothoth. Prosesi penutupan ‘Endless Wound’ ditandai dengan berkumandangnya “Finality I Behold” sebuah epilog berdurasi hampir sembilan menit, yang mempertontonkan kebolehan BLACK CURSE memformulasikan racun death metal mematikan. Arthur Rizk juga telah memberikan salah satu hasil produksi terbaiknya, meskipun jenis hibrida death metal + black metal yang dibawakan BLACK CURSE sangat padat. “Endless Wound” terdengar begitu nyaman di telinga dengan separasi tiap-tiap instrument terdengar jelas, tanpa harus kehilangan intensitas nya, hal ini mungkin bisa membujuk mereka yang malas mendengarkan album-album sejenis atau War metal/bestial black metal macam BLACK WITCHERY, PROCLAMATION, BLASPHAMOPHAGER yang kadang terlalu raw dan bikin pekak untuk orang awam, karena style produksi hingga materi ‘Endless Wound’ lebih condong mirip ke band death metal macam VORUM, GRAVE MIASMA, dan EXHUMATION. Ditengah gempuran album-album death metal berkualitas tahun 2020, BLACK CURSE tak hanya mengandalkan nama personil dibelakangnya saja, namun telah melepaskan salah satu album death metal terbaik tahun ini, mampu bersaing dengan AOTY yaitu ULCERATE ‘Stare Into Death And Be Still’ juga ‘Eleventh Formulae’ dari EXHUMATION. (Peanhead)
9.4 out of 10